Mengawali tahun 2019 ini ternyata saya terkena sindrom writer's block. Malas melanjutkan tulisan yang sudah berminggu-minggu bertengger di barisan draft dasbor blog. Padahal niatnya pada tahun 2019 saya mau mengisi blog dengan lebih rajin lagi. Target minimal 10 postingan per bulan. Tapi awalnya saja sudah begini. Pyuuuh. Baiklah, Bismillah semoga tulisan ini menjadi awal penyemangat yang baik untuk memulai tulisan-tulisan selanjutnya yang lebih bermanfa'at. Tidak hanya sekedar bercerita namun para pembaca akan dapat mengambil hikmah dibalik cerita yang akan saya sampaikan.
Pasukan yang akan berlibur ke Pantai Melayu Barelang Batam |
Assalamualaikum Wr. Wb.
Awal libur sekolah semester genap yang lalu, ibu-ibu di grup arisan keluarga kami di Batam, sudah heboh membahas kemana kami akan berlibur bersama. Seperti tahun-tahun sebelumnya, beberapa kali kami selalu menyempatkan diri untuk berlibur bersama. Kadang kemping, kadang menginap di villa, kadang cuma pergi ke pantai, berangkat pagi pulang sore. Intinya yang penting liburan bersama.
Sekedar kilas balik tentang liburan di grup arisan keluarga ini, beberapa kali saya pernah ikut. Yang pertama, tahun 2013 berlibur bersama dengan menyewa dua buah villa di Pantai Mirota Barelang Batam. Selanjutnya tahun 2014 berlibur di sebuah pantai yang tersembunyi yang dahulu belum ada namanya. Kini pantai tersebut dinamai Pantai Melini. Tahun 2015, 2016 dan 2017 saya dan keluarga absen tidak ikut liburan. Dan sepertinya alokasi dana berlibur yang tiap tahun dikumpulkan tersebut, dialihkan untuk membantu anak-anak yatim dan panti asuhan.
Akhir 2018 yang lalu, kami sepakat untuk berlibur kembali. Total ada 9 keluarga yang ikut dalam liburan kali ini. Minus keluarga Asep dan Citra karena pasangan ini baru dikaruniai dengan kelahiran putri keduanya. Sebenarnya antara 9 keluarga kami tidak ada ikatan darah yang menjadikan nasab keluarga. Hanya ikatan persahabatan yang terjalin semenjak muda dahulu kala. Semenjak gadis hingga punya anak gadis. Semenjak lajang hingga punya anak lajang. Ikatan ukhuwah yang menjadikan arisan hanya sebagai alat untuk bersilaturahim sehingga setiap bulan kami masih bisa bersua. Alhamdulillah bersahabat sudah belasan tahun hingga sekarang, kami masih komitmen menjaga ukhuwah ini.
Sebenarnya kesembilan keluarga ini adalah irisan dari tiga grup atau komunitas. Yakni FLP Batam, Remaja Masjid Al Quba PJB Batu Aji dan para pengajar di SDIT Al Barkah Dapur 12 Batu Aji. Dari ketiga komunitas ini, beberapa diantaranya masih suka ketemuan, berteman hingga akhirnya sepakat untuk mengadakan arisan keluarga.
Yuk berkenalan dengan kami! Oh iya, hampir semua keluarga di bawah ini saya foto di halaman Masjid Al Barkah Yonif 10 Marinir milik TNI Angkatan Laut di Pulau Setokok Barelang. Setelah solat asar berjama'ah. Kapan-kapan saya ingin menulis khusus tentang Masjid Al Barkah ini. Masjidnya keren. Bersih, wangi, dan interiornya, Masya Allah bikin betah berlama-lama. Ingin juga mewawancarai imam masjid serta tentara-tentara yang bermarkas di kawasan ini.
1. Keluarga Aa Soleh dan Mbak Sam
Saya mengenal A Soleh sekitar tahun 2004 silam. Semenjak kami berteman di komunitas FLP Batam. Sejak masih lajang. Kini ia dan istrinya, Mbak Sam, telah dikaruniai 3 orang putra-putri yaitu Fahri, Kayla dan Adnan. Sewaktu berfoto, Fahri entah dimana. Dicari juga tidak ketemu.
