Menyambut Peringatan 200 Tahun Meletusnya Gunung Tambora

Sekitar pertengahan tahun 2000an, di sebuah toko buku, saya tersasar ke deretan rak dan menemukan sebuah buku yang membuat saya bengong, melongo dan terkagum-kagum. Ada rasa yang membuncah dalam dada. Betapa kisah yang saya baca itu adalah sebuah kisah besar yang menyebabkan berbagai peristiwa besar lainnya di berbagai belahan dunia.

Dalam buku tersebut diceritakan sebuah kejadian hebat dan dahsyat yang terjadi pada tahun 1815, tepat 200 tahun lalu. Bencana letusan Gunung Tambora. Sebuah bencana mengerikan yang secara tidak langsung mengguncang dunia muncul dari sebuah pulau bernama Sumbawa. Pulau yang terletak nun jauh di pelosok timur negeri yang kini bernama Indonesia. Kejadian yang luput dari perhatian media saat itu.

Pulau Sumbawa. Diameter Kaldera Gunung Tambora terlihat jelas. Foto dari Wikipedia


Gunung Tambora semula mempunyai ketinggian 4.300 meter di permukaan laut (mdpl) namun karena letusan maha dahsyat pada tahun 1815 tersebut kini ketinggian Tambora tak lebih dari 2.850 mdpl. Hilang hampir separo ketinggiannya. 

Semenjak saya membaca buku tentang bencana Tambora, saya mulai rajin berburu informasi di internet mengenai  segala sesuatu hal yang menceritakan Gunung tersebut. Seru dan menggugah imajinasi saya. Terlebih hobby saya tak jauh-jauh dari mendaki gunung.

Salah satu artikel yang saya sukai adalah tentang wawancara seorang wartawan, Michael Sullivan dengan Haraldur Sigurdsson, seorang vulkanologis yang berasal dari Islandia yang kini mengajar di Universitas Rhode Island, Amerika Serikat.

Haraldur Sigurdsson menjelaskan bahwa letusan Tambora 10 kali lipat lebih besar dibandingkan letusan Gunung Krakatau. Dan 100 kali lebih besar dibanding letusan Gunung Vesuvius  di Italia atau letusan Gunung St. Helens di Amerika Serikat. 

Kira-kira 100.000 orang meninggal dunia dalam peristiwa ini  Ia menyatakan bahwa letusan membumbung tinggi ke angkasa sejauh 43 kilometer.  Sekitar 30 mil lebih tinggi dibanding ketinggian pesawat terbang saat ini. Letusan ini pun memancarkan volume sekitar 100 kilometer kubik batu cair dalam bentuk abu dan batu apung. Volume yang sejauh ini merupakan volume terbesar dibanding volume letusan gunung manapun di dunia.


Kaldera Gunung Tambora terlihat di radar dari luar angkasa. Foto dari bbc.co.uk


Pyuuh... bacanya saja saya sudah ternganga-nganga. Gimana dahsyatnya coba letusan ini. Dari situlah saya mulai memasang niat dalam hati akan mengunjungi Gunung Tambora suatu saat kelak. Bertahun-tahun keinginan itu hanya terpendam hingga sekitar awal tahun 2014 lalu seorang teman dari Mataram mengabarkan sesuatu kepada saya tentang gunung ini.

Ia mengabarkan bahwa akan ada peringatan 200 tahun meletusnya Gunung Tambora  yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) pada tahun 2015. Tepatnya bulan April. Tanggal meletusnya Tambora adalah 11 April 1815 berarti peringatan ini tak kan jauh-jauh dari tanggal tersebut. Sontak saja saya tertarik dan segera mendiskusikannya dengan suami agar kami sekeluarga dapat berangkat pada peringatan besar tersebut. Alhamdulillah beliau setuju. Yuhuuu...koprol tujuh putaran :D

Maka dengan gegap gempita dalam dada, tibalah saya di tahun 2015 ini. Tepat 200 tahun bencana dahsyat itu mengguncang bumi pertiwi. Saat yang dinanti pun datang. Saya akan mengunjungi Tambora. Yeah. My dream will come true. Koprol lagi.

Dari pertengahan tahun 2014 saya sudah mulai ancar-ancar mencari tiket murah menuju NTB. Penerbangan terdekat menuju Tambora adalah melalui Bima di Sumbawa atau Mataram di Lombok. Namun karena ongkos pesawat ke Bima terbilang mahal maka saya pun mencari-cari tiket ke Mataram. Sayang penerbangan dalam negeri mihil semua. Duuuh desperate banget. Gimana kumaha ini teh, saya kan wajib berangkat sebelum mempersiapkan program untuk memperoleh momongan lagi. Chila udah bising banget minta dikasih adik. Hehe. Tiap hari yang ditanya kalimat ini "Kenapa sih bunda adik bayinya nggak lahir-lahir?".  Deziiing. Awkward banget deh.

27 Agustus 2014 saat booming promo tiket murah Air Asia, iseng saya mencari-cari. Lah kok ada ya tiket Johor  - Mataram yang murah meriah. Murahnya itu loh hampir tiga kali lipat dibanding tiket Batam - Mataram (transit Jakarta). Tiket Air Asia sekitar 600 ribuan pulang pergi, atau sekitar 1.800.000 rupiah untuk bertiga. Nah saat cek maskapai lain dalam negeri ampuuun deh, mihil, sekitar enam jutaan gitu. Nah karena Johor dekat, sekitar 2 jam naik ferry dari Batam, maka saya putuskan untuk mengambil tiket tersebut. Yeaaah. Tambora tunggu kami yaaaa.


