Jelajah Semarak Budaya Pada Festival Krakatau 2016


Jelajah Semarak Budaya Lampung adalah rangkaian acara dari Festival Krakatau 2016 yang biasa digelar setiap tahunnya pada bulan Agustus. Dalam Semarak Budaya ini ditampilkan berbagai kesenian dan budaya khas dari seluruh penjuru Lampung seperti tari-tarian dan pawai dengan mengenakan pakaian adat.


Di siang yang cukup terik menjelang perayaan Semarak Budaya, saya dan beberapa teman blogger yang berniat meliput event tahunan ini sengaja menepi dan masuk ke lobby Hotel Grand Anugerah yang terletak di Jalan Raden Intan Bandar Lampung. Rencananya dari jalan tersebut kami akan menonton iring-iringan pawai Semarak Budaya yang dijadwalkan dimulai pada pukul 3 sore.

Baca juga: Jelajah Gunung Anak Krakatau

Lobby hotel yang sejuk membuat kami asyik mengobrol satu sama lain. Apalagi saat itu saya bertemu dengan teman blogger dari Lampung, Mbak Naqiyyah Syam yang sudah lama saya kenal lewat sosial media.

Dari kaca lobby hotel tampak warga mulai memadati tepi jalan pertanda iring-iringan pawai mulai menuju lokasi acara yang dipusatkan di Tugu Adipura di pusat Kota Bandar Lampung. Tidak mau ketinggalan momen berharga ini, kami segera berlari dan memenuhi bahu jalan untuk mengambil foto.

Tugu Adipura

Dari jauh tampak iring-iringan yang diawali oleh sebuah mobil polisi. Di belakangnya berjalan rombongan pejabat, para istri pejabat, muli mekhanai (abang dan nonenya Lampung), para penari bertopeng, serta peserta Jelajah Semarak Budaya lainnya.

Rombongan para pejabat mengenakan pakaian batik dengan motif tapis, motif khas Lampung. Mereka tampak gagah dan berwibawa. Terutama yang mengenakan batik berlengan pendek, duh gantengnyaaa. Dari beberapa foto di internet dan majalah yang pernah saya lihat, saya langsung mengenali kalau beliau adalah M. Ridho Ficardo, Gubernur Lampung yang masih muda, usianya mungkin baru saja sekitar 36 tahun. Duh melihat senyumnya itu seperti meleleh rasanya. Hahaha. *Istigfar berkali-kali. Saya baru tahu Lampung diberi banyak anugerah dan salah satu anugerahnya adalah diberi seorang gubernur ganteng seperti M. Ridho Ficardo. #eeeeaaaa :D

Gubernur Lampung M. Ridho Ficardo

Di depan iring-iringan, di tengah jalan, tampak dua orang pesilat sedang memamerkan kemampuan mereka dengan saling serang menggunakan senjata tajamnya masing-masing. Rombongan wartawan tampak sibuk mengabadikan momen tersebut. Mereka berjalan mundur sambil membidikkan kameranya ke arah pesilat dan iringan-iringan gubernur.



Tiba di lokasi, gubernur beserta jajarannya segera menempati tenda tamu kehormatan yang telah disediakan di sebrang panggung. Para istri pejabat, duduk di tenda lainnya. Sedangkan para awak media termasuk kami para blogger duduk berjejer di aspal, di bagian depan tenda. Di lain sisi, masyaraat yang ingin menyaksikan perhelatan budaya, mulai merangsek memadati lokasi acara. Membuat para security dan panitia sibuk menyuruh mereka untuk minggir dan menepi. Namun pada saat security dan panitia lengah, orang-orang kembali merangsek mendekati para penari dan pengisi acara lainnya untuk berfoto. Hal itu tentu cukup mengganggu. Menurut saya sebaiknya antara penonton dan lokasi acara diberi pagar pembatas agar tertib.

Semarak Budaya Lampung
Istri Gubernur Lampung beserta istri-istri pejabat lainnya.

