Serunya Merayakan Idul Fitri 1437H di Pulau Penyengat

Sudah pernahkah Kamu mendengar tentang Pulau Penyengat? Bagi yang sering mampir ke blog ini, setidaknya pernah membaca satu atau dua postingan saya yang lawas-lawas mengenai pulau tersebut. Yup, saya pernah menuliskannya ketika para blogger di Kepri sedang berkampanye dengan menggembar-gemborkan pelaksanaan Festival Pulau Penyengat 2016. Tulisan lainnya membidik berbagai lomba seperti lomba foto dan lomba gasing pada acara tersebut.

Masjid Sultan Riau Lingga Pulau Penyengat
Mesjid Sultan Riau - Lingga Pulau Penyengat

Lebaran kemarin, saya dan keluarga sengaja datang ke Pulau Penyengat untuk ikut melaksanakan Sholat Idul Fitri di Mesjid Sultan Riau - Lingga yang berada di pulau yang sangat bersejarah ini. Alhamdulillah niat yang sudah muncul sejak tahun lalu akhirnya terlaksana jua.
 
Pelantar beton menuju pelabuhan

Jembatan menuju pelabuhan apung

Masih berkabut


Pada pagi yang masih menggariskan kabut di ujung laut, kami sudah meluncur meninggalkan sebuah penginapan murah di Kota Tanjungpinang untuk menuju pelabuhan. Jejeran motor memenuhi pelantar beton menyambut suasana pagi fitri dengan rapi. Tak ramai orang yang akan menyebrang kala itu. Kami harus menunggu penumpang lainnya untuk dapat menyebrang sementara waktu sudah menunjukkan pukul 06.30 WIB. Sholat Ied di Batam tempat asal kami, lazimnya, digelar tepat pukul 07.00 pagi. Tak heran kami mendadak waswas dan takut seandainya penumpang lain tidak ada yang datang hingga jam tujuh nanti.

Naik perahu motor (pompong) menuju P.Penyengat

Baru beberapa menit menanti, kami tertolong oleh seorang Bapak yang berpakaian khas Melayu yang datang bersama keluarganya yang bersedia mencarter pompong (perahu motor) menuju Penyengat. Saya mendengar perbincangan antara Si Bapak dengan pengatur pompong pelabuhan yang menyepakati biaya carter pompong sebesar 150.000 rupiah sekali hantar. Kalau tidak mencarter, mereka akan bernasib seperti kami juga menunggu penumpang lain datang hingga kapasitas pompong terpenuhi. Namun syukur Alhamdulillah, setelah saya bertanya apakah kami boleh menumpang, Si Bapak  mengijinkan kami ikut pompong carterannya. Menjelang tiba di Pulau Penyengat, kami membayar ongkos pompong sebesar Rp 15.000 per orang kepada si Bapak tersebut.

Pulau Penyengat
Pulau Penyengat 
Laut sedang surut
  
Sisi lain Pulau Penyengat

Pompong merapat di pelabuhan Pulau Penyengat. Samar, suara takbir beresonansi memenuhi hampanya udara pagi. Pelabuhan itu teramat lengang. Udara yang hangat dengan hawa laut yang pekat di penciuman, lindap merambat. Menambat getar-getar syahdu rindu yang lantas memantulkan gema taqwa kepada rongga jiwa.

Tiba di pelabuhan Pulau Penyengat

Pulau Penyengat
Pompongnya dua tingkat

Allaaahuakbar….
Allaaahuakbar….
Allaaaahuakbar.
Laaaa…ilaaa haillallohuwallooohuakbar
Allaaahuakbar, walillaaahilham.

Langkah kami tergesa. Lantunan takbir semakin nyaring terdengar di telinga. Sembari berjalan sesekali saya membidikkan kamera. Menangkap dua sosok ayah dan anak yang berjalan sambil berpegangan tangan. Sejumput haru menyatu dalam kalbu. Semoga kebersamaan kami akan terus dirahmati. Semoga keluarga kecil kami selalu dicurahi kasih sayang yang tak terbilang.

