Mar 5, '07 5:50 AM
File MP for everyone
Keadaan Pulau Penyengat
Pulau penyengat terletak di sebelah barat kota Tanjung Pinang sejauh lebih
kurang 1,5 km. Luasnya tidak lebih dari 3,5 km. Tanahnya berbukit-bukit
terdiri dari pasir bercampur kerikil, sementara pantainya umumnya
landai, sebagian berumput, sebagian lagi berbatu karang.
Status Pulau, Penduduk, dan Mata Pencaharian
Terdiri
dari beberapa buah kampung yang tergabung dalam suatu desa atau
kepenghuluan. Jumlah penduduk 2224 jiwa (2004), sebagian besar suku
melayu dan sehari-hari berbahasa melayu, melayu Riau. Mata pencaharian
penduduk teruatama menjadi nelayan, buruh lepas, pegawai negeri dan
swasta.
Riwayat Pulau Penyengat
Menurut
cerita nama penyengat diberikan kepada pulau itu, karena dulu
pelaut-pelaut yang sedang mengambil air bersih di tempat itu diserang
oleh semacam lebah (insect) yang dipanggil “penyengat” hingga membawa
korban. Sejak itu pulau ini lebih dikenal dengan sebutan pulau
penyengat. Kemudian ketika pusat pemerintahan Kerajaan Riau bertempat di
pulau itu ia diresmikan dengan nama “Pulau Penyengat Indera Sakti”.
Pada
saat penjajahan Belanda, Pulau Penyengat telah berkali-kali menjadi
medan pertempuran. Pada perang Riau dengan Belanda tahun 1782-1784,
pulau ini telah dijadikan pusat pertahan utama. Benteng-benteng dengan
gaya portugis telah dikembangkan di pulau ini yang sisa-sisanya masih
dapat disaksikan hingga sekarang.
Pada
tahun 1808 pulau penyengat telah dibina dari pusat pertahanan menjadi
sebuah negeri, dan pada tahun 1900 menjadi pusat pemerintahan yang
dipimpin oleh Yang Dipertuan Muda Riau-Lingga.
Apabila banyak berkata-kata
Di situlah jalan masuk dusta
Apabila banyak mencela orang
Itulah tanda dirinya kurang
Mesjid Pulau Penyengat
Mesjid yang dibangun pada tanggal 1 syawal 1249 H (1832 M) atas prakarsa Yang Dipertuan Muda VII, Raja Abdul Rahman (Marhum Kampung Bulang) ini memiliki
panjang 19,8 meter dan lebar 18 meter di dalamnya ditopang oleh 4 buah
tiang beton, dengan tiap penjuru dibangun menara tempat bilal menyeru
adzan. Selain menara terdapat 13 buah kubah dan 4 persegi, sehingga jumlahnya 17 buah melambangkan banyaknya rakaat sholat sehari semalam.
Mesjid ini dikerjakan secara gotong royong oleh masyarakat bahkan
selama 7 malam berturut-turut kaum wanita turut mengerjakan amal
jariyah, bersama-sama menyumbang tenaga membangun mesjid.
Riwayat
lain menceritakan karena terlalu banyaknya bantuan termasuk bahan
makanan seperti telur maka putih telur dipergunakan menjadi campuran
kapur untuk memperkuat beton kubah.
Engku Puteri
Engku Puteri nama sebenarnya Raja
Hamidah. Ia adalah puteri Raja Haji (Marhum Teluk Ketapang) yang
terkenal dalam sejarah Riau Lingga, Johor dan Pahang. Raja Hamidah
kemudian menjadi permaisuri Sultan Mahmud (Marhum Masjid Lingga) dan
Pulau Penyengat dibangun menjadi Negeri oleh Sultan untuk dihadiahkan
kepadanya sebagai mahar pernikahan mereka.
Raja Ali Haji
Pujangga
kerajaan yang terkenal, beliau telah menyusun kaedah-kaedah tata
bahasa, ejaan perkamusan. Menjadikan bahasa Melayu Riau layak dipakai
sebagai bahasa surat-menyurat, bahasa buku , dan bahasa kesusateraan,
hingga berkembang menjadi bahasa Indonesia seperti sekarang ini.
Ialah ilmu yang memberi berfaedah
Mengumpat memuji hendaklah pikir
Di situlah banyak orang tergelincir
Pekerjaan marah jangan dibela
Nanti hilang akal di kepala
Posting Komentar
Halaman ini dimoderasi untuk mengurangi spam yang masuk. Terima kasih sudah meninggalkan komen di sini.