Keluarga A Soleh. Minus Fahri yang entah kemana saat saya foto. |
2. Keluarga Pak Aray dan Mbak Yuli
Saya mengenal pasangan ini juga dari komunitas FLP Batam. Keduanya dianugerahi seorang putri yaitu Husna. Sewaktu liburan ini, Husna terus saja berenang di pantai hingga gosong. Tidak mau naik ke darat kalau tidak dijemput dan disuruh naik sama abinya.
3. Keluarga Mas JJ dan Mbak Tini
Keluarga ini dianugerahi dua
gadis kecil yang lucu dan imut. Driya dan Yumna. Driya sering main bersama Chila karena usianya sepantaran. kalau ketemuan di arisan, mereka langsung connect dengan tablet dan handphone-nya yang mereka bajak dari ibu bapaknya masing-masing. Main game mine craft.😃 Oh iya Mas JJnya sepertinya sedang tidur di mobil karena ngantuk.
4. Keluarga Mas Katwadi dan Meli
Sepertinya Mas Katwadi dan Meli ini menikah muda. Bahkan usia mereka jauh di bawah saya, namun keduanya sudah punya anak gadis yang cantik dan tinggi. melebihi tinggi badan saya dan uminya. Pasangan ini dianugerahi 2 orang putra putri yaitu Nisa dan Rifki.
5. Keluarga Kak Nana dan Dewi
Kak Nana ini orang Palembang, jadi kami memanggilnya dengan sebutan Kak Nana sebagaimana orang-orang Sumsel yang memanggil laki-laki dengan sebutan Kakak. Pasangan Kak Nana dan Dewi dikaruniai dua buah hati yaitu Icha dan Sauki. Sewaktu sesi berfoto, Kak Nana sudah kembali ke mobil jemputan.
6. Keluarga Mas Jamil dan Marti
Pasangan ini pasukannya paling seru dan rame karena sudah dianugerahi 4 putra putri. Yaitu Mirza, Laila, Hakim dan Irsyad. Saya kenal Marti juga dari FLP Batam. Nah karena foto yang di Masjid Al Barkah tidak lengkap, jadi saya upload foto yang di pantai saja mumpung genap berenam.
7. Keluarga Pak Mahmud dan Teh Ani
Pasangan ini dianugerahi dua orang putra putri yaitu Hanum dan Amir. Saat foto ini diambil, Amir sudah kembali ke kendaraan yang akan membawa kami pulang. Hanum juga sudah gadis dan tinggi badannya sudah melebihi uminya.
8. Keluarga Aa Idris dan Mbak Endang
Pasangan ini dianugerahi dua orang putra putri yaitu Umam dan Izza. Keluarga ini nggak sempat saya foto karena saat sesi foto-foto keluarga, Mbak Endang dan Aa Idris ini sudah kembali ke kendaraan.
9. Keluarga Kang Ical dan Lina
Setiap bepergian ke tempat-tempat wisata, kami suka lupa untuk berfoto keluarga, bertiga. Terlebih Chila mahal banget kalau untuk urusan foto. Nggak mau terus. Jadi, saya tidak mempunyai foto bersama saat liburan ke Pantai Melayu ini. Sudah itu, saya terlalu sibuk memfoto orang lain hingga lupa berfoto dengan keluarga sendiri. Hahaha. Tidak mengapa. Sudah biasa. Resiko menjadi fotografer keliling ya begini. *Tertawa pedih. 😞 Ya sudah saya upload foto sewaktu kami ke Kawah Darajat di Garut Jawa Barat saja.
Menentukan Lokasi
Semula, kami berencana akan kemping di SBS Resort di sekitar Jembatan 5 Barelang. Kawasan ini telah memiliki area kemping dengan fasilitas tenda dan panggangan untuk barbeque. Namun dihitung-hitung ternyata budget-nya tidak mencukupi. Lalu pilihan beralih ke Sea Forest Adventure di Nuvasa Bay Nongsa. Namun setelah survey, harga per pax yang ditawarkan ternyata kemahalan.
