Mendung menggelayut di langit manakala kapal yang kami tumpangi melaju menuju perairan Pulau Mongkol, Kelurahan Pemping, Kecamatan Belakang Padang, Kota Batam.
Berangkat dari Kawasan Pantai Marina, Kami menyusuri perairan Teluk Senimba lalu keluar ke sisi barat menuju wilayah perairan di Kelurahan Pemping. Sebelumnya, kami melewati kawasan galangan kapal Tanjung Uncang dimana terdapat puluhan perusahaan galangan yang memproduksi berbagai jenis kapal.
Berangkat dari Kawasan Pantai Marina, Kami menyusuri perairan Teluk Senimba lalu keluar ke sisi barat menuju wilayah perairan di Kelurahan Pemping. Sebelumnya, kami melewati kawasan galangan kapal Tanjung Uncang dimana terdapat puluhan perusahaan galangan yang memproduksi berbagai jenis kapal.
Beragam jenis kapal di produksi di pesisir Tanjung Uncang, mulai dari tug boat (kapal tunda), Kapal tanker, kapal peti kemas, kapal ferry, kapal tongkang (ponton), kapal untuk pengeboran minyak di laut lepas dan kapal jenis lainnya. Industri galangan kapal di daerah Tanjung Uncang ini merupakan salah satu penyerap tenaga kerja yang banyak.
Di tengah laut, hujan menderas. Namun ombak cukup tenang sehingga saya dan teman-teman seperjalanan tidak terlalu khawatir. Mendekati pelabuhan Panjang di Pulau Mongkol, hujan tinggal gerimis ringan dan langit pun perlahan mulai cerah. Begitulah cuaca di perairan Batam dan sekitarnya. Tiba-tiba mendung, lalu hujan, dan tidak lama kemudian cerah seperti semula.
Kibaran puluhan bendera merah putih di kanan kiri pelantar pelabuhan menyambut hangat kedatangan kami. Beberapa puluh meter setelahnya, kami disambut dengan kibaran bendera lainnya yang bertuliskan Melayu Raya. Wah saya baru tahu, ternyata di sini, Suku Melayu mempunyai bendera tersendiri.
Hari itu akan digelar Kenduri Laut dan gelar doa bersama masyarakat nelayan pesisir dengan target menghadirkan seribu sampan jenis apapun seperti kolek, sepit (speed boat), ketinting, boat kayu, dan lainnya. Sampan-sampan ini nantinya akan beradu cepat dalam pagelaran berbagai perlombaan.
Kenduri Laut ini diselenggarakan dalam rangka syukuran masyarakat pesisir laut Batam atas hasil laut yang selama ini diperoleh. Acara dijadwalkan akan dihadiri oleh Gubernur Kepri Dr. H. Nurdin Basirun, S.Sos, M.Si, Walikota Batam H. Muhammad Rudi, SE, MM, dan juga Kapolda Kepri Irjen.Pol. Andap Budhi Revianto S.I.K.
Yang menarik perhatian saya adalah masyarakat menyambut kenduri ini dengan berpakaian khas melayu. Laki-laki mengenakan tanjak yaitu ikat kepala khas Kepri dan para perempuannya mengenakan baju kurung. Tua muda, anak-anak maupun dewasa.
Tokoh Warga Setempat |
Para Pria Mengenakan Baju Melayu |
Anak-anak Muda Mengenakan Tanjak |
Wajah Khas Suku Laut |
Siang menjelang sholat zuhur, rombongan gubernur datang. Lomba sampan layar pun segera digelar. Warna-warni layar yang terkembang, terlihat kontras di tengah laut sana. Para peserta berjibaku mengarahkan layar agar sesuai arah mata angin.
