Indahnya Pantai Permata di Pulau Subang Mas Batam

Pantai Permata Pulau Subang Mas Batam
Pantai Permata


Perjalanan mengunjungi Pulau Subang Mas adalah rangkaian dari rencana island hopping menginjakkan kaki di pulau-pulau yang ada di sekitar perairan Batam. Island hopping sendiri adalah sebuah kegiatan melintas laut untuk mengunjungi pulau-pulau tertentu.


Tak kurang dari 300-an pulau yang termasuk ke dalam wilayah administratif Kota Batam yang bisa dikunjungi wisatawan baik lokal maupun manca negara. Jadi tolong teman-teman ingat ya, bahwa Batam itu wilayahnya tidak hanya satu pulau saja namun lebih dari 300-an pulau. Maka dari itu Batam selayaknya disebut sebagai kota kepulauan. Pulau-pulau di luar Batam ini sering disebut oleh para pewarta berita sebagai kawasan hinterland. Sementara Pulau Batam disebut mainland.


Mengunjunginya satu per satu kepulauan di Batam ini adalah stress release yang dapat mengembalikan keceriaan hidup para pekerja seperti saya saat jenuh melanda. Bagi saya dan teman-teman, island hopping adalah doping paling mujarab saat akhir pekan tiba.


Minggu lalu, saya dan beberapa rekan blogger yang bermukim di Batam mengunjungi pulau Subang Mas, Pulau Tunjuk, dan Pulau Awi hampir seharian dalam sekali jalan. Semula berencana mendatangi 5 pulau, namun karena terpesona Pantai Permata di Pulau Subang Mas, maka kami menghabiskan waktu yang cukup lama di sana.


Mengawali perjalanan dari Jembatan II Barelang, kami menyewa pompong (boat) seharga Rp. 800.000 dari Pak Daud untuk seharian. Karena bersepuluh orang maka masing-masing hanya membayar Rp. 80.000. Harga sewa ini tentu saja sangat murah jika dibanding harus menyewa sendiri seharian. Oh iya, Pak Daud dahulu pernah mengantarkan saya mengunjungi Pulau Panjang. Klik saja jika penasaran seperti apa pulaunya.


Sekitar 1 jam perjalanan dari Jembatan II, kami tiba dan melintasi selat sempit antara dua pulau yang di kanan kirinya ditumbuhi oleh pohon-pohon bakau yang hijau, lebat, dan rimbun. Air laut di sekitar hutan bakau ini pun tampak menghijau karena pantulan dedaunan.

Hutan bakau atau mangrove
Hutan Mangrove (bakau)


Karena belum sepakat akan ke pulau mana dulu, berkali-kali saya dan teman-teman berdiskusi namun sama-sama kebingungan. Intinya mana saja yang penting kita keliling-keliling pulau. Ketika meminta pertimbangan Pak Daud pun, ia menjawab terserah kami mau ke pulau mana saja. Oalah Pak, Pak, tambah bingung deh kami.

Menyapa Pulau Subang Mas

20 menit perjalanan laut dari hutan bakau, kami menyaksikan sebuah pulau dengan pesisir berupa pantai berpasir putih. Bentuknya memanjang dengan dihiasi formasi bebatuan di beberapa tempat. Kami langsung meminta Pak Daud untuk membelokkan pompongnya ke pulau tersebut.


Pantai Permata Pulau Subang Mas Batam
Pantai Permata Pulau Subang Mas









Tengah hari itu akhirnya kami pun menginjakkan kaki di daratan. Inilah Pulau Subang Mas. Pulau dengan pantainya yang masih perawan. Sepi, damai, dan melenakan. Hanya paduan simfoni alam antara deburan ombak dan sapaan lembut angin yang membelai wajah-wajah sumringah kami.

Saat menginjakkan kaki di pasir putih saya segera bertelanjang kaki. Mencoba menikmati lembut pasir putih pantai ini dengan berjalan ke sana ke mari. Damai rasanya karena setiap pijakan terasa seperti membangunkan saraf-saraf telapak kaki seakan sedang pijat refleksi.

