Memaknai Upacara Bendera dari Blognya Esti Sulistyawan

Hai teman… duh kemana aja saya ya? Lama nggak update blog. Huhuhu sedih banget rasanya. Bulan ini semangat menulis drop ke titik terendah. Rendah serendah-rendahnya. Kalau diibaratkan rendahnya suatu tempat mungkin mood menulis saya sedang ada di kedalaman seribu meter di bawah permukaan laut. Hehe. Gelap banget. Sepertinya saya butuh Vitamin Sea untuk mengobati gejala malas menulis ini.

Trust me, it’s work! *ngomong ala bintang iklan L-Men :D Eh iya loh beib, memang betul, pas weekend dua tiga hari yang lalu, saya pergi liburan bareng teman-teman Komunitas Blogger Kepri ke Nongsa Point Marina & Resort di kawasan Nongsa Batam. Mendadak semangat menulis mulai menggebu-gebu. Berteman, berkumpul dan kongkow-kongkow sesama blogger ternyata menambah semangat ngeblog makin membara. Bagaikan ada letupan mercon di kepala, mendadak ide-ide menulis yang semula buntu dan mentok mulai berdatangan. Ingin rasanya saya tuangkan ke dalam blog sesegera mungkin agar tidak ada lagi malas menghampiri.

Seperti saat ini. Ide menulis mendadak menghampiri. Hari ini saya lagi Blog Walking ke blognya seorang perempuan yang baru saja menjadi seorang ibu. *Proud to be mom. Blogger keren yang sudah lama konsisten ngeblog. Siapa sih? Saya emang lagi kepo sama teman blogger yang satu ini. Mbak Esti Sulistyawan. Melihat tampilan blognya saja sudah terhanyut apalagi saat membaca-baca tulisannya. Saya suka dengan tampilan blog yang sederhana, friendly, namun elegan. Meskipun tulisan-tulisannya tentang cerita keseharian dan curahan hati pribadi, namun tak jarang membuat saya merenung dan ikut mengiyakan atas pendapat dan cerita-cerita yang disampaikannya.

Ini Loh Blognya Mbak Esti

Salah satu yang membuat saya tertegun adalah cerita di sebuah postingan yang berjudul “Milih Upacara atau Perang” Diceritakan saat selesai upacara, Mbak Esti dan teman-temannya sarapan bareng. Salah seorang temannya mengatakan bahwa anak-anaknya gak ikut upacara. Dia menganggap anak-anak lebih baik di rumah saja, jadi ia tidak capek-capek untuk mengantarkan anak-anak ke sekolah hanya sekedar untuk upacara 17 Agustus. Duuh.

Padahal menurut saya pribadi, berdiri tegak saat upacara, lalu menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya sangat mampu untuk membangkitkan semangat nasionalisme dan kecintaan kita kepada tanah air. Saat mengheningkan cipta pun para siswa dan para guru akan merasakan betapa besar jasa-jasa pahlawan dahulu kala saat merebut dan mempertahankan kemerdekaan dari bangsa-bangsa penjajah.

Membaca tulisan Mbak Esti ini saya mendadak rindu ingin kembali merasakan upacara 17 Agustus atau upacara pada hari Senin. Mendadak teringat saat-saat baris lalu dilempar-lemparin kertas berisikan kata-kata mesra dari gebetan. #eh haha.

Ohya, sejak SD hingga SMA kalau upacara saya keseringan jadi petugas paskibra. Terutama yang membawa bendera. Lalu sempat nangis gerung-gerung gegara gak lolos seleksi paskibra tingkat kabupaten. Apa daya tinggi badan nggak memenuhi syarat seorang paskibra :D


Tuh kaan... mampir ke blognya Mbak Esti udah bisa nyangkutin kenangan dan juga membawa pencerahan. Yuk ah mampir ke blognya. Mareeee....

6 komentar :

  1. Ada haru setiap mendengar lagu kebangsaan Indonesia Raya ketika upacara. Ada juga rasa bangga melihat anak-anak sekolah yang mengikuti upacara berpanas2. :)

    BalasHapus
  2. Sama Mbak, semangat ngeblogku juga menurun neh ditambah lagi job desc-ku sekarang yang menuntut aku konsen nulis jadi makin tersisihkan deh aktivitas ngeblognya.
    Aku dulu juga ikutan paskibra tapi hanya sampai level sekolah aja sih, bangga rasanya pas jadi pengibar bendera.

    BalasHapus
  3. Alhamdulillah, hingga sekarang masih ikut upacara rutin di tanggal 17 tiap bulan *menu wajib bulanan neh*

    BalasHapus
  4. Wah jadi ingat kenangan ya Mbk hehe makasi Mbak untuk artikelnya :)

    BalasHapus
  5. skr mah aku nonton yg upacara aja seringnya mbak

    BalasHapus
  6. ahhh kalo aku rajin banget nonton upacaranya aja mbaa
    seneng, mengenang masa muda laah :v

    BalasHapus

Halaman ini dimoderasi untuk mengurangi spam yang masuk. Terima kasih sudah meninggalkan komen di sini.

Made with by Lina W. Sasmita