Jalan-jalan ke Pulau Seraya Sekupang Batam

Pertengahan bulan Januari ini kami sekeluarga diajak Mas Nunung dari FPTI Batam untuk ikut mengunjungi Pulau Seraya. Ampuun deh seumur-umur baru tahu ada pulau bernama Pulau Seraya. Semula saya malah mengira Seraya yang di wilayah dekat Nagoya. Helooow....kemana saja saya selama ini? Bukannya sudah lama saya getol banget main ke pulau-pulau? Ternyata pulau yang hanya sepelemparan batu dari Pelabuhan Sekupang ini memang benar adanya.

Karena sabtu  siang kebanyakan kami masih bekerja, maka berangkat diputuskan sabtu malam. Menaiki pompong dengan muatan yang cukup banyak oleh rombongan yang membawa keril besar-besar serta barang-barang lainnya membuat hati jadi ciut. Permukaan pompong hanya beberapa centi saja dari permukaan air laut. Beruntung ombak tidak terlalu besar sehingga gerak laju pompong terasa mulus tanpa goncangan. Tak terbayang jika ombak tinggi maka air tanpa susah-susah begitu mudah tumpah ruah ke dalam pompong.

Selang 10 menit pompong mendarat di Pulau Seraya. Ternyata penduduknya sudah lumayan padat. Rumah-rumah berjejer di tepi laut dengan pelantar-pelantar yang menghubungkan ke darat. Khas pulau-pulau di wilayah Kepri.

Kami menuju sebuah rumah milik salah seorang RT di Pulau Seraya yang bernama Zailani. Istrinya, Rima tengah sibuk memasak di dapur. Rima ini ternyata temannya Ragil, istri dari Mas Nunung.
Rumah Pak RT

Kami duduk-duduk di teras rumah sambil menunggu keputusan akan kemping dimana. Namun ternyata kata Mas Nunung kami akan menginap di rumah pak RT. Walaaah...salah persepsi nih. Difikir kami akan menginap di pantai, membuka tenda, bakar-bakar ikan, nemenin anak-anak main-main pasir, dan memancing. Ternyata di Pulau Seraya tidak ada pantai. Satu sisi pulau dipenuhi rumah-rumah penduduk dan satu sisi lagi hutan bakau.

Eit...ternyata gak cuma saya saja yang salah sangka. Bahkan teman-teman FPTI lainnya yan lebih senior pun salah menduga, mereka membawa keril besar-besar lengkap dengan alat-alat kemping. Sleeping bag, Trangia, matras, de el el. Haha....kumaha tah?

Akhirnya malam diisi dengan mengobrol ngalor-ngidul di teras. Sekitar jam 2 malam kami semua baru benar-benar bisa tertidur. Diiringi hembusan angin laut yang menderu wus... wus.... wus... melewati teras rumah, saya dan banyak yang lainnya malah mendadak kembung di perut karena kemasukan angin.
Chila dan Ayahnya melintas di tanggul yang penuh sampah

Sedangkan anak-anak didik FPTI yang jumlahnya sekitar 10 orang, mereka tidur di ruang tengah. tidur berserakan bak ikan-ikan terdampar. Namun hebatnya anak-anak ini tidur dimana pun tidak rewel dan pilih-pilih. Syukurnya lagi Chila nyaman tidur bersama mereka di dalam.

Paginya tak ada yang mandi. Untuk mendapatkan air, maka harus mengangkut dari salah satu sumur di sana yang tiap harinya dijatah 3 ember besar. Maka dengan alasan tidak hendak menyusahkan tuan rumah kami semua tidak mandi sepanjang hari itu :D Hanya anak-anak saja yang mandi itupun setelah berenang di laut.
Teman dari FPTI sedang Mengangkut Air

Air mulai pasang, anak-anak tampak tak tahan ingin berenang. Setelah mencari-cari tempat yang pas akhirnya merelakan anak-anak bermain pasir di dekat kolong rumah penduduk yang ada pasirnya. Namun dengan wanti-wanti agar tidak berenang dan terminum air laut. Gak kebayang deh anak-anak lagi main begini tiba-tiba di atas rumah tersebut ada yang buang hajat.