Menurut Zack, seorang teman yang ikut dalam perjalanan island hopping ini, pantai yang kami kunjungi ini bernama Pantai Permata. Dan sudah ada pengelolanya. Setiap pengunjung akan dikenakan tarif masuk pantai sebesar Rp. 10.000 rupiah.

Pantas saja ada seorang warga pulau yang ujug-ujug minta 20 dollar Sing kepada kami. Haissh. Padahal kami warga Batam bukan turis Singapura. Agak sedih dengan perilaku warga seperti ini. Bisa-bisa wisatawan kapok tidak mau berkunjung lagi ke sini. Setelah negosiasi, maka kami menyerahkan uang Rp. 50.000 untuk 10 orang.

Pantai Permata Pulau Subang Mas Batam
Mencoba menikmati pantai

Pulau Subang Mas dari sisi Pantai Permata tampak memanjang. Di sepanjang sisi pulau yang kami lalui tampak pasir putih mengikuti kontur garis pulau. Air lautnya pun tampak bening dan hijau tosca.

Pada beberapa bagian pantai terdapat formasi bebatuan yang tampak seperti ditebar begitu saja. Bebatuan ini semakin menambah kesan eksotis dan memberikan kesan seperti bukan berada di Batam saja. Jika melihat bebatuannya mungkin seperti di Belitung versi mini. Namun jika menyaksikan pantai dan warna air lautnya, kami malah sepakat lokasi ini mirip pantai di Lombok.

Di sisi kanan pulau, pantainya tampak sangat landai hingga jauh beberapa puluh meter ke tengah laut. Berjalan dan berlarian di antara hempasan ombak, berenang, atau duduk-duduk menikmati panorama adalah beberapa aktifitas yang bisa kita lakukan di sini.

Tips Berkunjung ke Pulau Subang Mas

Sebenarnya jalur tercepat menuju Pulau Subang Mas adalah dari Pelabuhan Telaga Punggur. Kita bisa menyewa pompong kepada penduduk atau nelayan lokal di beberapa Pelabuhan rakyat di sepanjang pesisir Telaga Punggur. Dan kemungkinan besar, harganya akan lebih murah dibandingkan jika kita memulai perjalanan dari Jembatan II Barelang.

Jika berkunjung ke tempat ini pastikan membawa makanan yang cukup terutama makan siang dan air minum. Jangan lupa sampahnya juga dibawa pulang kembali. Sayang dong pantai sudah bersih begini, pas kamu datang malah jadi kotor. Yuk jadi pengunjung yang bijak dan bertanggung jawab.

Barangkali ada yang butuh, bagi yang mau menggunakan jasa Pak Daud bisa menghubunginya via nomor 0821 69685757.

39 komentar :

  1. Pantainya masih asri, ya? Bersih banget. ^_^

    BalasHapus
  2. Pasirnya bikin pemandangannya makin cantik ya mba. Aku kemrin ke pantai tapi pas lagi surut ya jadi agak kotor euy :(

    BalasHapus
  3. Duhhh nikmat banget tinggal dekat pantai itu, begitu stres bisa hoping island.
    Seharusnya kalau pun dikelola, pulau-pulau itu dikelola dengan baik, bukan dengan gaya nodong gitu. Semoga ke depannya bakal lebih baik.
    Aku mupeng lihat kecantikan pulaunya, Mbak.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Mbak. Aneh banget ya pakai nodong gitu dan menganggap setiap orang yang masuk ke sana harus bayar padahal bukan dia pengelolanya.

      Hapus
  4. Bersih pisan bikin betah. Kalau gak baca postingan ini gak bakal tahu ada Pulau Subang. Kirain kota kabupaten di Jawa Barat aja hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya hehe. Subang juga punya pulau Teh. Buktinya ini nih :D

      Hapus
  5. Cakeepp suka klo bersih mba,,. Next mau k Sana.. nuhun infna

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah, sini main kapan-kapan Mbak.