Tiba di Pulau Penyengat

Suasana Mesjid Sultan Riau atau lebih dikenal dengan sebutan mesjid Pulau Penyengat terlihat ramai namun rapi dan tertib. Sajadah-sajadah tergelar menghadap kiblat hingga halaman menuju tangga keluar. Shaf antara laki-laki dan perempuan terhalang kain putih yang terbentang setinggi kepala orang dewasa.
 
Jamaah Sholat Idul Fitri

Saya dan Chila memasuki bangunan di luar mesjid sebelah kanan. Di sana masih banyak sajadah-sajadah kosong yang belum terisi. Dari pengeras suara, panitia mengumumkan perolehan zakat fitrah, infaq, fidyah, dan lainnya. Selain itu menerangkan juga tentang tata cara sholat ied. Hal ini penting disampaikan karena sholat Idul Fitri  hanya dilaksanakan setahun sekali, jadi kemungkinan besar ada saja yang lupa tentang tata caranya.

Pukul 07.30 WIB sholat Ied digelar khidmat sebanyak 2 rakaat. Setelah Sholat Ied, terdengar khutbah Idul Fitri dimulai. Salah satu hal yang saya ingat dari isi khutbah tersebut adalah tentang sebuah pertanyaan kenapa manusia tidak dapat melihat Allah SWT?

Secara biologi dan fungsi, mata manusia tidak bisa melihat karena dua sebab. Karena pencahayaan gelap (terlalu gelap) dan karena cahaya terlalu terang. Dalam sifat-sifat Allah, kita mengenal bahwa Allah adalah Yang Maha Bercahaya. Maka karena Allah terlalu bercahayalah yang menyebabkan manusia tidak dapat melihat Allah SWT. Sang Imam mencontohkan sebuah kisah, ketika Nabi Musa mendaki ke sebuah gunung dan meminta agar melihat Allah SWT secara langsung, maka tatkala Allah datang dan akan memperlihatkan diri-Nya, maka Nabi Musa pingsan karena tidak kuat untuk melihat Allah SWT. Allahu Akbar.

Selepas khutbah, para jamaah bersalam-salaman sambil berpelukan. Tampak di halaman mesjid, seorang anak sedang terisak di pelukan ayahnya. Kepalanya menunduk dengan dahi dikecup tanpa henti oleh ayahnya. Pemandangan yang membuat hati terenyuh.

Bersalaman dan bermaaf-maafan

Doa-doa sang ayah

Ketika suasana sudah cukup lengang, kami turun ke jalan di bawah mesjid Sultan. Sambil duduk di bangku di tepi jalan, saya merekam suasana bahagianya Hari Raya di depan gerbang mesjid bersejarah peninggalan Sultan Riau – Lingga ini. Tampak di tangga menuju mesjid, beberapa keluarga berkumpul, berfoto membuat video ucapan Selamat Hari Raya dengan wajah ceria dan sumringah penuh tawa bahagia.


Begitu pula dengan kami sekeluarga, dengan ucapan yang tulus dari lubuk hati kami yang terdalam,  kami ingin mengucapkan:


Minal Aidin Walfaidzin, Mohon Maaf Lahir dan Batin


65 komentar :

  1. Minal aidin wal faizin Mbak Lina. Pastinya sangat berkesan Sholat Idul Fitri di Pulau Penyengat Riau ini. Usaha yang langsung terbayar dengan syahdunya takbiran :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah Mbak. Berkesan banget soalnya sudah diniatkan sejak lama. Minal Aidin Walfaidzin juga untuk Mbak sekeluarga.

      Hapus
  2. Baju2nya kayak di malaysia yaaaa

    BalasHapus
  3. Jauh nih, sholat ied nya sampai di penyengat. He he
    Tapi memang suasananya spt di kampung sih ya kalau lebaran di sini.