Musik khas Lampung yang indah dan rancak mengalun mengiringi rentak puluhan kaki para penari bertopeng yang berpakaian unik. Mereka mengenakan pakaian yang tersusun dari helai-helai kain perca berwarna-warni dengan tongkat tinggi yang tertempel topeng besar. Sebagian penari lainnya mengenakan kain sarung batik untuk menutupi seluruh tubuh termasuk kepala. Persis seperti ninja. Tapi yang ini ninja batik :D


Yang paling menyita perhatian penonton adalah saat hadir empat ekor gajah yang didatangkan dari pusat pelatihan gajah Waykambas. Gajah-gajah ini sangat terlatih sehingga pintar melakukan berbagai atraksi. Salah satu kepintarannya terlihat ketika mengalungkan karangan bunga kepada gubernur Lampung.



Gubernur Lampung menerima kalungan bunga dari gajah. Foto: Yoppie Pangkey

Seusai acara para blogger selfie bersama gubernur. Foto: Katerina

Satu per satu peserta Semarak Budaya tampil. Dengan kekhasan, keunikan, serta daya kreatifitas yang tinggi dari para seniman di tiap daerah menjadikan penampilan mereka begitu memukau dan kaya akan warna. Kreatifitas tampak pada pakaian adat yang dipadukan dengan sentuhan modern menggunakan bahan-bahan yang melimpah di daerahnya masing-masing.

Mereka yang tampil adalah perwakilan dari berbagai kabupaten dan kota yang ada di seluruh Provinsi Lampung. Tercatat ada sekitar 15 kabupaten dan kota yaitu Kabupaten Lampung Barat, Lampung Timur, Lampung Tengah, Lampung Utara, Lampung Selatan, Mesuji, Pesawaran, Pesisir Barat, Pringsewu, Tulang Bawang, Tulang Bawang Barat, Tanggamus, Way Kanan,  Kota Metro dan ibukota Bandar Lampung.






Meskipun secara detail tiap kabupaten berbeda, namun tetap menampilkan lambang topeng yang mempunyai filosofi tentang kemampuan menyamar atau beradaptasi demi tugas atau amanah yang diemban.

Ciri khas lain yang dominan adalah penggunaan siger. Sejenis mahkota khas Lampung yang dikenakan khusus oleh wanita. Umumnya siger memiliki runcing sembilan di bagian atas. Beberapa muli yang tampil di Semarak Budaya ini tampak sangat anggun dengan mengenakan siger di kepalanya. Selain itu ada pernak-pernik lainnya yang dikenakan seperti subang-subang yang dikenakan di telinga, kalung buah jukum, kalung ringgit, dan kalung papanjajar.

Dua MC mengenakan siger
Muli Mekhanai dengan mengenakan siger

Karena durasi waktu terbatas, ada beberapa perwakilan kabupaten yang penampilannya sengaja digabung dengan kabupaten lain padahal materi untuk tampil jelas berbeda. Ini menjadikan para penonton dan beberapa teman blogger sedikit kecewa karena tidak bisa menikmati penampilan mereka agak lama lagi. Sayang waktunya memang pendek, tidak lebih dari 2 jam. Waktu dua jam sepertinya sangat sedikit untuk penampilan 15 kabupaten dan kota yang ada di Provinsi Lampung.

Bersama rombongan para wartawan dan blogger, saya duduk bersila di tepi jalan, menikmati sajian atraksi budaya yang sama sekali belum pernah saya saksikan sebelumnya dimana pun. Baik di televisi maupun di keseharian. Seandainya tidak memegang kamera dan punya kewajiban untuk memotret, tentu lebih senang menyaksikan sajian budaya tersebut tanpa harus membidikkan kamera ke arah mereka. Terhanyut dan lebih tepatnya terpukau. Sumpah baru mengetahui ternyata budaya Lampung memang beda dengan daerah lainnya di Indonesia.




