7 Hal Penting agar Menjadi Pendaki yang Dicintai

Mug Love Mountain. Gambar dari keepcalm
Tiba-tiba saja kefikiran untuk buat postingan dengan tema ini. Kenapa? Karena sebagai sesama pendaki gunung kita kudu saling mengingatkan satu sama lain. Nah mumpung ingat ya saya ingatkan. Dan sekaligus sebagai pengingat bagi diri sendiri. Bukan sok tau apalagi sok pintar. Da saya mah siapa atuh.


Kenapa harus tujuh hal, tidak sepuluh atau seratus? Ya gimana ya… mmm sepertinya angka tujuh itu udah jadi angka sakti bagi hampir semua hal. Ada tujuh keajaiban dunia, tujuh benua, tujuh samudera, tujuh puncak dunia, tujuh puncak Indonesia (yang sekarang sedang dikampanyekan) dan tujuh-tujuh hal lainnya seperti dalam program acara On The Spot di sebuah stasiun televisi.



Terus…terus…kenapa judulnya harus menjadi pendaki yang dicintai? Tidak disukai atau dibenci gitu? Sepertinya judul yang ada cinta-cinta-an-nya selalu eye catching bagi sebagian orang terutama anak muda. Eh, hei apa kamu masih muda? apa, sudah tua? gak apa-apa sih, cinta kan milik semua kalangan :D sila lanjut baca


Siapa sih yang nggak kepengen dicintai oleh semua orang, semua kalangan, bahkan oleh seluruh penghuni alam semesta ini? Tentu semuanya pengen kaaan? Naah karena isu cinta gak pernah ada matinya dari jaman baheula, dari jaman ngesot hingga naik pegiot, dari jaman naik kuda hingga kebeli mazda, atau juga semenjak naik andong hingga naik syangyong, maka lebih klop kalau judulnya seperti di atas. Hoho..ini sih murni pendapat pribadi saya loh ya.


Apa sih tujuh hal itu? Langsung saja kita simak di bawah ini. Jangan kemana-mana, jangan pindah channel atau pindah tempat duduk. Apalagi pindah ke lain hati :D *Kedip-kedip kelilipan.


1. Jadilah pendaki yang sopan dan punya tata krama

Misalnya saat akan mendaki gunung kamu berpapasan dengan orang yang akan turun. Jalan yang dilalui ternyata sempit hanya cukup untuk satu orang. Ya berhenti dong, menyingkir sebentar ke tepi, beri jalan sambil pasang senyum. Syukur-syukur menyapanya dengan ucapan hai, halo, atau Assalamualaikum. Jangan ngebut whuuus…whuuss….gitu, emang loe kira jalur ini jalan tol apa? Kalau kata Bang Hendri Agustin sih di salah satu tulisan di blognya, hal ini disebut sebagai mountaineering ethic atau etika pendakian gunung, dimana terbagi dalam dua aspek yakni human relation dan nature relation.


Nah kalau tata krama sama alam gimana? Saat di gunung jangan teriak-teriak kayak lagi konser. Kasihan binatang yang rumahnya emang di situ jadi terganggu. Apalagi pakai gelang dan gantungan yang bunyi kerincingan begitu. Beuh mengganggu pisan. Polusi suara alias noise.


Baik saat berada di jalur pendakian ataupun lagi santai nge-camp, jangan suka iseng matah-matahin ranting pepohonan dan tumbuh-tumbuhan. Biarlah mereka berada di tempatnya tanpa kamu ganggu. Kalau sekedar ambil gambarnya lewat jepretan kamera ya boleh-boleh saja, termasuk selfie di antara daun-daun, nangkring dan nongkrong di dahan-dahan pohon. Persis deh dengan .... 😃*nggak tega nyebutnya.


2. Jadi pendaki tuh harus cinta alam dan lingkungan


Salah satu tanda pendaki yang mencintai alam dan lingkungan adalah tidak buang sampah sembarangan. Setiap logistik yang kamu bawa naik ke atas gunung, wajib hukumnya kamu bawa pulang kembali saat turun. Gunung bukan tempat sampah Bung, Mas, Mbak. Gunung itu penyangga kehidupan yang menyediakan air untuk lebih dari setengah populasi manusia di muka bumi. Gunung itu the mother of nature yang kudu kita jaga supaya tetap lestari, bersih, dan tetap hijau. Makanya PBB melalui organisasi yang menangani masalah pangan dunia, UNICEF menetapkan satu hari spesial yakni 11 Desember sebagai Hari Gunung Internasional. Kalau mau tau lebih jauh lagi baca di sini



3. Jadi Pendaki tuh kudu mandiri

Mandiri dalam hal tidak bergantung sama teman setim apalagi sama orang lain yang beda tim. Kalau kamu cewek, jangan sukanya cuma bawa daypack doang sedangkan keril kamu titip teman cowokmu. Jadi cewek pendaki tuh jangan berprinsip bebanku bebanmu, bebanmu bukan bebanku dong. Percaya deh cowok itu paling sebeeel banget sama cewek tipe gini. Para cowok justru akan sangat respek dan kagum sama cewek yang kuat dan tidak menyusahkan. Kecuali ya kecuali si dia emang lagi pedekate dan tepe-tepe sama kamu. Itu mah lain soal. 


4. Jadilah Pendaki yang berempati dan setia kawan

Makanan siap dihidangkan


Contohnya dalam hal memasak, jangan taunya udah matang baru sibuk nyiapin piring atau nesting. Ikutlah terlibat dari mengambil air bersih, mengiris-iris bawang, menyalakan kompor, membuat kopi, wedang jahe, memasak nasi, dan lainnya. Jangan kamu biarkan temanmu terus yang melakukan. Diam-diam dia juga punya rasa gondok sama kamu kalau kamu hanya santai-santai dengerin lagu sementara dia brak-bruk sibuk nggak karuan.


