Kenangan pada Singosari dan Jalur Kereta Api

Pagi selalu menawarkan harapan dan semangat baru dalam meniti tangga-tangga kehidupan. Terlebih jika pagi kita disapa oleh cuaca indah, mentari yang cerah, dan hamparan sawah-sawah. Berada di tengah-tengahnya adalah penyembuh gundah, peredam resah, dan penghilang keluh-kesah.

Seperti pagi kami saat itu. Saat berada di Singosari. Sebuah kecamatan di Kabupaten Malang Jawa Timur yang menurut sang suami adalah lokasi yang ideal untuk menghabiskan masa tua nanti. Betapa tidak, di Singosari ini, harga bahan kebutuhan pokok murah, berlimpah. Akses menuju kota mudah, sementara lingkungan di sekitar masih alami, asri dan indah. Sepertinya dari dulu hingga sekarang, tak banyak yang berubah.


Singosari

Seperti pagi itu, ketika berkunjung dan menginap di rumah teman yang sudah saya anggap adik sendiri di Singosari, saya mengajak suami dan putri kecil kami untuk menyusuri pematang-pematang sawah yang terhampar di depan rumah. Menghirup udara yang segar diantara hamparan padi yang masih basah dengan kuncup-kuncupnya yang mulai merekah.

Burung-burung bercicit menyambut pagi dengan riang. Embun tampak berkilat-kilat memantulkan sinar matahari yang menerang. Sementara nun jauh di atas awan, Mahameru tinggi menjulang. Seakan memanggil dan membisikkan kerinduan untuk segera datang bertandang.

Rel kereta api


Di antara hamparan sawah yang membentang, sebuah rel kereta api merentang seakan jadi pematang. Tampak meliuk di ujung pandang, menghilang, berselimutkan kabut yang perlahan menghadang.

Ah rasanya ingin sekali menaiki kereta api lagi. Menyusuri pelosok negeri hanya dengan terduduk manis di tepi jendela kereta. Memandang keluar seraya mengagumi warna-warni kehidupan yang terlewati.  Sesekali mencatat apa yang terlihat dalam buku kecil namun tetap merekam setiap detik dalam benak.

Ya, dalam benak saya, perjalanan menaiki kereta api, selalu menggoreskan cerita kenangan yang menghiasi dari jaman ke jaman dalam perjalanan hidup yang dijalani.  Bahkan nenek kerap bercerita, saat kecil dahulu, pada masa jaman penjajahan Belanda, nenek pulang pergi dengan menaiki kereta api.  Sayang, kini jalurnya tak digunakan lagi,  kereta api sudah tidak beroperasi lagi. Padahal masyarakat di kampung kami sangat rindu akan hadirnya kendaraan massal yang satu ini.

Kenangan pertama saya menaiki kereta api adalah saat-saat SMA dulu di Jakarta. Ketika sepulang sekolah mendapat tugas mengikuti rapat-rapat di Balai Kota di Jalan Merdeka, kerap menggunakan moda transportasi yang murah meriah ini. Meski kadang berhimpitan atau berdiri berdesak-desakan.

Rindu menaiki kereta api dan malas mengantri di stasiun untuk membeli tiket? Sekarang tidaklah masalah, Kamu bisa beli tiket kereta api online hanya dengan menggunakan smartphone di saat kamu lagi apapun dan berada di mana pun.

Bingkai kenanganmu melalui jendela kereta api.

23 komentar :

  1. Aaah indah bgtttt sih hidup mb Lina
    Foto2 itu suasana yg kurindukan T.T

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya ini lokasinya enak banget mbak bikin ngangenin.

      Hapus
  2. Sekarang semua transaksi bisa lebih mudah ya, bisa online gitu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, memudahkan bagi emak rempong macam kita :D

      Hapus
  3. Aku juga mimpi pengen punya rumah di Singosari atau lawang mbak.. ada perumahan bagus yg asri di sana.. tapi kayaknya harganya udah mencekik.. hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya nggak dimana nggak dimana harga rumah mahalnya kebangetan.

      Hapus
  4. Ternyata dari singosari toh.
    sekarang udah enak teh , kalau kita naik kereta api. udah nyaman.

    BalasHapus
  5. aku jg lg menggoreskan cerita ttg perjalann naik kereta api ke memory si kecil nih mbk, biar jd memory manis si kecil :)

    BalasHapus
  6. Aku juga suka naik kereta, no macet. Btw kok puitis bgt tulisannya Lin

    BalasHapus
  7. Waa kenangan naik kereta memang selalu penuh kesan ya mba Lina. Kebayang deh waktu itu mba lina naik kereta di jkt pasti masih desak2an dan rebut2an. Banyak atapers juga . :-)

    BalasHapus
  8. ahh mbaaa ajak aku kesana, ke lintasan itu..
    kayanya damaaaai begitu yaa

    BalasHapus
  9. Subhanallah, Mbaaaak... Indah bangeeet... Saya jadi kangen masa kecil. Kangen kampung halaman. Itu, aliran air di antara sawah itu, biasanya di tempat seperti itu saya suka cebur-cebur gerosotan. Nyari tanaman genjer, keong mas, huhuhu... Kangeeen....

    BalasHapus
  10. Wah. tulisan Mba Lina bagus ee. bersajak juga. hehe. aku perlu berguru nih kayanya untuk gaya penulisan.
    makasih mba sudah berbagi
    salam kenal

    BalasHapus
  11. Aku juga punya pikiran habiskan masa tua di sebuah tempat seperti ini. Udara segar dan view hamparan padi, gunung, atau pantai :)

    BalasHapus
  12. Aku suka kereta apiiii
    Dan aku dong.. Akuuu akan naik kereta api bulan depan ^_^
    Senangnyaaa

    BalasHapus
  13. Aku juga punya planning hidup di Malang. Karena Malang, adalah rumah ke dua untuk pulang.

    BalasHapus
  14. Mahameru...pengen rasanya bisa mendaki ke sana. Pemandangan di atas sana, manggil-manggil untuk dikunjungi #halagh..
    Ternyata di kaki gunungnya, ada pemandangan yang bagus juga ya...

    BalasHapus
  15. Singosari ini jalur kereta yang sekarang sering saya lewati kalau pulang ke Surabaha, dari Malang. Pemandangannya indah banget, hampir tidak pernah saya lewatkan :)

    BalasHapus
  16. Aku juga suka melihat pemandangan dari balik jendela KA, apalagi kalau yg diliat sawah sama sungai. Co cweet banget sambil nglamun :))

    BalasHapus
  17. Indah banget ya memang menghabiskan masa tua di kampung halaman. Aku pun pengen menghabiskan masa tua di kampung halaman yang di belakangnya ada hamparan sawah dan setiap pagi menghirup udara segar juga menikmati indahnya matahari terbit.

    BalasHapus
  18. Gunungnyaaaa

    Blm pernah naik keteta api dan pengen bgt

    BalasHapus
  19. Aku rindu lihat sawah hijau mbak, cakep banget pemandangannya :)

    BalasHapus
  20. Teringat perjalanan dengan kereta dari Surabaya ke Bandung :)

    BalasHapus

Halaman ini dimoderasi untuk mengurangi spam yang masuk. Terima kasih sudah meninggalkan komen di sini.

Made with by Lina W. Sasmita