Penyebrangan Sumbawa - Flores


Suasana Pelabuhan Sape
Saya dan teman saya, Marita, baru saja turun dari bis yang mengantarkan kami dari Kabupaten Dompu menuju Pelabuhan Sape di Kabupaten Bima Pulau Sumbawa. Hari itu kami berencana menyebrang menuju Labuan Bajo Pulau Flores. Pulau yang sudah lama ingin saja jejaki. Meski hanya sebatas ujung baratnya saja, tidak mengapa. Hanya sebagai pertanda bahwa perjalanan ke pulau impian tersebut baru akan dimulai.

Tujuan kami yang utama adalah menikmati panorama indahnya Taman Nasional Komodo yang bisa ditempuh dengan menaiki kapal dari Kota Labuan Bajo. Taman Nasional yang menjadi salah satu New Seven Wonder of Nature dan telah pula masuk ke dalam situs warisan dunia.


Selamat Datang di Sape

Kami menepi dan berteduh di teras ruang tunggu penumpang. Bertanya kepada calon penumpang lainnya dimana membeli tiket ke Labuan Bajo. Sepasang suami istri yang masih muda menunjukkan lokasi loket dan bilang kalau loket dibuka jam 3 sore nanti. Masih sekitar dua jam lagi menunggu. Sedangkan penyebrangan kapal ke Labuan Bajo biasanya diberangkatkan jam 4 sore. Penyebrangan yang akan ditempuh selama 7 hingga 8 jam.

Daftar Tarif Angkutan Penyebrangan

Sambil menunggu loket dibuka kami memilih untuk makan siang dulu di sebuah warung makan yang letaknya satu deret dengan ruang tunggu. Memilih menu yang sebenarnya biasa-biasa saja. Padahal berharap ada menu unik yang khas ala Sumbawa atau Bima yang bisa kami cecap di sana. Makan siang seharga 15.000 rupiah.

Loket Pembelian Tiket Kapal

Selesai makan kami duduk-duduk di ruang tunggu sambil membaca buku. Seorang ibu berkerudung dengan wajah teduh dan penuh kelembutan  menyapa saya dan bertanya hendak kemana. Dia sendiri bercerita hendak ke Waingapu. Sekitar 8 jam perjalanan naik kapal dari Pelabuhan Sape. Ia bercerita baru saja menengok anak cucunya di Bima. Suaminya sudah meninggal dan Alhamdulillah meninggal dengan baik selepas sholat subuh. Mereka berdua baru saja pulang dari naik haji. Saya melihat rona kesedihan dan kerinduan dalam wajahnya. Matanya berkaca-kaca saat ia menceritakan suaminya.

Udah Mirip Kura-Kura Ninja :D

Jam setengah tiga loket sudah dibuka. Saya segera membelinya. Tiket penyebrangan ini seharga 60 ribu rupiah sekali jalan. Terompet kapal pun berbunyi, entah tanda apa. Namun setelah itu gerbang menuju tepi pelabuhan dibuka. Saya dan Marita segera beranjak dan melintas di depan petugas penjaga gerbang setelah memperlihatkan tiket penumpang.

Dira dan Jualannya

Seorang gadis kecil berbaju merah, membawa nampan berisi aneka jajanan membuntuti kami seraya menawarkan dagangannya. Kulitnya hitam manis dengan senyum selalu tersungging dari bibirnya. Hingga tiba di dek 2 kapal, gadis kecil yang bernama Dira itu terus saja mengikuti kami. Karena kasihan Marita membeli beberapa jajanan darinya. Tak lekas pergi gadis kecil itu malah duduk sambil malu-malu bercerita.

Jemuran di Kapal

Melihat jemuran yang berkibar-kibar di samping geladak, Marita langsung berfikir untuk mencuci baju di kapal. Kebetulan seorang ABK bernama Pak Bambang membolehkan kami mencuci baju. Dia pun meminjamkan sikat untuk mencuci. Horeee....punya baju ganti lagi. Namun sayangnya kami tidak punya sabun cuci ataupun detergent. Saat diminta tolong untuk membelikan, dengan senang hati Dira berlari keluar kapal. Meninggalkan dagangannya tergeletak di kursi penumpang. Hehe jadinya seperti kami yang jualan.