Jika ada teman yang kesakitan, hipotermia atau dehidrasi jangan pelit minjemin jaket, sleeping bag, atau memberinya air minum. Tolong dan rawat temanmu dengan penuh kasih sayang. Pertolongan kepada orang sakit itu teramat susah dilupakan oleh si sakit. Entah melalui dia atau orang lain maka balasannya akan kamu terima suatu saat dalam bentuk apa saja. Ingat pantun melayu


Pulau Pandan jauh di tengah
Gunung Daik bercabang tiga
Hancur badan di kandung tanah
Budi baik dikenang juga


Oya ngomong-ngomong, Gunung Daik sekarang cabangnya jadi dua. Yang ketiganya udah patah. Gunung Daik dimana sih? Gunung ini terkenal banget di kalangan orang Melayu loh. Peta mana peta.



5. Jadi Pendaki yang terus belajar dan belajar. Terus memperbaiki diri. Tidak konyol.


Pengalaman adalah guru yang terbaik. Saat mendaki adaaa saja ilmu dan pengetahuan baru yang akan kita dapat. Mulai dari hal-hal kecil hingga besar. Entah itu bagaimana cara menyesuaikan perjalanan dengan ritme tubuh dan nafas, atau kamu tersesat dan ternyata belajar bagaimana mengatasi rasa panik hingga dapat selamat dari bahaya maut yang mengintai. Jadikan itu bekal di pendakian-pendakian berikutnya.


Konyol namanya kalau kamu mendaki gunung cuma pakai sendal jepit. Yang dijepit itu rambut bukan kaki. Ingat! kaki itu aset penting bagi mulusnya pendakianmu. Jaga kakimu agar senantiasa nyaman dengan memakai sepatu dan kaus kaki. Apa? Sepatu gunungnya mahal-mahal? Kalau gitu jangan mendaki gunung dong kalau gak mau modal. Mendaki gunung itu bukan hobby yang murah Jack. Masa sih buat beli rokok yang nyata-nyata merusak kesehatanmu saja kamu bela-belain ngutang sementara buat beli sepatu gunung yang safety untuk kakimu sendiri kamu bilang mahal. Uang rokoknya itu tabung dong buat beli sepatu.


Kalau buat para cewek, lupakan dulu beli wedges atau kosmetik. Beli sepatu gunung sama keril yang cocok untuk ukuran kaki dan badanmu. Jangan pinjam mulu, malu. Masa udah berpuluh-puluh gunung kamu daki tapi properti pinjaman semua. Aiiih. *gigit jempol.


Konyol namanya kalau kamu mendaki gunung tidak bawa persiapan apa-apa. Di gunung tidak ada supermarket jadi penting banget bawa makanan dan pakaian yang cukup untuk beberapa hari pendakianmu. Jangan ngandalin belas kasihan pendaki lain. Bagaimana pun juga mereka tak tahu persis kondisi tubuhmu seperti apa.


6. Jadi Pendaki yang Bahagia

Senyum itu menyehatkan

Menyenangkan orang lain dan membuatnya tersenyum adalah amal kebaikan loh. Jangan dianggap sepele. Senang rasanya kalau kita mendaki dengan orang yang selalu happy dan gembira. Eh artinya sama-sama wae nya happy itu kan gembira. Halaah. Dan kebalikannya, jalur akan teramat sangat panjang dan lamaaaa.....banget jika rekan seperjalanan mukanya tertekuk masam. Kalah deh asamnya asam jawa sama asam kandis. Rasanya cukup sekali ini aja deh jalan sama dia. Marah-marah mulu. Ngomel-ngomel mulu. Ngeluh-ngeluh mulu. Idiiih gak ada bagus-bagusnya. Kapur Bagus sih bisa ngusir semut dan kecoa. *Iklan tak berbayar :D



7. Jadi Pendaki yang .....


Yang ketujuh ini tambahin sendiri aja deh. Karena tiap orang punya versinya masing-masing. Wkwkwk...ini sih namanya kehabisan ide tapi nggak mau ngaku. #Plaaak.


Sudah siap menjadi pribadi menarik yang disukai, disayangi, dan dicintai sesama pendaki? Yuk perbaiki sikap, wawasan dan pengetahuan tentang segala hal yang menyangkut pendakian di Gunung. Cari tahu dari pengalaman teman, buku-buku pendakian, catatan-catatan perjalanan yang berlimpah di internet, atau media lainnya.


Kalau sikap dan perilakumu sudah mencerminkan ketujuh hal di atas bahkan mungkin melampauinya, percaya deh tidak saja jin dan manusia bahkan tumbuhan dan binatang pun akan senang dengan perbuatanmu. Kenapa? Karena aura positif selalu terpancar dari jiwa dan ragamu. Ikhlas gitu loh. Layaknya Puteri Indonesia, semua mata tertuju padamu #tsaaaah....Mamah Dedeh banget. *Kibas Jilbab.

1 komentar :

  1. termasuk tidak boleh memetik bunga sembarangan ya, mba. :D etapi aku pernah dikasih edelweiss. hihi :D entah beli atau metik itu ya

    BalasHapus

Halaman ini dimoderasi untuk mengurangi spam yang masuk. Terima kasih sudah meninggalkan komen di sini.

Made with by Lina W. Sasmita