Sunrise Cikuray |
Fajar mulai menyingsing. Semburat merah bersemu kekuningan menghiasai langit
sebelah timur. Matahari perlahan menampakkan diri. Ia bersinar sempurna pagi
itu. Beberapa saat saya tertegun memandanginya. Lalu hanyut mengabadikan momen
istimewa itu dengan jepretan kamera saku. Subhanallah. Sepertinya ini sunrise terbaik yang pernah saya alami
dalam pendakian gunung beberapa tahun terakhir. Sunrise
di Puncak Gunung Cikuray.
Jelas saja ini sunrise terbaik,
karena sebelum-sebelumnya saya kerap mendaki pada musim penghujan dimana langit
pagi senantiasa mendung dan berkabut. Dimana matahari pagi kerap bersembunyi di
sebalik awan putih yang pekat.
Namun tidak untuk perjalanan kali ini. Saya sengaja mendaki bertepatan dengan musim kemarau. Walau saat pendakian begitu terik dan menyengat, namun saya puas mendapatkan pagi yang sempurna di Puncak Gunung Cikuray, Garut, Jawa Barat.
Para pendaki mulai berkerumun menyambut hangatnya pagi di depan tendanya masing-masing. Dilengkapi hangatnya secangkir teh dan kopi yang menguarkan aroma khas. Tak perlu jauh-jauh berkeliling karena di teras tenda masing-masing, pemandangan bak lukisan nyata yang kasatmata. Gunung-gunung tampak berselang-seling. Gunung di balik gunung. Pemandangan yang hanya dapat disaksikan dari titik di ketinggian seperti ini.
Di Puncak Cikuray, semua sisi tampak jelas dan indah. Saat melemparkan pandangan ke arah timur, Gunung Galunggung begitu anggun. Di sisi utara, Gunung Guntur tampak gagah dan megah. Pada sisi selatan, samar alur pesisir laut selatan, Samudera Hindia, meliuk-liuk di sebalik awan-awan. Pun di sisi barat, Gunung Papandayan dengan lubang kawah di tengahnya tampak bersih biru berseri.
Saya terlalu asyik mengarahkan kamera saku ke berbagai arah mata angin ketika tanda batre pada kamera berganti warna merah. Duuh…masih banyak sudut-sudut lain yang belum terambil gambarnya namun tiba-tiba batre kamera sudah habis. Nyeseknya tuh di sini. *Nunjuk dada.
Matahari semakin beranjak naik dan pemandangan ke sekeliling mulai tampak semakin mempesona. Bayangan raksasa Gunung Cikuray jatuh meneduhi hampir satu Kecamatan Cisurupan di bawahnya. Sedangkan bayangan puncaknya jatuh ke badan Gunung Papandayan yang ada di sisi barat.
Sementara itu kamera dan handphone saya sudah tidak berkutik lagi. Nasiiib. Saya mulai mencari ide, mengeluarkan batre kamera dan meletakkannya di atas ubun-ubun. Maksudnya menjemur batre di kepala. Hehe, yang penting usaha. Kurang lebih 3 menit batre saya jemur. Surprise, begitu batre dimasukkan kembali ke dalam kamera lalu dinyalakan, ternyata kamera langsung menyala. Horeee. Saya pun dapat mengambil beberapa frame foto. Alhamdulillah. Saya ulang hingga dua kali. Namun saat mencoba untuk ketiga kalinya, sepertinya si batre sudah ngambek. Tidak mau menyala lagi. Wassalam.
Kondisi seperti di atas tadi tentu sangat disayangkan. Mendaki gunung bukanlah kegiatan yang dapat dilakukan kapan saja setiap hari. Mendaki gunung adalah momen spesial bagi setiap pendaki. Maka jika ingin mengabadikan momen tersebut barang yang benar-benar harus dibawa saat mendaki gunung setelah kamera dan handphone adalah solar power bank.Jadi saat kondisi batre nge-drop kita masih bisa mengisi ulang tanpa takut power bank pun kehabisan daya. Pada kondisi batre full pun tetap harus waspada. Karena pada cuaca yang dingin batre seringkali cepat ngedrop.
***
Gunung Cikuray (2821 mdpl) merupakan gunung tertinggi di Kabupaten Garut Jawa Barat. Terletak di antara tiga kecamatan yakni Kecamatan Cilawu, Kecamatan Bayongbong, dan Kecamatan Cikajang.
Jalur menuju Gunung Cikuray terdapat di ketiga kecamatan tersebut. Namun yang paling terkenal adalah jalur melalui Kecamatan Cilawu. Yaitu jalur perkebunan teh Dayeuh Manggung. Dari Terminal Guntur Garut naik angkutan kota (angkot) warna coklat menuju Cilawu dan minta diturunkan di Perkebunan Teh Dayeuh Manggung. Dari Dayeuh Manggung lalu berjalan kaki atau menaiki ojek penduduk hingga pemancar yang merupakan entry point menuju jalur pendakian.