Lomba-lomba sampan yang digelar diantaranya berupa:
1. Lomba sampan layar dengan peserta sebanyak 9 orang dan 5 orang.
1. Lomba sampan layar dengan peserta sebanyak 9 orang dan 5 orang.
2. Lomba sepit selodang mesin 15 PK (mesin doremi)
3. Lomba bot kecil mesin 15 PK
4. Lomba ketinting fiber mesin
5. Lomba ketinting kolek kayu mesin
6. Lomba lepet dari daerah bertam
Saya baru tahu, ternyata perahu atau sampan kecil pun banyak jenisnya ya. Selama ini taunya malah jenis pompong atau pancung doang.
Gubernur Kepri dan Kapolda |
Tanjak untuk Tamu Kehormatan |
Penonton tengah laut |
Penonton membludak |
Perlombaan berlangsung |
Manuver |
Selepas sholat Zuhur acara dibuka dengan sambutan kesenian khas pesisir yaitu Zikir Barat. Kesenian ini berupa nyanyian yang disertani musik dan tarian oleh anak-anak muda. Gerakan dan musiknya sangat lincah serta ceria, membuat semua orang ingin mengikuti gerakan para penari.
Setelah itu berbagai perlombaan pun digelar. Masyarakat tampak antusias dengan menonton dari atas pelantar pelabuhan. Beberapa sampan peserta ada yang tenggelam saat lomba digelar. Namun segera mendapat pertolongan panitia.
Bagi saya lomba ini sungguh sangat beresiko karena semua peserta tidak mengenakan life jacket atau pelampung. Namun bagi warga setempat itu sudah biasa. Meskipun tenggelam, para pengemudi sampan dalam perlombaan ini tidak ada satu pun yang benar-benar tenggelam atau kecelakaan.
Sebenarnya, acara ini sangat seru dan menghibur, sayang pihak panitia dan juga warga kurang menyadari tentang kebersihan sehingga dengan begitu mudahnya mereka membuang sampah bekas makanan ke laut. Tak sungkan-sungkan melemparnya begitu saja ke bawah sana.
Sampah yang baru saja dibuang penonton |
Menyaksikan ini saya dan rekan blogger lainnya hanya mengelus dada. Sampah berserakan mengambang di permukaan laut. Sungguh miris melihatnya. Terbetik keinginan untuk melakukan aksi ke depan dalam upaya penyadaran kebersihan lingkungan, terutama laut.
lagi2 soal kebersihan ya yang diabaikan dari acara2 seperti ini
BalasHapusSebentar lagi di Tanjungpinang ada acara Festival Bahari Kepri. Apakah laut akan seperti ini juga ya? Semoga saja tidak. Mungkin orang-orang yang menonton jetsky competiitopn akan lebih beradab.
Hapuskalau di belitung, nama acaranya buang jong (buang sial).
BalasHapusmental masyarakat kurang cinta dan buang sampah asal asalan. masih kurang peduli dengan kebersihan lingkungan yang harus mereka cintai
Sedihnya kok sama lautnya sendiri ya dibeginikan. Laut yang selama ini memeberi mereka penghidupan. Apalagi sama hal lainnya.
HapusSayang sekali, kebersihannya masih belum dapat perhatian...
BalasHapusNggak ada yang merhatikan malah Ryan. Sedih akutu.
HapusWaduh, sedih banget lihat sampahnya. Warga lokal kah?
BalasHapusWarna bajunya cerah cerah, ya. Jadi seneng dan seger lihatnya. Aku selalu suka pake iket kepala seperti tanjak itu.
Iya yang buang sampah warga lokal. Dengan terang-terangan melempar semua sampahnya ke laut. Bahkan di saat ada orang dan perahunya di kolong jembatan/pelantar. Hingga orang yang di kolong itu kaget karena hampir kena lempar sampah.
Hapusbaca dari atas saya kira bisa jadi ending bahagia, tapi kok nemu sampah di laut yah jadi ending sedih :(
BalasHapusSedih dan dongkol saya Mbak Una.
HapusBagus acaranya dibuat langsung di pulau perbatasan. ngangenin banget tempat ini, tempat panen rambutan, banyak rambe and cempedak.
