Biasanya lomba ini bertepatan dengan musim durian sehingga kerap digelar pesta durian. Siapa pun yang datang ke acara tersebut boleh mencicipi durian yang bertruk-truk dibagikan. Para peserta pun diberi oleh-oleh berupa bingkisan durian saat menjelang garis finish. Namun sayang tahun ini musim durian jatuhnya di bulan Juli, bertepatan dengan bulan puasa sehingga duriannya sudah tak bersisa lagi.
Event akbar ini memperebutkan total hadiah 50 juta dengan rincian juara satu 10 juta, juara dua 7,5 juta, juara tiga 6 juta dan sisanya dibagi untuk 8 tim juara harapan.
Kapal Roro Batam - Bintan |
Tahun ini peserta dibatasi hanya 100 tim saja dengan masing-masing anggota tim sebanyak 3 orang. Namun pada kenyataannya peserta yang mendaftar membludak hingga panitia harus menyetopnya di angka 130 tim. Banyak lagi pendaftar yang ditolak karena tidak memenuhi syarat.Contohnya saya dan suami yang hendak mengajak anak kami yang berumur 5 tahun. Panitia menolak karena batas usia peserta minimal 14 tahun.
Saya berangkat dari Batam ramai-ramai dengan teman-teman dari Komunitas Pecinta alam Muka Kuning Cumfire. Ada 8 tim dari Cumfire yang ikut ambil bagian dalam lomba ini. Kebanyakan wajah-wajah lama yang hampir tiap tahun tidak pernah absen mengikuti acara ini.
Penyebrangan Batam - Bintan menggunakan kapal Roro memakan waktu 1 jam. Biasanya kapal berangkat jam 2 tepat. Sedangkan dengan kapal cepat hanya 10 menit saja. Kami semua memilih menggunakan kapal Roro karena lebih murah dan bisa menikmati pemandangan ke arah laut. Namun sayang suami saya ketinggalan karena baru keluar dari kantornya jam setengah dua siang. Saat itu kapal mengangkat sauh lebih cepat sehingga jadwal keberangkatan maju beberapa menit.
Tiba di Tanjung Uban, rombongan dijemput panitia menggunakan bis. Sedangkan Saya dan Chila masih akan menunggu Bang Ical yang menyusul dengan menggunakan kapal cepat. Beruntung ada Babeh Sugiyono beserta keluarganya yang mau ikut serta menunggu.Beruntungnya lagi Istri Babeh dijemput oleh saudaranya.
Tak lama, kami sudah bertemu dengan Bang Ical. Dan segera melaju menuju lokasi acara. Sepanjang perjalanan, pemandangan didominasi oleh semak dan rawa. Sesekali terlihat rumah-rumah penduduk, itu pun saling berjauhan. Sedangkan jalanan yang dilalui masih terbilang mulus. Jembatan-jembatannya pun terlihat baru.
Poster Bintan Trekking di Lokasi |
Satu jam kemudian, kami tiba di Desa Bintan Bekapur. Suara khas musik melayu menyambut kedatangan kami.Tarian sekapur sirih oleh anak-anak Pulau Bintan sedang dimainkan.
Kami diterima dengan baik oleh panitia. Dan walaupun gagal jadi peserta kami tetap mendapat fasilitas makan, bandana, dan pin bintan trekking. Horeee.
Malamnya seluruh peserta diwajibkan menginap di lapangan yang telah disediakan oleh panitia. Tenda-tenda berdiri berjejer rapi. Termasuk tenda-tenda rombongan kami dari Batam.
Malam acara diisi oleh dendangan dan tarian melayu yang gemulai memikat hati.
Keesokan harinya tepat jam 8 pagi acara Bintan trekking dilepas oleh Bupati Bintan. Saya dan keluarga hanya sibuk menonton saja :D membidikkan kamera kepada para peserta yang kami kenali.
Setelah seluruh peserta habis, kami meluncur menuju air terjun kecil yang ada di kaki gunung bintan. Tiba di sana saya dibuat terkejut, seujung-ujung kampung di sana ditanami buah-buahan semua. Duku, rambutan, dan durian. Saat itu bertepatan dengan musim duku sehingga sepanjang jalan pohon-pohon duku berbuah lebat sekali.
Metik langsung dari Mobil :D |
Tangan-tangan jahil kemudian tak sadar menjulur keluar dari mobil daaaan....puluhan bahkan ratusan biji duku berpindah tempat berada di kursi mobil. Hihi...pencuriiiii...teriak saya. Maling teriak maling. Eit asli saya tidak ngambil dan makan sebiji pun. Takut dosa. Walaupun melimpah ruah, belum tentu yang punya pohon ikhlas merelakan dukunya masuk ke dalam perut saya.
Setelah puas keliling dan main-main di air terjun, kami kemudian meluncur ke lokasi finish trekking di Bintan Buyu. Sebuah lintasan finish telah disiapkan panitia. Tak urung membuat kami jeprat-jepret numpang foto sebelum para peserta tiba.
Tak berapa lama berselang, para peserta Bintan Trekking mulai berdatangan. Mereka menjinjing sebuah bingkisan yang terbuat dari daun kelapa yang dijalin begitu cantik. Isinya ternyata duku.
Di lapangan tepat di sebelah garis finish digelar bazaar yang menjual aneka makanan khas bintan dan jajanan umum lainnya. Kami pun mencoba beberapa makanan yang unik khas bintan. Salah satunya buah Tampoi. Buah ini mirip duku namun lebih besar. Sedangkan tampilan isi dan bijinya lebih mirip manggis.
Bang Ical di Garis Finish |
Acara puncak dari panitia adalah hiburan dengan menampilkan Band Nidji dari Bandung. Sontak saja para peserta yang kebanyakan anak-anak muda merangsek masuk ke dekat panggung. Kalau saya sih udah nggak masanya lagi. Jadi tetap saja melipir di pinggir lapangan :D
Buah Tampoi yang Langka |
Dari rombongan Cumfire ternyata ada juga yang menang. Lumayan mendapatkan uang tunai sebesar satu setengah juta belum dipotong pajak.
Karena sudah menjadi tradisi dan kebiasaan, teman-teman yang ikut acara ini tidak terlalu berharap menang. Hanya ingin berpartisipasi saja. Jadi tidak terlalu kecewa saat mereka tidak juara.
Sorenya kami menaiki bis menuju Tanjung Pinang. Setelah itu menyebrang dengan menaiki kapal Fery menuju pelabuhan Telaga Punggur, dan kembali ke Batam menjelang malam.
Sampai jumpa di Bintan Trekking tahun depan.
g ikut trekking tp bisa jalan2 sendiri nunggu peserta sampai finish juga menyenangkan ya mbk..^^
BalasHapusIya Mbak Han, apalagi sekeliling penuh dengan buah-buahan. Kalap dibuatnya :D
HapusTahun depan kita kudu ikutan ya, Teh.....
BalasHapusIya Dee, jangan lupa dan kalo lupa kita saling mengingatkan ya, Ingat Agustus udah harus siap-siap. Ayahnya anak-anak biar yang jaga :D
HapusHahahaha.. iya betul betul betul! Ayahnya biar jaga anak-anak ajah :D :D
Hapuswah luar biasa serunya nih
BalasHapusWah ini acara yang seru banget. Dari http://www.pakettourdebali.com
BalasHapus