17 Juli 2007
File salinan tulisan dari Blog Multiply
Kriteria, Katanya sih....
Dalam sebuah obrolan ditelepon, kami (Aku dan calon suamiku) sempat saling menanyakan tentang alasan memilih satu sama lain. Katanya sih dia memilihku karena agamaku. Alhamdulillah, setidaknya itulah pilihan terbaik yang dianjurkan Rasulullah dalam memilih calon istri. Walau aku sendiri merasa sungguh masih sangat jauh dari tuntunan agama, namun mendengar alasannya itu membuat aku terpacu untuk terus belajar mendalami ajaran agama. Bukankah seseorang mempunyai beberapa alasan dalam memilih calon istri? apakah itu karena kecantikannya, karena nasab keturunannya, karena harta, atau karena agamanya.
“Kalau kamu memilih aku karena apa?” Tanyanya padaku. Aku pun terdiam namun sambil malu-malu dan mengulum senyuman aku pun akhirnya menjawab “Mmmm apa yah, Aku tuh ngelihat kamu aja udah seneng…… tapi sama sih seperti kamu, ya karena alasan agama juga.” Jawabku. Ya, aku memilih dia karena agamanya, namun tentu itu bukan alasan satu-satunya namun yang pasti alangkah indahnya jika kelak kami hidup bersama saling menyayangi dan saling mencintai karena Allah. Karena aku percaya ia mengenal Allah.
Saat curhat, seorang teman pernah menanyaiku begini,
"Memangnya kenapa Lina nggak milih orang itu padahal dia kan pendaki gunung juga?"
"Karena dia nggak sholat". Jawabku.
"Trus kenapa Lina milih Ical?"
"Ya karena dia sholat". Jawabku lagi.
"Iya sih Ical memang gua lihat juga rajin sholat". Kata temanku itu mengiyakan. Aku tersenyum, ah ternyata orang lain juga berkata seperti itu. Dan karena alasan itu jugalah waktu awal-awal mengenalnya dulu aku mulai menyukainya.
"Jarang ya Teh pendaki gunung yang rajin sholat?" Kata Lastri seorang teman yang menemaniku mendaki gunung saat itu. Aku pun mengiyakan namun Wallahualam, hanya Allah saja yang tahu.
Persis, entah keinginan bawah sadarku sejak dulu, bahwa aku pernah menginginkan seseorang yang akan menjadi bagian hidupku itu adalah seseorang yang kutemui di gunung, seorang pendaki gunung, pada moment pendakian. Ternyata kini hal itu hampir terjadi, aku hanya berucap syukur keinginan itu ternyata dikabulkan Allah.
Episode yang mengawali pertemuanku dengannya pun begitu indah yakni di sebuah tempat yang menjadi taman bermain hati dan fikiran kami, sebuah tempat yang selalu menjadi tujuan liburan kami, suatu tempat yang membina kepribadian kami, di suatu tempat dimana kami bisa menikmati ciptaan-Nya, ia adalah gunung.
Kini hanya doa-doa yang selalu kubisikkan tiap saat, semoga menembus pintu langit hingga Dia yang bertahta di atas sana mengabulkan setiap doa-doa yang kulantunkan. Sebaris sms di pagi buta kukirimkan kepadanya,
“Calon suamiku, bangun dan sholatlah jangan lupa do’akan agar calon istrimu ini kelak menjadi istri yang taat dan solehah”. Duh aku sempat terharu, semoga saja dia bangun dan berdo’a untukku, untuk kami, untuk rumah tangga kami.
Semoga saja aku bukan dari golongan perempuan yang disebut Rasulullah sebagai perempuan-perempuan yang durhaka kepada suami dimana kebanyakan dari mereka tidak bersyukur kepada suami hingga menjadi penghuni neraka. Naudzubillahimindzalik.
Ya Allah berkahilah pernikahan kami. Amien!
Semoga semuanya lancar sampai hari H ya mba ;)
BalasHapus