Penggalangan Dana Online dengan Marimembantu.org

October 2012  1:42 PM 
Sudah hampir 3 tahun Putri (11 tahun) dan David (9 tahun) anak-anak dari tetangga saya tidak menikmati bangku Sekolah Dasar. Orangtua mereka bukan tidak ingin menyekolahkan anak-anaknya, namun mereka terbentur berbagai kendala terutama masalah keuangan.

Selama ini yang kita tahu dan sering diperbicangkan adalah bahwa pendidikan dasar 9 tahun itu gratis tidak dipungut biaya. Namun ternyata ada yang terlupa dan tidak tampak ke permukaan umum bahwa untuk anak-anak yang pindahan yang terpaksa ikut orang tuanya pindah pulau atau wilayah karena berbagai hal maka tetap dikenakan biaya masuk. Biayanya tidak sedikit antara 2 hingga 3 juta rupiah per anaknya. Dan kejadian itulah yang kini menimpa kedua anak ini.


Karena merasa kasihan, tidak tega  setiap hari melihat mereka hanya terbengong duduk-duduk  di halaman rumah sambil mengasuh adik-adiknya, maka Saya tergerak untuk  membantunya dengan mencarikan sekolah yang mungkin dapat menerima anak-anak ini belajar di sana. Mengingat usia mereka yang semakin bertambah maka kemungkinan diterima sangat kecil. Tahun lalu saja ketika orangtuanya ada rezeki dan mendaftarkan Putri ke sekolah negri, ia ditolak secara halus oleh Kepala Sekolahnya. Alasannya karena usia Putri sudah tidak cukup lagi, sudah lewat usia.  Alasan lainnya adalah  *kasihan sama anaknya nanti jadi minder*. Padahal Putri putus sekolah di kelas dua SD, jadi jika SD saja tidak lulus apa dia nggak tambah minder lagi di masa-masa dewasanya kelak? Sungguh alasan yang tidak dapat diterima oleh akal. Ternyata masih saja ada pendidik yang tidak mempunyai hati nurani dan berfikiran pendek. Saya sangat emosi mendengar hal tersebut.

Ketika Sekolah yang saya datangi menyuruh kami melengkapi syarat-syarat masuk maka ayah dan mama Putri pontang-panting mengurus berbagai hal. Seperti Surat Keteranga Tidak  Mampu (SKTM) dari RT RW, Kelurahan, hingga Kecamatan. Belum lagi harus menyerahkan Kartu Keluarga (KK) yang sebetulnya sudah diurus bertahun-tahun lalu namun tidak jadi-jadi. Surat Nikah kedua orangtua, buku rapor dan Surat Keterangan Kronologis kejadian mengapa Putri sampai putus sekolah.

Setelah semua selesai (Kecuali KK), dengan bahagia yang meluap-luap kedua orang tua Putri mengantarkan berkas-berkas itu ke pihak sekolah. Namun ternyata harus berhadapan  dengan Kepala Sekolah yang tipenya sama dengan kepala-kepala sekolah lainnya. Saat itu Putri tidak diterima di sekolah tersebut karena alsan usianya sudah lewat. Artinya Putri ditolak bersekolah di sana.

Tak kuasa menahan sedih, Mama Putri mendatangi saya untuk bercerita lalu karena terhanyut oleh emosi dia pun menangis. Mama Putri  mengeluh betapa sulitnya menjadi orang miskin, hanya untuk mendapatkan hak pendidikan bagi anak-anaknya saja begitu dipersulit. Bahkan setelah SKTM dari pihak Kecamatan ada di tangannya yang seharusnya menjadi jembatan dan memuluskan jalan berliku menuju sekolah.

Untungnya saja pada saat penolakan itu ada seorang ibu guru yang baik hati yang mendengarkan dan mungkin tersentuh oleh kisah Putri dan keluarganya. Ibu guru tersebut mengusahakan ke pihak yayasan agar Putri dapat diterima sebagai anak didiknya. Berkas-berkas pun masih ditahan bersamanya dan ia berjanji akan mengabarkan secepatnya.

Alhamdulillah dua hari kemudian ibu guru itu menelpon saya dan mengabarkan berita baik bahwa hari itu Putri sudah diterima untuk bersekolah. Namun dengan berbagai syarat. Sesulit  apapun syarat itu  terdengar mudah bagi keluarga Putri demi mendengar Putri akhirnya dapat  bersekolah setelah masa penantian yang lama. Masa-masa sekolah yang  sangat ia rindukan.

Salah satu syarat yang harus dipenuhi adalah orang tua Putri harus membayar biaya masuk sebesar 1,5  juta rupiah dan biaya SPP sebesar 120 ribu per bulan. Dan Putri tidak boleh pindah sekolah hingga lulus di kelas 6 nanti.

Walau SKTM dari kecamatan sudah  diserahkan namun ternyata pihak sekolah tetap meminta bayaran. Ayahnya Putri pun kesal, ia bertanya untuk apa surat miskin tersebut kalau toh pada ujungnya harus mengeluarkan uang juga.

Mereka benar-benar tidak mempunyai uang untuk membayar uang masuk sekolah Putri. Namun kedua orangtua Putri menyanggupi dengan meminta keringanan dua kali angsuran.  Mama dan Ayah Putri berusaha habis-habis pinjam sana-sini demi melihat sang anak sekolah.  Telah habis berbagai cara  hingga akhirnya mereka menggadaikan surat nikah segala. Pyuuh…. Miris sekali dibuatnya.

Saya kemudian menulis cerita Putri di jejaring sosial Facebook, Alhamdulillah beberapa teman merespon dengan memberikan bantuan langsung. Mereka memberikan uang cash dan alat tulis. Nilai nominal uangnya lumayan untuk menambah-nambah biaya masuk sekolah.

Beberapa teman lainnya merekomendasikan agar kami menghubungi Lembaga Zakat Dompet Dhuafa untuk memohon bantuan guna menyelesaikan kasus Putri ini. Setelah browsing dan googling juga info beberapa teman yang mengikuti kontes blog maka saya menemukan laman Marimembantu.org dimana siapapun yang hendak membantu dan memohon bantuan bisa langsung menghubungi dan memposting permohonan bantuannya dengan terlebih dahulu diverifikasi oeh Yayasan  Dompet Dhuafa.

Selain itu Marimembantu.org juga terkoneksi dengan dua jejaring sosial facebook dan twitter sehingga permohonan batuan bisa di-share dengan teman-teman kita di kedua jejaring sosial tersebut. Seperti saya yang justru mengawali cerita kepada teman-teman di facebook. Namun setelah mengetahui laman ini maka kemudian saya membuat permohonan melalui Marimembantu.org karena selain tidak menyita waaktu bekerja saya yang sibuk juga memudahkan bagi siapa saja teman saya yang hendak menyumbang kepada Putri.

Dengan ini ternyata betapa Mudah sedekah online dengan Marimembantu.org

Posting Komentar

Halaman ini dimoderasi untuk mengurangi spam yang masuk. Terima kasih sudah meninggalkan komen di sini.

Made with by Lina W. Sasmita