Dengan waktu yang semakin mepet, akhirnya kami berembug lagi mengenai lokasi. Mbak Yuli mengusulkan untuk kemping di Pantai Melayu Barelang saja. Untuk tempat kemping tinggal menyewa aula pantai yang dapat menampung semua orang dalam rombongan arisan keluarga.
Karena dana kas terbatas, maka liburan kali ini disesuaikan banget
dengan kas. Transportasi, akomodasi, dan makan harus sudah masuk
semua. Setelah dihitung-hitung Alhamdulillah dana mencukupi. Semua kebutuhan tertutupi oleh kas
tahunan kami. Bersyukur rasanya karena tidak mengeluarkan dana lagi kecuali untuk
jajan anak-anak dan sewa pelampung. Fix, kami segera booking aula di Pantai Melayu supaya tidak kehabisan tempat.
Suasana Pantai Melayu Barelang |
Pantai Melayu Barelang dilihat dari laut. |
Transportasi & Akomodasi
Kami menyewa dua unit mobil sejenis Mitsubishi L300 untuk mengangkut orang dan barang. Syukurnya semua muat padahal selain para dewasa dan anak-anak, barang bawaan kami banyak banget. Sudah kayak mau pindahan transmigrasi bedol desa. Isi dapur hampir semua terangkut kecuali kulkas. 😂 Kami membawa perlengkapan dan peralatan memasak termasuk kompor, tabung gas, dandang, penggorengan, galon air, piring, gelas, sendok, pisau dan banyak lagi.
Mobil yang kami sewa |
Pos masuk kawasan Pantai Melayu Barelang Batam |
Perjalanan dari kawasan Batu Aji Batam ke Pantai Melayu Barelang ditempuh dalam waktu kurang dari 1 jam. Berangkat sore sekitar jam 3 dan tiba di sana jam 4 kurang. Tiket masuk untuk dewasa Rp 10.000 dan anak-anak Rp 5.000 sementara biaya parkir gratis. Alhamdulillah rombongan kami hanya membayar Rp 170.000 padahal kalau dihitung-hitung dengan 18 dewasa dan 21 anak-anak kami seharusnya membayar Rp 275.000. Mungkin inilah keuntungannya pergi ramai-ramai, jadi dapat banyak diskon.
Sesaat tiba di Pantai Melayu, kami segera menuju aula yang telah disewa. Aula ini letaknya kira-kira 20-30 meter dari bibir pantai. Di halaman aula terdapat pepohonan yang rindang dengan ukuran batang sepaha orang dewasa. Membuat betah siapapun untuk nongkrong di bawahnya. Biaya sewa aula dengan listrik semalaman Rp 600.000. Sedangkan biaya ke toilet serta kamar mandi semalaman untuk semua Rp 100.000.
Anak-anak membantu menggelar tikar di aula |
Aula yang kami sewa. Foto diambil malam hari. |
Baru saja turun dari kendaraan, anak-anak tampak sudah tidak sabar lagi untuk segera bermain pasir dan menceburkan diri ke laut. Satu per satu rengekan dan bujuk rayu kepada abi dan uminya mulai meluncur dari bibir-bibir mungil mereka. Namun, sebelum semuanya bertebaran ke tepi laut, para ibu dan bapak sudah mengingatkan serta mengajak mereka untuk solat asar terlebih dahulu. Setelah solat, anak-anak dibolehkan main ke tepi laut yang sore itu airnya sudah surut hingga puluhan meter jauhnya.
Mushola Pantai Melayu |
Yang adik-adik kecilnya langsung main pasir |
Setelah solat asar, anak-anak berlarian ke tengah laut yang surut sehingga airnya dangkal. |
Malam hari diisi dengan menyiapkan malam malam, bakar-bakar ayam, lele, bakso dan sosis kesukaan anak-anak. Setelah itu acara bebas mau tidur, ngerumpi atau sekedar nongkrong di tepi pantai.
Alhamdulillah malam itu anak-anak tidur cepat walau ada satu dua orang yang kebangun-bangun dan nangis karena kecapekan. Cuaca terbilang cerah dengan bulan yang bulat purnama. Meskipun kami tidur tergeletak begitu saja di atas tikar bagai di barak pengungsi, Alhamdulillah masih bisa tidur dengan nyaman.
