Kebanggaan menjadi bangsa dari negara kepulauan terbesar di dunia agaknya
tidak begitu bergaung di kalangan masyarakat Indonesia terutama di kalangan
muda-mudi. Salah satu contoh kecil saya pernah iseng bertanya kepada beberapa
orang pelajar di Kota Batam, pertanyaannya sederhana,
sebutkan minimal 5 pulau yang termasuk ke dalam wilayah Kota Batam. Maksud saya
tidak usah menyebutkan pulau yang jauh-jauh, yang dekat-dekat saja dulu.
Dalam beberapa menit ada jeda. Baru
kemudian salah seorang diantaranya mengacungkan tangan dan menyebutkan beberapa
nama pulau. Namun ternyata ia hanya mampu menyebutkan kurang dari 5 pulau saja.
Padahal untuk wilayah Kota Batam sendiri terdapat lebih dari 300 pulau besar
dan kecil baik yang berpenghuni maupun yang tidak.
Pyuuh…ini PR bagi saya untuk mengajak
generasi ini lebih mengenal lagi negerinya. Pepatah mengatakan tak kenal maka
tak sayang, tak sayang maka tak cinta. Lantas bagaimana mereka akan mencintai
negeri dan membanggakan negara ini di hadapan bangsa lain sementara ia tak tahu
apa-apa tentang tanah kelahirannya.
Saya kemudian mulai mengais-ngais
serpihan kebanggaan itu dengan membulatkan tekad untuk mengunjungi pulau-pulau
di wilayah perairan Batam dan sekitarnya. Mendatangi tempat-tempat tersebut
sewaktu libur akhir pekan atau pada hari-hari besar nasional. Mengajak siapa
saja yang tertarik ikut dengan harapan dapat menularkan kebanggaan bahwa negeri
ini amatlah kaya. Salah satunya kaya akan gugusan pulau-pulau.
Seperti suatu ketika di penghujung
minggu, seorang teman menelpon dan berkata bahwa ia sedang suntuk. Tak
menyia-nyiakan kesempatan saya pun mengajaknya untuk mengunjungi Pulau Akar,
salah satu pulau di wilayah selatan Batam. Tidak hanya berkunjung saja tapi
saya juga mengajaknya untuk sekalian kemping di sana. Gayung pun bersambut, si
teman yang bernama Ipung, mengiyakan ajakan saya.
Saya dan Ipung pun mulai mempersiapkan
bekal masing-masing. Mengepak barang-barang dan tenda yang diperlukan ke dalam
ransel. Kurang lebih dua jam kemudian kami sudah berdiri di sebuah pertigaan
yang dikenal dengan sebutan Simpang Barelang. Gelisah menunggu kedatangan bis
Damri jurusan Pasar Jodoh - Sembulang yang akan mengantarkan kami ke Jembatan
Satu Barelang. Dari sana kami akan menaiki perahu motor langsung menuju Pulau
Akar.
Pulau Akar adalah sebuah pulau kecil
berpenghuni yang dapat ditempuh melalui jalur laut dari Jembatan Satu. Jembatan
antar pulau yang menghubungkan Pulau Batam dengan Pulau Tonton. Disebut
Jembatan Satu karena sepanjang jalan lintas antar pulau terdapat 6 buah
jembatan yang menghubungkan Pulau Batam dengan pulau-pulau lainnya di wilayah
selatan. Untuk memudahkan menghafalnya, masyarakat kerap menyebutnya dengan
jembatan satu, dua, tiga, empat, lima, dan enam.
Sebuah mobil suzuki Carry dengan plat
kuning berhenti di depan kami. Ketika kami tanya apakah ia bersedia
mengantarkan kami ke Jembatan Satu, si sopir mengangguk mengiyakan. Syukurlah
jadi kami tidak perlu menunggu bis Damri yang entah kapan datangnya.
Harap maklum saja, armada bis yang disediakan Dinas Perhubungan Kota Batam
untuk rute ini hanya dua unit saja. Jadi para calon penumpang Damri harus rela
menunggu berjam-jam lamanya demi menaiki bis tersebut.
Hanya 5 menit dari Simpang Barelang kami sudah tiba di Jembatan Satu. Dengan membayar uang 10 ribu rupiah untuk berdua, kami pun turun dan langsung menuju ke sisi kanan Jembatan Satu. Menuruni jalan tanah hingga tiba di dermaga tradisional yang menghubungkan Batam dengan pulau-pulau sekitar. Lalu kami menaiki perahu motor atau kerap disebut pompong yang banyak terdapat di dermaga.
