18 Tahun Melawan Asap

Bencana asap
Suasana Pagi di Jalan Depan Kompleks Perumahan
Dari tahun ke tahun, bencana asap yang melanda negeri ini semakin lama semakin parah. Tidak saja di daerah asal terjadinya kebakaran seperti daratan Sumatera dan Kalimantan tetapi merembet menutupi Provinsi Kepulauan Riau, Singapura dan Johor. Karena letaknya berada di tengah-tengah antara daratan Sumatera dan Kalimantan, maka wilayah Kepri khususnya Batam dan Bintan seperti mendapat gempuran asap dari dua sisi. Barat dan timur. Hampir tiap tahun asap selalu mampir dan terdiam di langit Pulau Batam.

Biasanya asap yang melanda Batam tidak lebih dari seminggu. Bahkan beberapa tahun lalu (tepatnya lupa tahun berapa) Batam luput dari asap karena arah angin yang berubah. Namun tahun ini arah angin menerbangkan asap kembali ke sini. Menebarkan horor dan kemuraman pada wajah kota yang sayangnya sedang dilanda berbagai permasalahan sosial yang semakin menebarkan teror. Teror yang ditandai dengan jumlah angka  kriminalitas yang meningkat tajam. Tiap hari ada saja pemberitaan tentang perampokan dan pembunuhan. Hingga saat sepi, pemandangan ke luar jendela pun tampak seperti kota mati.

Sudah 18 tahun  negeri ini langganan bencana kabut asap. Namun tak pernah ada solusi kongkrit yang dapat menyudahi bencana ini. Berbagai komunitas seperti Komunitas Blogger, Forum-Forum Literasi, Ormas, Mahasiswa, dan lainnya mengadakan kampanye serentak  melawan asap. Berbagai kelompok organisasi nirlaba menggalang dana untuk pembelian masker. Sindiran dan olok-olok dari negeri tetangga di jejaring sosial sungguh membuat kita tertawa satir. Para penguasa saling beretorika. Para pemimpin saling beradu argumen. Namun para bedebah yang membakar hutan-hutan Sumatera masih tetap bernafas lega diantara jerit tangis para ibu yang kehilangan bayi mereka. Ironi Negeri yang dibangun oleh para pendahulu dengan sepenuh hati namun dijalankan oleh para penerus dengan setengah hati. Mari menertawakan diri sendiri. 18 tahun kita hanya berkutat dengan asap, asap, dan asap.

Matahari dan kabut asap di Batam
Mentari Kini Sinarnya Tak Garang Lagi :(

Saya jadi teringat suasana Idul Adha kemarin di perumahan tempat saya tinggal. Ini merupakan Idul Adha dengan suasana teraneh seumur hidup. Suara takbir menggema di udara yang kosong dan putih. Matahari pucat bulat merah telur. Sinarnya lemah terhalang asap yang menggenang di awang-awang. Sedikit pun mentari tak tampak garang karena hampir seluruh energi yang dipancarkan terserap oleh asap. Hawa terasa gerah dengan bau khas asap yang menguar di udara. Tak ada angin yang lewat untuk sekedar singgah menyapa helai dedaunan. Tak ada rintik hujan yang akan membasuh debu-debu di terpal halaman mesjid. Tak ada embun yang menggelinding jatuh ke tanah. Kering. Hanya kering dan hawa kering yang melingkupi sekeliling.

Lantas peristiwa ini akan menjadi cerita. Cerita yang beberapa bulan ke depan akan terlupakan. Yang akan kembali terngiang pada Agustus dan September tahun depan. Hingga milyaran rupiah digelontorkan. Untuk membasuh kebakaran lahan dan hutan. 

Ibarat pepatah “tiba di mata dipejamkan tiba di perut dikempiskan”,  Bertindak setelah keadaan berubah parah. Apakah memang akan seperti itu agar proyek abadi tetap mengalir? Entahlah.  

10 komentar :

  1. Aceh, sebenarnya sangat jarang terkena bencana asap. tapi tahun ini, hampir sebulan penuh asap melanda kawasan aceh. bahkan sampai pantai iboih di sabang pun kena imbasnya kak.

    yudi bisa membayangkan gimana rasanya kakak di sana yang saban hari harus berurusan dengan asap yang sangat pekat

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah Batam nggak separah Riau, Jambi dan Sumsel. Penerbangan pun masih berlangsung. Hanya saja tenggorokan mulai terasa sakit terlebih sering begadang masuk malam :(

      Hapus
  2. Belum turun hujan kah Lin ? keknya ini asap terlama dalam sejarah beberapa tahun belakangan ini yah....turut prihatin dan jaga kesehatan ya..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Oktober ini sudah beberapa kali hujan dan sempat membuat langit biru. Tapi jika Sumatera daratan belum hujan juga dan angin selalu mengarah ke sini tetap saja asap kembali lagi.

      Hapus
  3. Miris sekali ya Mbak Lina, smg cepat usai masalah ini...

    BalasHapus
  4. hampir 3 tahun tinggal di Siak,tahun ini yang terparah...alhamdulilah sekarang udah ngungsi ke Batam,lumayan daripada di Siak yang gelap nggak karuan :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mbak di Batam lagi ya? Alhamdulillah. Btw kabarnya lagi ngisi, selamat ya Mbak. Iya mending di sini dulu biar kesehatan janin terjaga.

      Hapus
  5. Kamu yg sabar yaaaa, ikhlasssss
    aku mendoakan buat kalian semua #Halah

    BalasHapus
  6. Ini saya d batam loh mba :3

    BalasHapus

Halaman ini dimoderasi untuk mengurangi spam yang masuk. Terima kasih sudah meninggalkan komen di sini.

Made with by Lina W. Sasmita