Semarak Budaya Lampung

Pada kesempatan tersebut juga tengah berlangsung pemecahan rekor MURI untuk penggunaan topeng terbanyak dimana lebih dari seribu orang dalam waktu yang bersamaan mengenakan topeng, termasuk gubernur dan istri.

Acara diakhiri oleh pelepasan 1883 balon ke udara oleh  Gubernur Lampung sebagai peringatan untuk mengenang letusan Gunung Krakatau yang terjadi pada tahun 1883.

Pelepasan 1883 balon ke udara









25 komentar :

  1. Parade budaya dan atraksi seni yang sangat meriah. Senang bisa menyaksikan langsung acara ini bersama mbak Lina dkk blogger lainnya.

    Semoga lewat festival Krakatau seni dan budaya Lampung bisa lestari...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Amiiin, semoga budaya Lampung makin lestari dan dikenal dunia. Senang juga bisa jalan bareng bahkan bobo bareng Mbak Rien 😁

      Hapus
  2. Baju Bu Gubernur....bagus banget.
    Apa Lampung punya warna khusus mba..?

    Kekayaan budaya Indonesia.
    Mashaallah.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya baju ibu-ibu pejabat keren banget Mbak. Warna khusus ya? Sepertinya gak ada. Sepanjang yang saya lihat unsur warna pada pakaian adatnya beragam.

      Hapus
  3. Hehehe fokusnya ke pak MRF yang ganteng dan istrinya yang cantik ya teh :)

    BalasHapus
  4. Gelaran parade budaya di festival Krakatau ini memang meriah banget ya Mbak. Semua suku dan pemangku adat menampilkan ciri khas budaya mereka. Saya juga baru tahu bahwa Lampung itu ternyata mempunyai beberapa suku yang pakaian maupun tata cara pernikahan mereka sedikit berbeda satu sama lain :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya saya malah takjub Mbak ternyata Lampung kaya akan warisan budaya.

      Hapus
  5. sepertinya harus menambah wawasan budaya lagi ini saya, masih banyak budaya yang perlu di ketahui ya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya juga merasa ternyata saya gak tau apa-apa tentang budaya Lampung begitu disuguhkan berbagai sajian atraksi budaya di sana.

      Hapus
  6. Bahada Lampung mirip bahasa Komerimg asal Sumsrl.. Muli meghanai itu artinya gadis dan bujang kan?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waah mirip ya? Mungkin karena dekat ya Mbak. Sepertinya iya Muli Mekhanai itu gadis dan bujang. 😁

      Hapus
  7. mbak..itu pakaian adatnya hampir mirip padang dan melayu ya mbak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mirip dan sopan-sopan ya. Suka lihatnya.

      Hapus
  8. Acaranya seru! Sayang ada penampilan yang digabungkan, ya. Jadi gak maksimal. Eh, iya, itu make siger sepanjang acara, gak berat, gitu?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul, dua jam kayaknya gak puas saya. Harus nonton lama.

      Hapus
  9. Terpukau sama kostum - kostum yang dipake, keren banget :)

    BalasHapus
  10. Parade budaya dan atraksinya keren ya.

    BalasHapus
  11. Berkah lainnya itu diberi blogger kece :D
    *ditimpukGelasKopiDariBatam

    BalasHapus
    Balasan
    1. Haha blogger plus plus. Plus fotografer plus sopir pribadi 😁

      Hapus
  12. Keren ya acaranya. Dikemas dengan bagus!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya cuma sayang atraksinya kurang lama karena waktunya dibatasi sebentar-sebentar.

      Hapus
  13. Ah senang ny bisa jumpa mbak lina di festival krakatau kemarin. Kapan klampung lg mbak..

    BalasHapus

Halaman ini dimoderasi untuk mengurangi spam yang masuk. Terima kasih sudah meninggalkan komen di sini.

Made with by Lina W. Sasmita