Baca juga: Pulau Buluh Batam.
Tak sampai 10 menit pompong sudah
merapat di sebuah pelantar kayu di Pulau Akar. Setelah membayar 20 ribu rupiah
untuk berdua, saya dan Ipung segera menaiki pelantar dan memasuki Pulau Akar
dengan gembira.
Di tepi jalan yang kami lewati,
anak-anak Pulau Akar sedang ramai bercengkrama. Sebagian lagi sedang asyik
bermain. Ketika saya tanya dimana rumah Pak RT, atau Pak RW seorang bocah
pulau membawa saya ke sebuah rumah tepi laut yang katanya itu adalah rumah Pak
RW. Namun sayang Pak RW sedang pergi ke Batam. Kami menitip pesan pada istrinya
bahwa kami meminta izin untuk kemping di tepi pulau.
Dengan diiringi oleh rombongan
anak-anak yang kian lama kian bertambah jumlahnya, saya dan Ipung mencari
lokasi yang cocok untuk membuka tenda. Dengan petunjuk anak-anak pulau akhirnya
kami menemukan sebuah lokasi yang tepat, terletak di tepi pantai yang lumayan jauh
dari keramaian penduduk.
Setelah selesai beres-beres anak-anak
pun masuk ke tenda. Mereka sangat antusias sekali mengobrol dan bercerita
dengan kami. Bahkan hingga maghrib tiba, mereka enggan pulang. Bak selebritis,
saya dan Ipung dikerubuti anak-anak pulau yang sangat senang mendengarkan
cerita yang kami sampaikan. Syukurlah anak-anak pulau ternyata lekas akrab. Esok hari mereka menjanjikan akan mengajak kami
keliling-keliling naik sampan sambil melihat terumbu karang. Yuhuuu…saya
langsung excited. Tak sabar menunggu hari esok.
Malam itu laut begitu tenang. Deru
angin sudah terhenti sedari tadi. Kecipak ombak mengiringi heningnya suasana
pantai yang berpasir kemerahan. Rembulan yang bulat menyinari malam begitu
lembut. Sebuah ketenangan alam yang melenakan, seakan membelai dan membuai kami
hingga terserang kantuk yang sangat.
Baca juga: Pulau Seraya Batam.
Tiba-tiba saya dan Ipung dikagetkan
oleh suara berisik beberapa orang lelaki di luar tenda. Kami terkejut dan
sedikit ada rasa takut. Dengan kantuk yang masih menggantung, kami perlahan
keluar tenda dan menyapa mereka. Ternyata yang datang Pak RW berserta beberapa
warga pulau lainnya. Mereka bertanya kenapa saya tidak melapor terlebih dahulu.
Waduh pesan saya tadi siang ternyata tidak sampai ke telinga Pak RW.
Beruntungnya, Pak RW masih membolehkan
kami melanjutkan kemping dengan catatan kami ditemani dan dijaga oleh warga
yang sedang ronda. Mereka takut ada perompak atau bajak laut yang melihat
keberadaan kami lalu terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Saya malah kurang
percaya bahwa di sekitar tempat itu banyak perompak. Namun setelah dijelaskan
oleh warga bahwa pernah terjadi beberapa kali aksi perompak di wilayah perairan
ini, kami mendadak jadi takut.
Saya dan Ipung melanjutkan tidur
kembali. Beberapa warga pulau menjaga kami bergiliran. Waduh serasa punya body
guard pribadi, kemping saja sampai dikawal :D Dengan tanpa waswas, malam itu
kami tidur pulas bagai tersirap hingga pagi menjelang, dan mendapati warga yang
berjaga semalaman telah pergi.
Seperti yang dijanjikan kemarin, anak-anak pulau satu per satu
berdatangan, namun kali ini mereka datang melalui arah laut dengan menggunakan
sampan. Semuanya ada 3 sampan. Saya sangat antusias dan segera bergabung dengan
mereka. Melompat ke salah satu sampan yang menunggu di tepi pantai.