    BalasHapus
  4. Baru tau ni kk,, padahal aku warga riau juga.. hiks.. hiks.. kalo dari Duri jauh ga ya ?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dari Duri kena naik kapal ke Batam dulu Mbak. Lalu ke Tanjungpinang dan setelah itu nyebrang Pulau Penyengat.

      Hapus
  5. Baru tau ni kk,, padahal aku warga riau juga.. hiks.. hiks.. kalo dari Duri jauh ga ya ?

    BalasHapus
  6. Maaf lahir batin teh Lina, bang Ical, juga Chilla.. :)

    BalasHapus
  7. Mohon maaf lahir dan batin juga Mbak...

    BalasHapus
  8. Wah kapan-kapan boleh juga nih coba shalat ied di Pulau penyengat. Seru ya Teh.

    BalasHapus
  9. Pernah baca ttg pulau penyengat waktu temen bulan madu kesana..
    Suka sama bajunya melayu banget..
    Perjuangan juga ya mau sholat ied..tapi terbayar sudah denhan takbir yang saling berkumamdang..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul Mbak Widhie, penuh perjuangan :D ini pulau sangat terkenal kalau bagi orang Melayu mah.

      Hapus
  10. unik juga ya lebaran di tempat bersejarah gini :)

    BalasHapus
  11. Minal Aidzin ya Kak. Seru banget ya itu. Suasananya beda banget.
    Itu tapi sampah di sisilainnya, sangat disayangkan. Selain itu keren, belum pernah saya mengalaminya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih, iya Alhamdulillah seru. Kapan-kapan main ke Penyengat :)

      Hapus
  12. Waaah, syahdu ya sholat IED disana, jadi pengen deh, semoga tahun depan udah punya suami biar bisa sholat disana, aamiin..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Amiiin semoga ya Allah. Diaminkan malaikat selangit juga deh. Amiin amiin.

      Hapus
    2. dear gebetan. peka dikit napa 😛

      Hapus
  13. wah si teteh ternyata lebaran di tg pinang..napa tak nyolek2 ? kapan bisa makan ketupat di rumah saya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya nyolek di IG pas lebaran ketiga itu Mbak Ana. Pulang dari Kijang. Kapan-kapan nginap situ deh ya.

      Hapus

  14. Selamat hari raya Idul Fitri, maaf lahir batin. Btw pompong nya yang 2 tingkat itu unik juga :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Mbak, unik dan menarik, saya mau naik pompong tersebut tapi gak beroperasi hari itu.

      Hapus
  15. Mibal aizin wal faizin, Mba Lina. Mohon maaf lahir dan batin yaa.
    Pakaiannya khaa melayu banget yak? Pasti nuansa melayu terasankhas banget di sana yaaa?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama-sama Mbak Al. Iya ini memang negeri Melayu, dan pernah menjadi pusat pemerintahan kerajaan Melayu Riau-Lingga. Tak heran pakaiannya masih khas Melayu.

      Hapus
  16. such a quiet and peace place! Btw ini tempatnya lebih ke bernuansa melayu ya?

    Salam kenal! Mampir ke blog aku ya!
    https://dolinafatitela.blogspot.co.id

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, justru kawasan inilah yang menjadi asal-usul negeri Melayu.

      Hapus
  17. minal aidin wal faidzin mba Lina
    waah keliatannyakhas bgt ya lebaran di sana..seruuu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih Mbak Ophi, iya ini khas tanah Melayu. Tempat ini pernah menjadi pusat pemerintahan kerajaan Melayu Riau Lingga.

      Hapus
  18. Sayang bgt ya mbak ... Pulau secantik itu dikotori sampah ya mbak .. Semoga ke depannya lbh diperhatikan ya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau sedang surut emang rata-rata pulau berpenduduk menyisakan sampah seperti ini. Bukan berasal dari penduduk asli pulau saja sih tapi dari pulau sebrangnya yang terbawa ombak.