Januari 2015, kabar tidak mengenakkan tiba-tiba saja terucap dari suami. Di tempat kerjanya dia pindah divisi dan tidak boleh cuti dalam bulan-bulan mendatang. Duh gimana ini? Saya panik dan kecewa. Namun suami memang bijak, dia tetap menyuruh saya pergi walaupun sendiri. Kiss :)* Dan Chila tidak perlu saya ajak. Biarlah di rumah bersama dia katanya. Kalaupun saya ajak, kasihan. Medan dan jalur Tambora terbilang berat karena banyak pohon tumbang dan terdapat sejenis tumbuhan yang bikin gatal-gatal yang disebut jelatang. Takut banget kalau kena Chila bisa rewel berminggu-minggu.

Teman saya dari Mataram kerap menanyakan kapan tepatnya dan berapa orang. Saya mulai kebingungan menjawab. Kayaknya nggak enak banget saya berangkat sendiri. Saya perlu teman perempuan lainnya untuk saya ajak jalan. Tapi siapa? Saya udah nggak punya teman mendaki lagi. Semuanya sudah berkeluarga dan berpencar keluar Batam.

Saat online mengamati wall Face book, ada seorang teman yang memasang foto profilnya sedang mendaki Gunung Semeru. Nah sepertinya ini satu aliran deh. Nemu orang yang hobby-nya sama. Saya pun meng-inbox-nya. Alhamdulillah dia mengiyakan. Dua hari ke depan setelah saya inbox dia langsung beli tiket dengan jurusan dan hari yang sama dengan saya. 

Alhamdulillah wasukurillah sejauh ini, persiapan untuk mewujudkan impian saya mendaki Gunung Tambora lancar-lancar saja. Semoga hingga tiba waktunya nanti rencana ini terealisasi dengan indah dan penuh berkah. 


“Postingan ini diikutsertakan dalam #evrinaspGiveaway: Wujudkan Impian Mu” yang diselenggarakan oleh Mbak Evrina.


18 komentar :

  1. Aku terwoow...wow... woowww..ni baca postinganmu mak sampe lupa mo komen apa :(

    First of all gila ya Tambora ini dan you're one lucky lady to be able to climb that marvelous Tambora. Semoga impiannya tercapai ya
    2nd of all ... pertanyaan Cila itu persis kya pertaannya Nadia selama 3th terakhir... semoga impian Cila juga segera tercapai tp ntar adenya jgn dinamain Tambora lo :p

    BalasHapus
    Balasan
    1. Qiqiqi....Nadia juga udah minta Adik ya Mak? Anak2 rupanya begitu ya :D

      Hapus
  2. Semoga mimpinya tercapai y mak amin

    BalasHapus
    Balasan
    1. Amiiin. Makasih Mak. Udah nggak sabar lagi nih :)

      Hapus
  3. Waw....aku dibuat berdecak membaca postingan ini..ternyata ledakan Tambora lbh dahsyat dari Krakstau ya? Krakatau saja dampak getarannya nyampe ke Sumsel saking kuatnya.. Aku gak bisa bsyangkan gimana tuh kejafiannya saat Tambora mengamuk.. Pastilah ledakan yg super dahsyat tlh memporak-porandakan kehidupan dan lingkungan sekitar.. Aku kagum banget nih sama Enak yg satu ini...biarpun sdh berkeluarga ttp mendpt restu suami utk mendaki gunung.. Bila tiba saatnya nanti met berhappy ria menikmati hobinya mendaki gunung.. Dan smga berjaya dlm GAnya ya...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mak Rita kabarnya pas si Profesor Haraldur saat sedang melakukan eksavasi (betul nggak nulisnya ini ya :D?) ia menemukan seorang perempuan di dapur yang tengkoraknya gosong dengan sarung yg masih dikenakannya. Tak sempat melarikan diri. Betapa dahsyatnya dan mungkin begitu mendadaknya bencana ini.

      Hapus
  4. hmm, semoga kesampaian deh impiannya! :)

    BalasHapus
  5. Huaaaaa.. aku gak kebagian tiket muraaaah... :((

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dee ayolah ikut: ini nih dua jutaan dari Jakarta tapi berangkat tanggal 5.
      http://www.kilimanjaroadventuregear.com/2014/10/pendakian-bersama-memperingati-2-abad.html

      Hapus
  6. ditunggu oleh2 ceritanya, semoga lançar jaya trip nya ya :)


    Perpustakaan Romawi Kuno di Ephesus

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Kak Makasih. Eh btw aku nggak pernah kelewat baca postingan-postingan Jalan2 Liburan, tapi kok sekarang nggak bisa komen. Kenapa ya? Yang Perpustakaan Romawi Kuno juga udah baca.

      Hapus
  7. Mbak Lina, jadwalbya tgl brapa k tambora?
    Saya ada rencana naik juga..
    Thanks..sigit

    BalasHapus
    Balasan
    1. Naiknya Tanggal 11 Mas. Ketemuan di Desa Pancasila yuk.

      Hapus
  8. wah, 11 April pas ulang tahun saya mak *oot* semoga sukses ya perjalanannya mak. ditunggu cerita2 serunya!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Akan kusebut namamu di puncak gunung sana Mak :D

      Hapus
  9. pasti orang itu bukan saya ya mak? lha wong saya ga di inbox hehe, wah bis ajadi destinasi berikutnya nih setelah semeru, semoga ancar ya mak menggapai mimpinya, salam hangat dari bogor

    BalasHapus
    Balasan
    1. Amiiin makasih Mak. Semoga Semerunya juga lancar. Kita saling mendoakan

      Hapus

Halaman ini dimoderasi untuk mengurangi spam yang masuk. Terima kasih sudah meninggalkan komen di sini.

Made with by Lina W. Sasmita