Dodi, salah satu dari anak pulau itu
mengayuhkan dayungnya perlahan. Sepertinya ia paham kalau saya agak sedikit
takut. Sedikit? Hehehe. Ini sedikit ngeles saja. Sebenarnya, takutnya lumayan
besar mengingat saya waktu itu tidak bisa berenang ditambah tidak menggunakan life jacket. Takut seandainya sampan terbalik diterjang ombak . Tamatlah saya.
Perlahan, perasaan takut kian
memudar ketika Dodi menunjukkan beberapa terumbu karang yang dapat terlihat
jelas di bawah sampan kami. Kebetulan ombak lumayan tenang dan air laut di pagi
itu cukup jernih untuk melihat ke kedalaman. Walau tidak terlalu banyak namun
pemandangan yang tersaji cukup menghibur saya.
Ketiga sampan yang dikendalikan
anak-anak usia Sekolah Dasar itu berputar-putar menyusuri perairan Pulau Akar.
Saya menyaksikan manuver-manuver yang lumayan lihai dari kedua sampan lainnya.
Jika diasah mereka pantas menjadi atlit dayung nasional.
Sesekali tawa pecah diantara kami
ketika dayung mereka beradu bermain perang-perangan. Ah masa kecil yang indah
bagi anak-anak itu. Dan saya beruntung dapat menjadi saksi indahnya masa kecil
mereka.
Sungguh senang bisa berinteraksi
langsung dengan masyarakat pulau terutama anak-anak ini. Karena saya bisa tahu
lebih banyak lagi mengenai hal-hal apa saja yang mereka mimpikan. Salah
satunya keinginan untuk mempunyai taman baca atau perpustakaan. Saat saya
diam-diam mengetes minat baca mereka, ternyata lumayan. Ini dibuktikan dengan
berebutnya mereka karena ingin segera membaca buku cerita yang saya bawa yang
berjudul Toto Chan, Gadis Cilik di balik Jendela.
Satu bulan kemudian, sebuah organisasi
kepenulisan yang konsen dalam hal pengembangan minat baca tulis masyarakat,
terinisiasi untuk kemudian melakukan acara bakti sosial dengan menyumbangkan
sejumlah buku bacaan bagi anak-anak Pulau Akar. Buku-buku tersebut kami galang
dari sumbangan masyarakat Pulau Batam dan pemerintah.
Saya dan Ipung yang menjadi panitia
pelaksana sangat bahagia. Keinginan kami untuk dapat memberikan buku bacaan
kepada Dodi dan rekan-rekannya tercapai sudah. Anak-anak pun tampak senang dan
antusias apalagi pada saat acara serah terima buku, kami menyelenggarakan
sejumlah lomba dengan hadiah yang menarik. Alhamdulillah berlipat-lipat rasa
senang melihat mereka tersenyum mendapatkan hadiah-hadiah itu.
Baca juga: Pulau Karas Batam.
Perjalanan ini membuat saya belajar
lebih untuk berbagi kebahagiaan. Mentransfer ilmu pengetahuan akan dunia
melalui buku-buku yang disumbangkan dengan harapan kelak jika anak-anak pulau
itu tetap harus melaut pun, mereka akan menjadi pelaut ulung yang kaya akan
ilmu pengetahuan. Yang akan secara perlahan mencintai tanah kelahirannya dengan
cara mereka sendiri. Lebih dari itu traveling bagi saya, tidak hanya melihat,
mengamati, merekam, lalu pulang dan menyimpannya dalam ingatan atau tulisan.
Namun traveling sejatinya membuat pola fikir kita berubah ke arah yang lebih
baik. Memandang segala hal dengan bijaksana dan dapat menyerap setiap kearifan
lokal yang tercipta saat kita bersinggungan dengan mereka. Mari mengenal
Indonesia lebih dalam lagi melalui masyarakat kepulauan.
Membaca postingan ini saya seperti dibawa bernostalgia saat membaca novel anak-anak tentang Indonesia (salah satunya yaitu si Ipul). Semangat terus kak Lina! ^^
BalasHapusMakasih Riski. Alhamdulillah berarti gaya ceritaku dah mirip gaya tutur di novel hihi.
Hapusbanyak ilmu baru ini dari postingan ini, pulau akar, jembatan 1 barelang, baru denger semuanya. Dan sepertinya sangat seru berada diantara anak anak ini.
BalasHapusBtw semoga buku-bukunya bermanfaat ya mbak untuk mereka :)
Semoga Mbak. Udah lama juga gak ke sana saya.