Menjelang tidur, kami dikejutkan oleh kabar di grup whatsapp, bahwa pada malam itu telah terjadi tsunami di Banten dan Lampung. Saat suasana di Pantai Melayu tenang, damai bahkan angin pun tidak berhembus, dibelahan selatan ombak sedang menerjang pesisir-pesisir tanpa ampun.
Anak-anak tidur pulas |
Pagi hari setelah ibu-ibu menyiapkan sarapan, kami melakukan senam sebagai peregangan otot-otot yang kaku. Anak-anak sudah tampak liar menatap pantai dengan nanar. Haha. Pasti bawaannya mau menceburkan diri terus ke air. Setelah senam dan sarapan, sudah dipastikan anak-anak segera meluncur kembali ke tepi laut dengan senjata andalan mereka, yakni pelampung.
Senam pagi bersama |
Yang patut diacungi jempol di kawasan Pantai Melayu Barelang ini adalah toiletnya yang bersih. Tidak jauh dari mushola terdapat toilet yang dijaga oleh sepasang kakek nenek. Saya menyempatkan ngobrol dengan keduanya. Si Kakek yang bernama Muhammad ini bercerita banyak tentang bagaimana pantai ini berkembang dari semenjak walikota terdahulu Bapak Nyat Kadir.
Salut juga terhadap warga di sekitar Pantai Melayu yang menjaga kebersihan di lingkungan rumah mereka. Beberapa rumah malah menanam bunga-bunga sehingga halamannya tampak asri.
Pak Muhammad bersama istri |
Karena pada hari berikutnya aula sudah disewa orang lain, maka sebelum jam 8 pagi kami harus sudah hengkang dari aula. Untung saja pantai belum ramai sehingga kami masih bebas memilih tempat untuk menggelar tikar, meletakkan barang-barang dan memindahkan tenda anak-anak.
Kegiatan hari itu diisi dengan menyiapkan makan siang, ngerujak dan tentu saja mengawasi anak-anak yang sedang berenang. Sebagian ibu dan bapak juga ikut nyemplung ke laut menemani anak-anak berenang lagi.
Ngerujak Yuk! |
Syukur Alhamdulillah, hari itu cuaca cukup teduh dan berawan sehingga anak-anak tidak terlalu kepanasan. Tidak menyangka juga dapat cuaca seperti ini karena beberapa hari sebelumnya Batam diguyur hujan. Sebenarnya kami smpat khawatir juga karena cuaca di Batam dan sekitarnya susah ditebak.
Langit berawan |
Pelampung yang dibeli anak-anak |
Lama-kelamaan pengunjung makin ramai. Berbagai kendaraan dari kendaraan pribadi hingga bis wisata mulai berdatangan memenuhi parkiran. Pantai pun telah penuh oleh tikar-tikar dari rombongan yang baru datang. Begitu juga dengan tepi laut. Penuh oleh wisatawan yang berenang atau sekedar bermain dengan pelampung.
Pengunjung membludak. |
Tepat jam 3 sore, mobil jemputan kami datang. Anak-anak pun telah selesai dimandikan dan didandani rapi. Rombongan segera berbenah mengangkut barang bawaan dan menuju kendaraan untuk kembali pulang ke Batu Aji Batam.
Pada perjalanan pulang, kami mampir solat asar di Masjid Al Barkah Yonif Marinir di Pulau Setokok.
***
Persahabatan adalah sebuah anugerah dari Allah SWT untuk keluarga-keluarga kami. Semoga dengan acara liburan kali ini, kami dapat memelihara persahabatan dengan sebaik-baiknya. Saya yang sejak dulu di Batam merantau sendirian, lalu berkeluarga dan hanya ada suami dan Chila saja tanpa sanak saudara yang berdekatan, merasa tidak sendirian lagi. Kehadiran mereka adalah hadiah dari Allah SWT untuk kami. Karena-Nya kami bersahabat dan bersaudara.
Alhamdulillah.
Wah seru banget tuh liburannya :D
BalasHapusSeru banget liburan bareng-bareng :D
BalasHapusSalfok sama rujaknya :D
BalasHapusSeru banget, anak kecil-kecilnya pada suka
BalasHapusJadi pingin liburan lagi nih hehe
BalasHapusWah, seru banget yah teh liburan bareng sekeluarga bersama teman2 yang sekeluarga juga... Riweuh pastinya ngatur waktunya. Hehehehhheehe...
