Indahnya Padang Savana Gunung Bromo


Badai pasir di Gunung Bromo
Badai Pasir di Gunung Bromo

Mobil Jeep yang kami tumpangi melaju kencang melintasi lautan pasir. Angin yang bergerak horizontal mengangkat pasir Bromo ke atas. Mengepul, mengambang, dan bergerak acak di udara. Seakan bersiap - siap untuk menyongsong kedatangan kami. 


Kami menanti dengan waswas. Menanti saatnya berada di dalam hembusan badai pasir Bromo yang terkenal itu. Semua menahan nafas. Agar pasir halus yang terbawa badai tidak memasuki hidung dan rongga paru-paru kami. 

Kacamata dikenakan, tali masker diikatkan. Semua siaga karena akan menyambut fenomena alam yang unik ini. Hanya sesaat....wusss.... mobil jeep hijau itu melaju di gelapnya hembusan badai Bromo.


Indahnya Savana Bromo
Indahnya Savana Bromo

Perlahan bukit-bukit dan savana yang kemarin sempat dilalui mulai terlihat lagi. Aaah betapa indahnya alam ciptaan Allah SWT. Betapa beruntungnya bisa menikmati setitik surga yang jatuh ke bumi ini.

Savana...savana...savana.....hati saya berbisik. Sungguh saya selalu takjub jika berada di hamparan padang rumput nan luas seperti ini. Keindahan yang senantiasa saya rindukan. Sebab itu tersematlah nama Savanna itu ke dalam rangkaian nama anak saya. Sierra Syadza Savanna. Dan semoga keindahan Savanna akan selalu terpancar di wajahnya.

Gunung Bromo
Jalur di Lembah Gunung Bromo

Mobil Jeep perlahan berhenti. Sang sopir sangat mengerti bahwa kami harus mampir dan berfoto-foto di tempat ini. di Blok Savana dan Bukit Teletubbies.

Cuaca saat itu teramat bersahabat buat saya. Langit biru cerah, angin berhembus perlahan, dan matahari bersinar hangat. Hari yang sempurna untuk memulai petualangan yang lebih menantang lagi esok lusa. Petualangan menuju Gunung Semeru.



Seorang kakek tua berselendang sarung datang mendekati saya sambil menuntun seekor kuda. Ia menawarkan jasa kuda tunggangan. 10 ribu rupiah saja untuk berfoto di atas kuda dan 60 ribu rupiah untuk keliling berputar-putar menaiki bukit di sekitar savana.

Hampir setengah jam kami beristirahat dan menikmati Blok Savana. Kemudian melanjutkan perjalanan menuju Desa Ranupani yang hanya berjarak beberapa kilometer saja dari Blok Savana Bromo. Namun uniknya walau terhubung dengan jalan yang relatif bagus kedua tempat ini sudah berlainan kabupaten. Bromo dan sekitarnya menjadi bagian dari wilayah Kabupaten Probolinggo sedangkan Ranu Pani dan Gunung Semeru masuk ke dalam wilayah kabupaten Lumajang. Sementara kami memasuki kedua gunung ini dari Kabupaten Malang.

Padang Savana Bromo
Jalan yang melintasi Savana Bromo
 

Untuk mengetahui perjalanan sebelumnya Sila dibaca:


6 komentar :

  1. Terakhir ke Bromo ama Fatah, dua tahun lalu....
    Kalo naik jeep berapa ongkosnya teh? Dulu-dulu saya kalo ke Bromo pasti bawa kendaraan sendiri. Pernah naik motor dari Surabaya, seringnya sih rame2 bawa mobil sendiri...

    Tapi waktu ama Fatah itu, di pos penjagaan di bilangin kalo sekarang udah ga boleh bawa kendaraan pribadi sampe ke Penanjakan. Jadi harus naik jeep. Waktu itu di pos banyak juga pengunjung yang bawa kendaraan pribadi, pada kecewa... Gak tau apa sekarang peraturannya udah kaya gitu ya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. mbk deean..cerita dan harga jeep ada di salah satu postingan catatan perjalanan yg Tumpang kayaknya :)

      Hapus
    2. Iya Mbak Hanna, itu tarif kalo lewat Tumpang... Brati aturannya emang gitu ya sekarang.. Kalo dari pos di atas tarifnya dulu 500 ribu..

      Hapus
    3. Iya Dee, sekarang nggak boleh lagi bawa kendaraan pribadi melintas Bromo dan Ranu Pani. Harus pakai Jeep. Mungkin sebagai salah satu bentuk Social Resposible pihak TNBTS dengan pemberdayaan masyarakat setempat agar tetap meperoleh rejeki dari keberadaan Bromo dan Semeru. Mereka, masyarakat pribumi, penduduk setempatlah tentunya yang harus merasakan keuntungannya.

      Hapus
  2. namanya chila juga svana kan mbk??*nginget2 kayaknya pernah bikin status di fb hehe*
    cantik dan indah bangettt....

    BalasHapus

Halaman ini dimoderasi untuk mengurangi spam yang masuk. Terima kasih sudah meninggalkan komen di sini.

Made with by Lina W. Sasmita