Pondok Saladah |
Saya langsung takjub dan jatuh cinta pada pandangan pertama
ketika menyaksikan gunung itu dari dekat. Jatuh cinta pada semua yang terlihat.
Pada pohon-pohon pinus, bebatuan, kawah, tebing-tebing, pohon cantigi, dan kabut
yang menyelimuti. Ah semua yang terlihat di situ membuat saya terpaku.
Diam-diam rasa suka itu terus merayapi fikiran saya hingga bertahun-tahun
lamanya. Sehingga ketika ada kesempatan dan waktu luang saya senantiasa
mengunjungi Gunung Papandayan. Entah sekedar nongkrong menyaksikan kawahnya
saja, atau bahkan menginap di sana.
Apalagi jarak tempuh dari rumah tidak lebih dari 1 jam berkendara.
Suatu waktu saya bersama kakak, sepupu, dan beberapa teman
laki-laki dari kampung sebelah berangkat ke Gunung Papandayan dengan berjalan
kaki melewati kampung-kampung. Berangkat pagi sekitar jam 7an dan tiba di Gunung
Papandayan jam 1 siang. Pulang dari sana
sepupu-sepupu saya pada ambruk dan sakit. Bahkan ada yang sampai tak bisa
berjalan hingga seminggu karena kakinya bengkak. Hehe Sayalah orang yang paling
disalahkan oleh para orang tuanya dalam tragedi itu.
Pemandangan Gunung Papandayan dari Kampung Saya |
Pondok Saladah adalah lapangan rumput yang luas yang dihiasi
secara alami oleh bunga-bunga edelweis. Disebut demikian karena di sekitar sana tumbuh sejenis
sayuran yang disebut saladah. Tumbuh subur di sungai kecil yang mengalir di
sisi kiri lapangan. Pondok Saladah dijadikan camping ground dimana banyak
pendaki yang menghabiskan waktu untuk santai berkemah di tempat ini. Pemandangannya
pun sangat indah karena berdindingkan tebing-tebing yang hijau dan gundukan
puncak-puncak gunung.
Di atas Pondok Saladah ada lagi sebuah lapangan nan luas.
Sungguh sangat luas. Namanya Tegal Alun. Di sana Edelweisnya bagai kebun sayur. Tumbuh
subur di seluruh penjuru. Kawasan ini benar-benar dilindungi dan menjadi
kawasan konservasi. Tidak boleh ada aktifitas kemping atau mendirikan tenda.
Kalau ketahuan petugas kita langsung diusirnya.
Saya dan Sepupu-Sepupu di Pondok Saladah |
Menuju Pondok Saladah ditempuh dengan menaiki jalur bebatuan dan melewati kawah-kawah. Terus mengikuti arah jalan menuju Perkebunan Teh Cileuleuy Pangalengan Bandung lalu berbelok ke kiri di sebuah persimpangan. Jadi antara Garut - Bandung tidak melulu harus melewati Nagrek yang terkenal sebagai jalur mudik itu namun bisa juga dengan menembus jalur Gunung Papandayan. Dan banyak penduduk yang melakukan perjalanan dengan berjalan kaki melintasi jalur ini.
Kurang dari setahun mengajar di MTs, saya mendapat tawaran kerja di Pulau Batam. Sebelum berangkat ke sebrang saya mengunjungi Gunung
Papandayan kembali untuk melepas kangen. Ah duduk berlama-lama memandang ke arah Pangalengan dari salah satu
punggungan gunung teramat menakjubkan bagi saya. Berlari-lari ala Pemain Film India di Tegal Alun juga teramat mengesankan.
Melompatlah Lebih Tinggi |
Mengunjungi Gunung Papandayan, Kemping di Pondok Saladah
senantiasa menjadi kerinduan tersendiri bagi saya. Semoga tahun-tahun mendatang
bisa mengajak anak saya Chila dan sepupu-sepupunya dari Bandung dan Jakarta
untuk bermain di sana.
uwah cantik ya gunungnya mbk, ^^
BalasHapusHo'oh...cantik apalagi banyak bunga edelweisnya. Sayang fotonya kurang banyak :)
HapusLucu banget itu foto mbak lina denga sepupu-sepupu. masih jaman pake sarung :D
BalasHapusIya ini momen paling mengesankan bersama sepupu :D untung fotonya masih ada padahal dah lama banget.
Hapuswaah asyiknya........
BalasHapusAlhamdulillah iya memang mengasyikan :D
Hapusini blognya bisa khusus blog travelling ya mb...
BalasHapusMungkin bisa juga dikategorikan begitu Mbak, tapi sebenarnya tanpa sengaja postingannya tentang jalan-jalan semua hehe.
Hapusindah banget pemandangan nya
BalasHapusbetul :D
Hapuswaw asik nih liburan
BalasHapussambil pulkam Mas/ Mbak :D
Hapusga sampe puncak ya teh?? Saya juga ud 2 kali k sana tapi ga tau dimana letak puncaknya hehehe
BalasHapus#salam lestari dari bekasi
Nggak pernah sengaja pergi ke puncaknya walau bolak-balik ke sana terus sedari kecil. Iya ya nanti kalau pulkam mau ke puncaknya ah. Letaknya di sisi sebelah kiri dari Camp David.
Hapusbagussss
BalasHapusHiks kalau lihat postingan naik gunung cuma bisa iri. Seumur hidup cuma sekali saja, itupun krn semangat yg tidak bisa dijelaskan akibat bareng mantan gebetan yg skrg jd suami. Fisiku nggak kuat, terutama napas.
BalasHapusbagussss gunuungnya. btw, oot, kenpa ya aku selalu gagal kalo mau buat foto terbang. Jadi, kita ngejepretnya itu pas baru mau ancang-ancang atau pas dah di udara sih orangnya?
BalasHapusAku baru sekali ke sana. Pemandangannya memang cantik seperti di film Harry Potter yang setting pedesaan.
BalasHapus