Catatan Harian Terdampar di Kantor Polisi

May 20, '12 1:31 PM
Tulisan ini disalin dari Blog Multiply yang sudah ditutup.

Hari itu Saya bekerja seperti biasa. Sekitar jam 10-an Manager HRD memanggil Saya ke ruangan Lobby perusahaan. Heran campur bingung,  Saya bertanya-tanya sendiri dalam hati, cemas takut ada apa-apa.Mungkin saja punya dosa yang nggak terasa. Setibanya di lobby ternyata sudah banyak orang yang bernasib sama dengan Saya. Mereka antri menunggu giliran dipanggil.

Dari Lobby, Saya dipersilahkan masuk ke ruangan training di sebelahnya yang saat itu mendadak disulap jadi ruang interogasi. 5 orang polisi berbaju preman sedang memperlihatkan rekaman CCTV kepada seorang teknisi maintenance sebut saja JS. Ia dicecar dengan berbagai pertanyaan sehingga ia terlihat gugup.

Di rekaman tersebut terlihat seorang teknisi lainnya sebut saja HJ yang datang ke ruangan maintenance. Sambil berlalu  tangannya mengambil sesuatu dari meja. Beberapa detik kemudian datanglah JS ke ruangan tersebut. Mereka berdua duduk dan terlibat percakapan.

"Apa yang kau bicarakan dengan dia?" Gertak polisi kepada JS. Entah apa Jawaban JS, karena perhatian saya telah kacau ketika polisi lainnya  bertanya kepada saya.

"Bu, kata HJ memory cardnya sudah diserahkan sama Ibu, benar nggak?" Dugg...jantung saya serasa mau copot. Tega sekali si HJ memfitnah saya seperti itu. Apa gerangan yang membuat ia setega itu? dan sungguh teganya...teganya...teganya...ohh...pada diriku. Ya ampun malah nyanyi dangdut. Lanjuuut!

Sejak Pukul 20.00  tanggal 22 Maret 2012 memory card mesin checker telah hilang. Tidak tanggung-tanggung hilangnya 1 kotak berisi 5 unit memory card. Dan sialnya seluruh data mesin checker  perusahaan ada di situ semua. Ratusan program tersimpan di dalamnya.

Entah kemanaa.. dimana, dimana? Yaah dangdut lagi deh!  karena semua teknisi maintenance yang mempunyai tanggung jawab terhadap penyimpanan dan pemakaian memory card merasa tidak tahu. Alhasil kami sebagai orang produksi yang membutuhkan mesin checker demi jalannya produksi jadi kelimpungan dan bingung harus bagaimana menghadapi situasi seperti itu.

Setiap harinya ada saja permohonan untuk setting ganti model sedangkan memory card sangat diperlukan untuk merubah data mesin checker dari model satu ke model lainnya. Tanpa itu line-line produksi dipastikan stop. Bahkan telah berhari-hari pergantian model  tidak dilakukan dikarenakan memory card tidak jua ditemukan.

Entah berapa kerugian yang harus ditanggung perusahaan dikarenakan kehilangan alat tersebut. Karena untuk fisik memory card sendiri sudah senilai 27.500.000 rupiah. Belum dihitung kerugian akibat line produksi tidak jalan. Berapa puluh model produk yang terhenti produksinya, serta karyawan yang menganggur akibat line stop.

Setelah menginvestigasi dan meyakini bahwa memory card telah dicuri, 1 bulan kemudian managemen perusahaan melaporkan kehilangan tersebut ke pihak yang berwajib. Sehingga pada hari itu pihak kepolisian menginterogasi beberapa orang yang berhubungan dengan memory card termasuk Saya.

Demi kepentingan penyelidikan, Saya, JS, HJ,dua orang teknisi lainnya, dan seorang Line Leader bernama Erni dibawa ke kantor polisi untuk dimintai keterangan. Saya fikir kami akan dihantar ke kantor Polsek Tanjung Uncang yang hanya berjarak sekitar 50 meter saja dari perusahaan, tapi ternyata tidak tanggung-tanggung kami dibawanya ke Poltabes Barelang. Wuaahh...kasus jadi membesar begini deh.

