Minggu 6 April yang lalu saya dan suami mengajak Chila, anak
sematang wayang kami bermain ke Hutan Wisata Mata Kucing, Batam. Mata Kucing? Nama
yang aneh ya, tapi ya begitulah daerah ini dikenal oleh masyarakat Pulau Batam.
Saya belum mencari tahu dari mana asal-usul nama tersebut. Kalau bayangan saya
sih mungkin para pendahulu petugas pembuka hutan bertemu kucing hutan dan tidak
bisa melupakan tatapan matanya. Hehe asal.
Lokasi hutan wisata ini berada di pinggir Jalan Raya
Diponegoro yang menghubungkan Kawasan Batu Aji dengan Sekupang. Dan ternyata
letaknya tidak terlalu jauh dari rumah kami. Hanya sekitar 10 menit dengan
menaiki kendaraan bermotor. Hanya saja bertahun-tahun belakangan ini kami tidak
pernah menyegajakan untuk bermain ke sana .
Dan di usia menjelang 5 tahun ini, Chila baru sempat kami ajak untuk
menjelajahinya.
Sepanjang perjalanan menuju Mata Kucing, terutama setelah
wilayah Temiang, di kanan kiri terlihat pepohonan mengering. Daun-daunnya
berwarna coklat dan hitam. Imbas kebakaran hutan bulan lalu. Saya tidak percaya
bahwa ini kebakaran hutan karena faktor alam. Pasti ada ulah tangan-tangan
jahil manusia yang sengaja membakarnya. Orang-orang yang ingin membuka lahan di
sekitar hutan yang terlewati di sepanjang jalan ini.
Sudah menjadi rahasia umum, bagi mereka yang tidak mau
membeli atau menyewa rumah, simpel saja tinggal mendirikan gubuk atau rumah
liar di kawasan yang diinginkan. Jadi deh. Ya segampang itu memang. Terlebih
pengawasan terhadap hal ini sangat kurang. Hampir seluruh tanah di kawasan
Batam adalah milik pemerintah jadi terkadang masyarakat bisa seenaknya membuka
lahan tanpa izin terlebih dahulu. Kalau kena gusur pun mereka tentu dapat uang
gusuran.
Kembali ke Mata Kucing. Dengan membayar tiket masuk seharga
10 ribu rupiah bagi orang dewasa, 5000 rupiah bagi anak-anak serta 1000 rupiah
untuk sepeda motor kami sudah memasuki kawasan Hutan Wisata Mata Kucing. Dengan
tiket tersebut pengunjung sudah dapat mengunjungi seluruh wahana dan atraksi
yang ada di lokasi ini.
Trekking tepi kolam ikan Arwana |
Jauh ke dalam lagi terdapat kolam ikan arwana yang seliweran
sebesar-besar paha Chila. Malah menurut berita di koran lokal terdapat ikan
arwana sepanjang 2 meter. Namun saat kami tiba si arwana tersebut tidak mau
menampakkan diri kepada kami. Hanya sekilas saja saat penjaga kolam menberi
makan. Itu pun hanya riak dan bayang-bayang saja. Ditambah air kolam yang keruh
sehingga tidak kelihatan.
Beberapa tempat menarik lainnya yaitu kebun binatang mini
dimana terdapat monyet ekor panjang, beruang, buaya, Burung elang, dan ular
piton. Di kandang monyet, kaca mata gaya
Chila jatuh dan langsung dipungut oleh si monkey. Saya kira mau dipakai, udah
siap-siap nodongin kamera. Eh taunya kaca matanya dipatah-patahin. Sontak saja
Chila menjerit dan ngambek. Lalu dia ngomel-ngomel nggak jelas.
“Dasar kongkong monyetnya” gerutu Chila. Entah dapat kosa
kata dari mana kalau kesal Chila kerap menyebut kata kongkong :D Kalau bangkong
atau Kingkong baru saya ngerti laaah ini Kongkong? Baru setelah saya bilang
akan beli yang baru Chila berhenti ngambek dan ngomel-ngomelnya.
Edisi Keluarga Lengkap :D |
Saya sangat antusias ketika tiba di depan kandang beruang.
Jujur ini sepasang beruang pertama yang saya lihat secara langsung. Walau
pernah ke Kebun Binatang Ragunan saya belum pernah menyaksikan beruang dan
bertemu langsung. Sayang Chila malah ketakutan melihat beruang menaiki jeruji
besi. Lalu menarik-narik lengan saya untuk segera pergi dari sana .
Hutan Wisata Mata Kucing ini memang menawarkan suasana
wisata yang berbeda dari tempat wisata lainnya di Batam. Pada umumnya masyarakat
Batam menghabiskan waktu liburan ke pantai sebagaimana hampir terdapat di
seluruh penjuru Batam.
Bebetapa kali cuma lewat aja mbk..tp hbs baca ini harud kessna deh...seru kyknya hehe
BalasHapusTempatnya adem banget namanya juga :D kalo dikelola dengan lebih baik lagi sebetulnya berpotensi menjadi objek wisata unggulan di Batam.
BalasHapusmaksudnya namanya juga hutan :D
HapusKalo dari yang saya dengar teh, dinamain mata kucing soalnya dulu daerah sini kalo malem gelap banget, trus cahaya bulan yang menerobos keluar dari dedaunan itu selintas mirip mata kucing... :D
BalasHapusDulu Dian sempat juga ngobrol ama pengelolanya, ibu², pecinta binatang... beliau cerita, kalo pengunjung suka jahat ama binatang² yg ada di sana.. suka dicucuk pake kayu, dijahilin, dilemparin, kesian binatangnya...
Dian lupa nama ibu itu. Dulu padahal sempat nyimpen nomer HPnya, enak buat ngobrol², apalagi kalo ngobrolin binatang, beliau antusias banget :)
Mungkin Bu Neti Herawati ya Dee? Setau teteh dia pengelolanya. Dia juga dosen Bahasa Inggris saya sewaktu di Unrika. Sekarang kalau nggak salah di KPU
BalasHapusnama tempatnya mata kucing saya kira ada banyak kucing disana. Tapi gak ya, walaupun gak ada kayaknya tempatnya seru buat di kunjungi.
BalasHapussaya bahan ngira pohon-pohon yang nampak mengering itu kayak suasana di luar negri.