      Hapus
  19. Kalau mau lebaran dengan nuansa kampung atau kangen lebaran di kampung, cukup ke sini aja ya!

    BalasHapus
  20. Pompong dua tingkatnya lucu, jadi kangen euy ke Batam lagi. Btw, minal aidin wal faidzin ya, Mbak. Mohon maaf lahir dan batin.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sepertinya pas ke Batam pulau ini terlewatkan untuk didatangi. Hayu ke Batam lagi :D

      Hapus
  21. Minal aidzin wal faidzin...
    Jembatan menuju pelabuhan abung instagram-able bgt


    Salam kenal dr blogger ala2

    BalasHapus
    Balasan
    1. Haha yang anak instagram mah jeli banget mengamati :D

      Hapus
  22. Wah pasti seru sekali ya mba Lina bisa lebaran di sana. Perjalanan yang sesuatu untuk menuku hari fitri.. ah jadi rindu pingin main lagi ke sana. Naik Pompong.. hmm.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waah Mbak Ira pernah ke Penyengat ya? Iya saya kalau naik pompong dan menyesap hawa laut itu rasanya damai banget.

      Hapus
  23. Selamat Lebaran mbak,mohon dimaafkan segala kesalahan ya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih Mak Prim. Sama-sama mohon maaf atas segala khilap selama ini.

      Hapus
  24. Mohon maaf lahir dan bathin juga ya mbak...
    Saya penasaran dengan nama pulaunya. Penyengat, ada asal usulnya gak, mbak?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya ada, dahulu kala (ciyee mulai bercerita sejarah nih saya :D) ketika orang-orang memasuki pulau ini disengat oleh sejenis serangga tapi tidak diceritakan serangganya sejenis apa.

      Hapus
  25. Seru banget nih. Mantab tulisannya.

    BalasHapus
  26. Indah. Tapi sayang sampah2nya ya mbak. Semoga pemerintah daerahnya aware utk menghimbau dan mendidik masyarakat agar menjaga keindahan pulaunya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Mbak sayang banget. Tapi sebagian sampah-sampah ini tidak datang dari Pulau Penyengat sendiri melainkan dari mana-mana yang terbawa arus ke darat.

      Hapus
  27. aiiih.. ini keren!!!
    jadi kepikiran tahun depan shalat ied di pulau seberang juga :D
    btw, itu pulau penyengat memang dekat banget ya kak? sampai kelihatan gitu masjidnya?

    BalasHapus
  28. wahh, saya baru tahu nih.. makasih banyak buat infonya, semoga bermanfaat bagi para pembaca termasuk saya. perbanyak artikelnya supaya banyak visitor yang betah berkunjung disini.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih Mas Gagan telah sudi berkunjung ke blog saya :)

      Hapus
  29. alhamdulillah ya . bisa berkesempatan idul fitri di pulau seberang sana. mereka kadang punya budaya yang beda dgn jawa. sy jg pernah idul fitri di Papua. dan itu sgtlah berkesan sekali.
    btw, taqobballahu minna waminkum. Mohon maaf lahir dan batin ya Mbaa

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya merasakan Idul Fitri di tempat lain itu rasanya emang beda banget. Sama-sama mohon maaf lahir dan batin juga.

      Hapus
  30. huhuhu lebaranku gitu aja abis solat makan ya udah secara g ada sodara :")
    met idul fitri mak... niat ya jauh2 solat idul fitri kesana btw

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya ini juga gak ada sodara makanya melalak jauh-jauh haha.

      Hapus
  31. mohon maaf lahir bathin ya kak 🙏

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama-sama Ahmad, maaf ya sering canda-canda.

      Hapus
  32. pengalaman yang menyenangkan pastinya, bisa merasakan sholat idul fitri di tempat yang berbeda....

    BalasHapus

Halaman ini dimoderasi untuk mengurangi spam yang masuk. Terima kasih sudah meninggalkan komen di sini.

Made with by Lina W. Sasmita