Saya dan 4 orang karyawan lainnya dihantar oleh driver  mobil perusahaan, sedangkan HJ dinaikkan ke mobil polisi dan dikawal oleh 4 orang polisi berpakaian preman. Mobil kami melaju beriringan ke arah Poltabes Barelang Kota Batam.

Setibanya di Poltabes, ternyata mobil polisi yang berada di belakang kami tak kunjung datang. Akhirnya kami berenam termasuk driver perusahaan hanya terbengong-bengong di sebrang pintu masuk kantor Sat Reskrim, menunggu Bapak-bapak polisi itu datang.

Lama menunggu, dan hampir mati gaya. Kami hanya mengobrol, bercanda, berandai-andai, berfoto-foto, update status, dan memperhatikan para polisi hilir mudik. Cuci mata! Waah...di Poltabes Barelang ternyata ada juga polisi ganteng melebihi Saiful Bahri yang mendadak tenar itu. Swear tadinya mau minta foto niat pamer mana tahu dia juga bisa semujur Saiful Bahri masuk TV. Tapi ternyata Saya masih sadar sama si ganteng satunya lagi si penghuni rumah, takutnya dia cemburu. Pletokk... Serasa dilempar sendal hehe... 

Satu jam kemudian bapak-bapak polisi datang. Dari obrolan Polisi yang kami dengar ternyata mereka mampir terlebih dahulu ke rumah HJ. Menggeledah rumahnya namun tidak ditemukan barang bukti.

Mereka lalu memanggil kami ke ruangan Sat Reskrim. Para penyidik polisi saling bergantian bertanya tentang kronologis kejadian sesuai rekaman CCTV.

Tersangka utama hanya satu orang yaitu HJ. Namun karena pada malam kejadian itu JS juga bersamanya, dia ikut dicurigai dan dianggap sekongkol oleh polisi.

"Lalu Kau kemanakan memory card itu? Kau jual ya? Kau kasih kawanmu? Ada kawanmu di perusahaan lain yang butuh barang itu? Buat apa kau ambil memory card itu? Apa tujuanmu mengambil barang itu?" berjam-jam HJ dicecar berbagai pertanyaan penyidik polisi. Saling bergantian. Dibentak dan dimaki. Namun para penyidik masih baik hati, tak ada yang memukulnya, hanya sedikit menakut-nakuti dengan menganyun-ayunkan tinju ke arah perutnya.

HJ tidak bergeming. Ia diam saja. Adapun ucapan yang keluar dari mulutnya hanya kata
"Tak Ada", "lupa Pak", "Lupa".
"Lupa..lupa..macam Nunun Nurbaeti saja kaujawab lupa." Kata penyidik polisi. Hehe... Saya tidak dapat menahan tawa mendengar pak polisi berkata seperti itu.

Entah apa sebabnya lagi, seperti waktu masih di perusahaan tadi, HJ bilang lagi kepada polisi kalau memory card telah ia serahkan kepada Saya dan disimpan di ruang kerja Saya di Gedung dua.

"Pak, malam itu kami dari gedung dua tidak ada request apa-apa sama dia, yang request itu orang-orang gedung satu. Boleh cek, tanya, seluruh gedung jadi saksi, ratusan orang, dia tidak ada masuk sama sekali ke gedung kami. Dia semalaman tidur. Boleh cek CCTV juga, ada nggak dia datang ke gedung kami." Aku jadi emosi. Dia saja tega menuduhku seperti itu. Maka Aku pun tanpa sungkan menerangkan sejujurnya bahwa dia memang tidur semalaman. Bukannya kerja.