BalasHapusAda drama2 juga nggak sih teh group pertemanannya?!.
Wah seru sekali liburan bersama banyak keluarga memang berbeda ya nuansanya. Walau masih di satu pulau tetap saja asyik
BalasHapusWah seru juga ya bedok desa lima keluarga begitu... saya paling suka kalau jalan-jalan bedol desa ini, serunya gak abis-abis ketimbang jalan sendirian hehehe... BTW asyik ya nenda di pantai Melayu. Pengin juga nenda mandiri, tapi tenda yang kami miliki tidak layak kayaknya, takut terbawa angin...
BalasHapusSeruu banget mba.. jadi pengen liburan ke Pantai Melayu Barelang :D
BalasHapussenangnya bisa rame rame kepantai nginap pula...aaahh BK kapan ni teh diajak kamping sabtu minggu...
BalasHapusliburan bedol desa gini inspiratif banget mbak, mungkin sesekali saya ingin liburan kayak gini. INdah dan damai kayaknya. Sukaaaa
BalasHapusaduh, kok ngiler sama rujaknya ya!
BalasHapusLiburan bareng keluarga atau teman memang diperlukan untuk mempererat hubungan kekeluargaan ataupun pertemanan. Seru banget ya liburannya.
BalasHapusMbak Lina, aku kangen pengen main ke Batam lagi. Mudah2-an tahun ini sibapak ada jadwal ke Batam. Pengen ikutan nebeng sama pak suami hahahaha
BalasHapusSeru sekali. Jadi kangen Batam. Kami dulu tinggal di Batuaji 4 tahun. Si sulung lahir di Batam. Tapi belum pernah piknik ke pantai Melayu. Sepertinya dulu belum dibuka karena kami disana tepat setelah peresmian. Suami sudah duluan ikut jadi buruh di jembatan Barelang no 2. Btw kok ada nama Mirota ya, adakah hubungannya dengan keluarga pemilik Mirota yg legendaris di Jogja?
BalasHapusSeru juga keknya kalau camping disitu ya mbak bawa tenda sendiri :)
BalasHapusaku selalu suka kalau ada liburan kayak begini nih
BalasHapusada 9 keluarga ya lumayan ya rameee
pengen juga deh bikin liburan kayak gini hehe
wah seru banget liburan bareng2. terakhir ngalamin liburan bareng2 kayak bedol desa gitu waktu aku smp. sekarang sih susah, dah pada cibuuuk semuanya. padahal bagus ya untuk mengeratkan silaturahmi terutama dengan keluarga yang jarang bertemu
BalasHapusRujaknya, Mbak.. tolong dikondisikan rujaknya hahaha.. asyik banget ya, makan siang rujak di pinggir pantai.
BalasHapusLiburan bareng keluarga besar memang asyik gitu ya, apalagi sama anak-anaknya juga. Jadi ramai dan mereka ceria semua :)
Subhanallah, persahabatan yg menarik mbak. Bisa terjalin sampai beranak pinak dan bahkan bisa membentuk arisan dan libutr bersama. Pantes judulnya bedol desa, hehe.
BalasHapusMasyaallah Mbak, erat sekali persahabatannya. Terlihat sangat guyub dan rukun. Barakallah ya Mbak 😊
BalasHapusYa Allah, seru banget bisa liburan bareng dengan banyak keluarga gitu. Nggak bakal mati gaya pokoknya
BalasHapusMasyaAllah keren banget, beramai-ramai menikmati hal yang positif.
BalasHapusNgiler sama rujaknya, kalo dimam sambelnay kayaknya bikin melek mata hahaha
Aduuuh mbak lina...klo aku sudah pengen cepat2 pulang tuh dgr kabar tsunami banten saat posisi kita lg di pantai.
BalasHapusSyukurlah g trjadi apa2 di sana.
Anyway, seru banget jalinan persahabatannya. Jd pengen..tp kawan semua jauh2.
Habis writer's block jadi panjang ceritanya. Hehe
BalasHapus