Hapushanya bayar 20 rb bdua bisa menikmati pulau Akar, mau aku ke situ ahh.
BalasHapuskapaan yaa hwhhee
Iya Teh, mirah. Eh kalau sekarang mah udah 30 rebu per orang.
HapusWah pernah ke pulau ini gara-gara teman CS dari Perancis penasaran ingin main-main ke pulau.
BalasHapusSecara selintas biasa aja sih pulaunya, tapi kalau sudah bermain dengan anak-anak seru banget.
HapusAduh, kok serem cerita perompaknya. :( untung ada warga yg ikut berjaga ya mba. Syukurlah semua amaann :)
BalasHapusIya dibilangin ada perompak itu hati kami langsung menciut haha.
HapusBayanganku pun pulau batam itu ya satu pulau doank.. hihi,
BalasHapusKenalanku yg ditugaskan di Batam seringnya cerita soal blackmarket, nagoya, akses mudah ke singapu.. di instagram jg lebih sering ngeliat cewek2 seksi yg tinggal di Batam.. aku gak nyangka kalo Batam seindah ini mbak,,
Waah kurang jalan-jalan berarti temannya Mbak Mer haha. Kasih tau suruh keliling pulau ke wilayah selatan gitu Mbak. 😀
HapusKalau mau menginap di Pulau Akar tapi ga kemping (apalagi dikawal), gimana ya? Di rumah warga?
BalasHapusIya nginap di rumah warga. Belum ada penginapan apalagi hotel. Tapi kalau mau seharian juga bisa, nginapnya di sekitar jembatan 1 sudah ada resort.
HapusSaya sudah beberapa kali kemping di gunung, tapi belum pernah kemping di pinggir laut. Kayaknya seru,...etapi agak serem juga kalo ada perompak ya...
BalasHapusAnak-anaknya ramah ya, seneng kalau bisa berkunjung ke tempat yang ramah dengan kita. :)
Belum pernah ke sana sih, tapi setelah baca postingan ini ada gambaran dan anak" itu tertawanya tulus bangeeeet
BalasHapusSelalu terpukau dengan foto2 dalsm postingannya mbk LIna ini.ajarin dong mbk biar bisa upöoad foto sekece ini☺
BalasHapusadi supaya pola pikir makin baik banyak2 lah travelling hihihi #membacapesanterakhirdiartikelini :D
BalasHapusTFS Mbak :)
Mba Lina, gaya tulisanmu detail, deskriptif. Aku harus lebih banyak belajar lagi soal gaya menulis, hehehe. faktor U.
BalasHapusFoto langit dan air yang biru, kaya ilustrasi roman ahahaha
Hehehehe main sama anak pulau selalu asik, mereka selalu bisa bikin kita fun :)
BalasHapuswww.irhamfaridh.com | Trisvelogue
hai Kak Lina, Ni Saye kak Anak Yang Ade Di foto kakak itu (Dodi) ... Dah lame Ya Kak kite tak Jumpe Lagi.
BalasHapuskak Lina apa Kabar ??? semoga selalu Sehat Ya Kak Dan Selalu Mendapat Kan Perlindungan Dari Allah S.w.t
saya masse tu masih Sd Kak Dan mungkin Kak Lina Dah LUpe Same Saye Karene Dah Terlalu Lame Masse Jumpe Tu... Saye Dah lame Mau Carik BLog kak Lina Ni Tapi Tak Ketemu2 ... Kak Lina Masih Ingat Kan Dengan Buku Yang kak Lina Kasi Degan DoDi Yang Berjudul ( Hafalan Sholat Delisah ) Dodi Dah Habis Kan Bace kak ... Buku Tu Sangat Memotivasi Dodi Ketike lagi Membace .... Terimaksih Banyak kak Lina ... Oh Ye kak Lina Masse Tu kan Datang Berdue Degan Kawan Kak LIna Dodi Lupe Kak Degan Kawan Kakak Yang Satu Lagi ... semoge Kakak Berdue Selalu Sehat Ye... Kak Lina Kalau Ade Masse Luang Datang Lah Lagi Ke PULAU AKAR ... Dodi Tunggu Ye kak . Semoge Komentar Dodi ni Di Bace Same Kak LIna... OH Ye kak ini Ade Nomor WA Dodi ( 087887596671 ) kalau kak Lina BAce Komentar Ni.. WA Kan Dodi Ye kak ...
kak lina
BalasHapus