Dia menuduhku memegang memory card itu. Tuduhan palsu dan tidak beralasan sama sekali. Mendengar itu polisi semakin geram.
"Sudahlah Kau ngaku sajalah Kau, tuh satu gedung jadi saksi, mau menyangkal apalagi kau? Geram kali Aku nengok Kau ini!" Kata Penyidik sambil mengepal-ngepalkan tangannya.

Karena pada beberapa jawabannya nampak berbohong, Pak Kanit Reskrim menjadi marah lalu membenturkan kepalanya ke belakang. Beliau membentaknya
"Anj*ng Kau!" Katanya sambil menganyunkan kaki ke arah HJ. Menyaksikan adegan itu Fikiran Saya melayang teringat suatu peristiwa ketika Saya sedang mengobrol dengan seorang teknisi miantenance lainnya berinisial GN, saat itu HJ yang duduk di depan kami tiba-tiba saja memaki Saya "Anj*ng Kau Lina, T*i Kau" Katanya. Saya terhenyak kaget namun Saya sadar apa gunanya bicara dengan orang g*blok seperti dia. Saya cuma membalasnya dengan berkata
"manusia itu adalah apa yang diucapkannya. Kau bilang t*i berarti otak Kau itu isinya hanya t*i." Jawabku sambil berlalu pergi. Dalam hati perih dan pedih. Apa salah Saya, nggak ada angin nggak ada hujan tiba-tiba dia memaki Saya seperti itu. Air mata tak tertahankan meleleh tanpa diundang. Saya menangis. *Episode sedih guling-guling* 

Dan rupanya Allah tidak lupa, di depan mata kepala Saya sendiri dia dimaki-maki dianj*ng-anj*ng oleh polisi. Ada rasa senang namun campur kasihan. Saya teringat lagi, begitu banyak anak-anak buah Saya yang telah menjadi korban mulutnya yang ember.

"B*bi Kau, bilang sama atasanmu sana, Aku nggak takut". HJ pernah memaki seorang operator dengan kata-kata kasar seperti itu. Padahal si operator tadi cuma menyerahkan selembar kertas request untuk setting mesin checker.

Beberapa saat kemudian datanglah dua orang lelaki yang langsung duduk dan dihadapkan dengan HJ. Rupanya dia temannya dan Aku pesimis, yah alamat cepat-cepat keluar nih soalnya Pak Kanit langsung mengenali Orang tersebut. Katanya dia adalah anak dari salah seorang anggota Dewan di Batam. Kebetulan satu marga sama HJ.

Saat itu mungkin setelah kedatangan kawannya tersebut HJ berubah fikiran. Ia bilang ke polisi bahwa memory card itu ada dia simpan. Disimpan di atas rak-rak die set (besi-besi mesin stamping) di ruang maintenance. Maka polisi pun segera bergerak ke lokasi disembunyikannya memory card.

Akhirnya Saya bernafas lega lepaslah tuduhan dia atas Saya. Kini HJ sedang menunggu sidang keputusan pengadilan. sudah hampir 2 bulan mendekap di rutan polisi. Rasanya susah bagi siapa pun untuk meringankan hukumannya, karena bukti-bukti begitu jelas dan saksi-saksi yang memberatkan begitu banyak.

Beberapa orang yang bersimpati kepadanya, terutama yang berasal satu daerah dengannya kemudian menjenguknya. Teman-teman bilang bahwa saat menjenguknya, HJ menangis. Saya jadi ikut sedih juga bagaimana pun dia adalah kawan satu perusahaan dengan Saya, namun mungkin itulah episode yang harus dilalui olehnya akibat dari segala kecerobohan dan kesombongannya sewaktu kerja. Akibat begitu banyak orang yang hatinya tersakiti karena ucapan dan bahasanya yang tak terkontrol.

Posting Komentar

Halaman ini dimoderasi untuk mengurangi spam yang masuk. Terima kasih sudah meninggalkan komen di sini.

Made with by Lina W. Sasmita