      Hapus
  6. Hayaaa...si teteh pergi gak ngajak2. Kuota dah penuh kali ya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya quota penuh 10 orang Yung. Gak muat lagi pompongnya.

      Hapus
  7. Cakep banget Mbk buat berfoto ya, masih bersih pantainya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Mbak bersih karena jauh dari tangan-tangan yang malas buang sampah.

      Hapus
  8. pingin banget kapan2 mampir ke pantai permata

    BalasHapus
  9. ternyata nama pulaunya ada "mas"-nya. Sepiii banget gini serasa private beach.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul, namanya Pulau Subang Mas. Pantainya sepi banget padahal kalau orang banyak tahu udah ramai pisan di sini.

      Hapus
  10. Pernah kesini, dulu belum ada yang mungutin tarif. Kalo 10 ribu sih masih wajar ya teh.. Tapi klo udah dicharge 50 dollar, miris juga rasanya..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, main hantam sekenanya. Masih mending kena sama kita yang lokal bisa nawar, kalau pas datang turis Singapura bakalan kapok dah.

      Hapus
  11. Subhanallah pantaiinyaaa...vitamin A bangeet ini mah..

    BalasHapus
  12. Yaampun, tadinya aku kira Subang yg di Jawa Barat. Hahaha ternyata aku salaah

    BalasHapus
    Balasan
    1. Subang di Jabar kayaknya gak punya pantai deh Mak Maska.

      Hapus
  13. waahh jadi pengen kesana teh , photo ala ala disono cocok kali yakk

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya cocok aja buat anak muda mah :D jangan lupa bawa pasangan yg udah halal :p

      Hapus
  14. Ternyata di Batam pun ada daerah (pulau) nmanya Subang.
    Alhadmulillah hutan mangrove-nya lebat ya mbak? :D
    Banyak tempat ternyata bisa dieksplor di Batam, aku pikir Batam tu seperti kota mininya Singapore aja gtu hehe. Moga suatu saat bisa ke sana aamin

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Mbak,banyak tempat dan pulau-pulau yang jika dikembangkan maka akan semakin dahsyat. Ceileh bahasa saya. Haha.

      Hapus
  15. Suka sama pantainya, pasirnya landai dan halus. Airnya yang bersih. Pengen lagi lah ke sini

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya nggak puas ya Bang Uma. Ayo atau kapan-kapan kita kemping di sini.

      Hapus
  16. Batam banyak banget pantainya ya mbak..dan dikelola dengan baik pula, aku kangen Batam jadinya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Mbak, makin terkenal nih Batam. Alhamdulillah pariwisatanya tetap stabil.

      Hapus
  17. Kalau udah dikelola, sekalian dibenerin aja ya. Ujug2 langsung minta uang kaya preman aja ya. Tapii, pantainya segerrr

    BalasHapus
  18. Sedih ya, warga nya kenal dolar singapura dan sudah komersil. Kalau pemerintah daerah saja lebih peduli dan kordir, pastinya akan lebih murah meriah dan jadi terkenal pulau pulau di batam

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya warga di sana kayaknya culture shock, karena pantainya jadi lahan wisata lalu menganggap siapa saja bisa menarik pajak.

      Hapus
  19. Pulau Subang Mas memang memesona... Pantainya masih "perawan"

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya betul Mbak. Pantainya akhirnya kami yang perawanin haha.

      Hapus
  20. MasyaAllah....huwaaaa alhamdulillah yah, beruntungnya bisa tinggal di Batam. Banyak pilihan pulau yang dekat, dan jadi pilihan. Mana sepertinya ombak nya sopan2 begitu.

    Kalau di Malang, seperti tipikal pantai selatan pada umumnya, berombak ganas, tidak bisa untuk berenang :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Haha iya Mbak. Ombaknya sopan banget wakakak. Aku masih aja ngakak mendengar ombak di Batam sopan-sopan. :D :D

      Hapus

Halaman ini dimoderasi untuk mengurangi spam yang masuk. Terima kasih sudah meninggalkan komen di sini.

Made with by Lina W. Sasmita