Tempat Tidur 

Pak Bambang juga menawari kami sebuah kamar seharga 100 ribu. Dan karena kami baru akan tiba di Labuan Bajo sekitar jam 12 malam, Pak Bambang memberikan opsi kepada kami untuk menginap di kapal hingga pagi hari dengan biaya tambahan 60 ribu rupiah lagi. Kami berdua langsung setuju. Malas rasanya saat tiba di Labuan Bajo malam-malam harus direpotkan lagi dengan mencari penginapan. Syukur Alhamdulillah jadi bisa rebahan badan dan beristirahat dengan tenang.

Kamar yang disewakan berada di dek 2. Memiliki sebuah tempat tidur tingkat, lemari, kipas angin, dan yang menyenangkan terdapat banyak colokan listrik. Belum apa-apa langsung saja saya dan Marita mengeluarkan gadget masing-masing yang hampir mati suri karena kehabisan batre. Untung banget saya membawa Charger Samsung sehingga tablet Samsung saya bisa di-charge di sana. Kebetulan sinyal lumayan kuat sehingga kami bisa online.

Colokan Listrik di Kamar

Tepat jam 4 sore terompet kapal berbunyi. Pertanda kapal segera berangkat. Saya dan Marita bergantian mandi dan mencuci baju di toilet dek satu. Cucian dijemur di kamar menggunakan tali webbing yang dibawa Marita. Haha...lumayan berguna juga.

Jemuran Darurat di Kamar :D

Ba'da maghrib, rasanya ada yang aneh dengan perut dan kepala. Mual, pusing, kleyengan, seperti banyak kunang-kunang di mata. Seperti banyak ulat bulu dalam perut. Dan seperti banyak semut di dalam kepala. Duuuh. Gado-gado rasanya. Ternyata Marita juga merasakan hal yang sama. Akhirnya kami baring-baring dan istirahat tidur.

Jam 10 malam kami terbangun. Mual dan pusing telah menghilang. Alhamdulillah. Ternyata tidur adalah obat yang paling mujarab. Namun kini rasa lapar mulai mendera. Tak menunggu lama saya dan Marita segera menuju cafetaria. Memesan pop mie dengan siraman air panas yang dijual dua kali lipat harga biasa. Kali ini tidak masalah asal perut terisi.

Kembali ke kamar, sekedar baca buku sebentar lalu kami tertidur pulas kembali hingga keesokan harinya. Memandang rindu pada sinar mentari yang mengintip dari ujung Pulau Flores. Labuan Bajo...kami datang.

Sunrise yang Terbit di Labuan Bajo






5 komentar :

  1. Selalu takjub dengan acara travelling Mbak Lina, dibalik tampilan yang keibuan ternyata suka berpetualang.
    Kok kebetulan aku baru dikasih adik ipar hp samsung, socketnya rusak jadi nggak bisa dicharge langsung dengan chargenya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Duh....saya mah anak baru banget di dunia traveling ini Papa Aim.

      Hapus
  2. Kebayang senengnya nemu colokan listrik, apalagi di kapal. Pokoknya kalau sedang jalan, nyawa gadget tuh bener-bener jadi nomor satu. Kadang2 kalo aku nih ya, pernah pas lagi lapar, bukannya mikirin perut dulu, malah mikirin nyari 'makan; buat HP wkwkwk

    Cerita perjalanan mbak Lina seru abiiissss

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul mbak Rien nemu colokan listrik ini sampe teriak loh :)

      Hapus
  3. penyebab mual-mualnya kenapa, Mbak. Mabuk laut? Saya tuh suka pengen naik kapal. Tapi takut mabuk laut :D

    BalasHapus

Halaman ini dimoderasi untuk mengurangi spam yang masuk. Terima kasih sudah meninggalkan komen di sini.

Made with by Lina W. Sasmita