Puas main-main, anak-anak disuapin makan oleh ibunya masing-masing. Ada juga yang mandiri seperti Kalista anaknya Mas Nunung yang usianya gak jauh beda sama Chila.

Beres nyuapin anak-anak sepanjang siang hari itu kami hanya bolak-balik pelantar rumah. Berharap laut surut agak dapat berburu gonggong yang banyak terdapat di pulau ini. Di Batam harga gongong per kilo mencapai 36 ribu rupiah. Sedangkan di sini tinggal mungutin satu-satu dari lumpur dan dari balik batu-batu. Aaah....tak sabar rasanya.
Chila dan Mardiyah bermain di pelantar

Laut mulai surut tapi sayang tak benar-benar surut. Saya hanya menemukan 2 ekor gonggong kecil dan seekor bintang laut yang lumayan besar. Namun karena belum sholat ashar saya pun segera naik dan menuju mushola di tengah pulau. Melewati sebuah lapangan volley yang jika air pasang maka lapangan tersebut terendam air laut.
Pembuatan Kue Gulung

Di dekat rumah Pak RT ada sekelompok ibu-ibu yang tengah asik membuat kue. Katanya untuk kue imlek dan akan dijual ke Singapura. Yang punya usaha kue tersebut ternyata ibu-ibu Tionghoa yang menurut Rima mereka asli penduduk pulau Seraya karena sudah ada di situ semenjak nenek-buyutnya.

Karena kue pesanan, kami pun tak berani membeli. Untuk oleh-oleh saya membeli ketam (kepiting) dan kerupuk ikan. Serunya lagi saya dapat mengamati proses transaksi antar nelayan dan pengumpul ikan. Berplastik-plastik ikan dikumpulkan. Banyak macamnya.

Yang paling menarik perhatian adalah ikan sebelah. Ikan ini memang benar-benar seperti dibelah atau sebelah saja. Satu sisi berwarna hitam dan seperti kulit ikan sebagaimana layaknya namun satu sisi lagi berwarna putih mirim dengan isi perut ikan.
Ikan Hiu Belengkeng

Selain itu ada ikan hiu kecil dengan mata yang mirip ular. Namanya hiu Belengkeng. Menatap lama-lama mata ikan hiu itu membuat saya takut. Ikan-ikan lainnya yang didapatai di pulau ini sungguh tidak familiar dengan telinga saya. Sebutlah ikan Kerusuk, toka, gomben, mempuyut, meco, selenceng, memponggo, dan mempase merah.


Setelah menunggu air pasang, jam 9 malam kami baru benar-benar meninggalkan pulau Seraya menuju Pelabuhan Sekupang Batam.

4 komentar :

  1. yang disebelah mana mbk???penasaran...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dari Sekupang nyebrang arah kanan. Karena berangkat malam pulangnya juga malam jadi kurang jelas. Tapi dari Sekupang juga kelihatan kok pulaunya

      Hapus
  2. Wah, Mak Lina, pengalamanmu ke pulau ini begitu mengundang keinginan utk turut mengunjunginya. Aku belum pernah main ke pulau2 yang suasananya spt ini. Pengen euuuuy!

    Membaca uraianmu, serasa ikut serta bersama kalian lho. Pasti asyik banget merendam kaki saat air pasang itu ya, Mak?

    BalasHapus
  3. Waaah makasih sudah BW ke rumah saya Mbak Al. Hayooo kapan ke Batam biar sy hantar ke pulau-pulau seperti ini? *Siapin perahu dah :D

    BalasHapus

Halaman ini dimoderasi untuk mengurangi spam yang masuk. Terima kasih sudah meninggalkan komen di sini.

Made with by Lina W. Sasmita