BalasHapusitu acaranya mengucap syukur ke laut, tapi lihat sampah2 yg dibuang penonton, saya sedih. Tapi emang itu sik yg masih jadi kebiasan lokal, minim kesadaran. Harusnya setiap event seperti itu disediakan plastik besar item utk buang sampah. Atau minimal MC acara disela2 pertandingan menyerukan kepada pengunjung: Jangan buang sampah sembarangan. :(
Nah itu dia Chay, Acara sebesar ini harusnya memeikirkan bagaimana penanganan sampah yang akan dibuang warga ke laut. Malah sebenarnya acara ini berkontribusi atas penambahan sampah ke laut karena wadah makanan dan minuman yang disediakan panitia yang banyakan dibuang ke laut.
HapusSeru banget ya teh, jd pengen nonton kalo ada lagi acaranya. Itu yang nonton di tgh laut serem2 gimana gitu, hehege
BalasHapusWah keren banget kegiatan syukurannya tapi endingnya selalu tidak menyenangkan, sampah dimana2
BalasHapusPastinya seru kalau menyaksikannya langsung....warna warni kapal, ramai teriakan... ramai suara mesin..hnmm...
BalasHapusDuh sampahnya, padahal acaranya menarik sekali
BalasHapusPadahal laut menyimpan begitu banyak kekayaan, sayang kalau ditelantarkan…
BalasHapusAcaranya seru banget ya mbak tapi sayang banget itu masih banyak yang buang sampah ke laut, makanya Indonesia mendapat peringkat 3 besar untuk urusan sampah.
BalasHapusKendurinya benar-benar meriah dan ramai ya Mba. Sayang kalau tidak ada waste management untuk acara besar seperti ini ya...
BalasHapuswow. seru banget ya mbak acaranya. Dan wajah suku lautnya emang khas banget ya.
BalasHapussayang banget masyarakat masih buang sampah sembarangan. gak sayang sama laut sendiri 😓
Ah udah baca-baca enak-enak kok jadi ikut nyesek baca bagian akhirnya... iya ya, gimana mau kenduri laut (mensyukuri karunia laut) lha laut malah dicemari seperti ini.. hadeh...
BalasHapusDuh jadi gimana gitu pas lihat sampah ya. Sayang ya, mbak padahal acaranya seru
BalasHapusDari dulu, selalu suka dengan yang namanya kenduri laut, dan imajinsiku selalu suka gentayangan, membayangkan makhluk2 lain ikutan larut dalam kenduri ini. Haha.
BalasHapusBelum pernah merasakan kenduri laut yang diadain oleh orang-orang Melayu, pasti lebih seru, melihat orang-orang yang berpakaian adat warna-warni. Ah, indahnya. Belum lagi perlombaan sampannya. Duh, amazing!
Nah, ini, ujung-ujungnya, miris. Sampah! Susah sekali memang membudayakan praktek bersih adalah separuh dari iman di bangsa kita, ya, Mba? Hanya jadi pajangan saja, tidak diterapkan dalam kehidupan nyata. Hiks...
Tradisi dan budayanya aku setuju terus dipelihara, tapi buang sampahnya huhu...
BalasHapussetiap daerah berbeda-beda tradisi kenduri lautnya ya kak. kalau di pesisir Aceh, biasanya para nelayan mengadakan kenduri berupa pemotongan kerbau, kepala kerbaunya dilempar ke laut sedangkan daging yang lain dimakan bersama2 setelah dimasak bersama2 juga. btw, miris melihat akhir dari kenduri laut disana ya kak, kesadaran untuk tidak membuang sampah semabrangan masih kurang.
BalasHapusDuh sayang ya penontonnya payah..masih suka buang sampah sesuka hati
BalasHapusDuh masalah sampah ini ya.. #elusdada
BalasHapusSedih banget ngeliatnya. Kayaknya mereka enteng banget gitu ya buang sampah ke laut.
Lin, aku melihatnya bukan beresiko tenggelamnya, mungkin mereka semua jago renang, tapi resiko bertabrakan yang menyebabkan benturan dan kena tubuh pengemudi kapal. Sepanjang lihat lomba ini aku ngeri lihatnya
BalasHapus