Jika dilihat dari daerah mana pun Gunung Cikuray mempunyai bentuk kerucut yang sempurna. Pemandangan ke arah gunung yang paling indah adalah dari arah Kecamatan Bayongbong. Karena bentuk, lekuk, lereng, dan punggungan gunung dari kaki hingga puncaknya dapat terlihat jelas. Selain itu hamparan sawah di kaki gunung yang berundak membentuk teras sering semakin memberi kesan indah dan natural.
Saat SMP, saya sekolah di SMP Negeri 1 Bayongbong. Setiap hari pemandangan yang tampak sepanjang perjalanan menuju sekolah adalah Gunung Cikuray, gundukan perkampungan dan pesawahan. Pemandangan yang kerap dan selalu saya rindukan. Bahkan hingga terbawa mimpi. Berkali-kali, setelah tinggal di Batam pun, saya kerap memimpikan Gunung Cikuray. Seakan-akan ia memanggil dalam kerinduan. Atau… sayakah yang selalu merinduinya?
Namun tidak untuk perjalanan kali ini. Saya sengaja mendaki bertepatan dengan musim kemarau. Walau saat pendakian begitu terik dan menyengat, namun saya puas mendapatkan pagi yang sempurna di Puncak Gunung Cikuray, Garut, Jawa Barat.
Para pendaki mulai berkerumun menyambut hangatnya pagi di depan tendanya masing-masing. Dilengkapi hangatnya secangkir teh dan kopi yang menguarkan aroma khas. Tak perlu jauh-jauh berkeliling karena di teras tenda masing-masing, pemandangan bak lukisan nyata yang kasatmata. Gunung-gunung tampak berselang-seling. Gunung di balik gunung. Pemandangan yang hanya dapat disaksikan dari titik di ketinggian seperti ini.
Menyambut pagi dengan secangkir teh |
Di Puncak Cikuray, semua sisi tampak jelas dan indah. Saat melemparkan pandangan ke arah timur, Gunung Galunggung begitu anggun. Di sisi utara, Gunung Guntur tampak gagah dan megah. Pada sisi selatan, samar alur pesisir laut selatan, Samudera Hindia, meliuk-liuk di sebalik awan-awan. Pun di sisi barat, Gunung Papandayan dengan lubang kawah di tengahnya tampak bersih biru berseri.
Bayangan Gunung Cikuray jatuh ke sisi barat ke arah Gunung Papandayan |
Saya terlalu asyik mengarahkan kamera saku ke berbagai arah mata angin ketika tanda batre pada kamera berganti warna merah. Duuh…masih banyak sudut-sudut lain yang belum terambil gambarnya namun tiba-tiba batre kamera sudah habis. Nyeseknya tuh di sini. *Nunjuk dada.
Matahari semakin beranjak naik dan pemandangan ke sekeliling mulai tampak semakin mempesona. Bayangan raksasa Gunung Cikuray jatuh meneduhi hampir satu Kecamatan Cisurupan di bawahnya. Sedangkan bayangan puncaknya jatuh ke badan Gunung Papandayan yang ada di sisi barat.
Sementara itu kamera dan handphone saya sudah tidak berkutik lagi. Nasiiib. Saya mulai mencari ide, mengeluarkan batre kamera dan meletakkannya di atas ubun-ubun. Maksudnya menjemur batre di kepala. Hehe, yang penting usaha. Kurang lebih 3 menit batre saya jemur. Surprise, begitu batre dimasukkan kembali ke dalam kamera lalu dinyalakan, ternyata kamera langsung menyala. Horeee. Saya pun dapat mengambil beberapa frame foto. Alhamdulillah. Saya ulang hingga dua kali. Namun saat mencoba untuk ketiga kalinya, sepertinya si batre sudah ngambek. Tidak mau menyala lagi. Wassalam.
Gunung di balik gunung |
Kondisi seperti di atas tadi tentu sangat disayangkan. Mendaki gunung bukanlah kegiatan yang dapat dilakukan kapan saja setiap hari. Mendaki gunung adalah momen spesial bagi setiap pendaki. Maka jika ingin mengabadikan momen tersebut barang yang benar-benar harus dibawa saat mendaki gunung setelah kamera dan handphone adalah solar power bank.Jadi saat kondisi batre nge-drop kita masih bisa mengisi ulang tanpa takut power bank pun kehabisan daya. Pada kondisi batre full pun tetap harus waspada. Karena pada cuaca yang dingin batre seringkali cepat ngedrop.
***
Gunung Cikuray (2821 mdpl) merupakan gunung tertinggi di Kabupaten Garut Jawa Barat. Terletak di antara tiga kecamatan yakni Kecamatan Cilawu, Kecamatan Bayongbong, dan Kecamatan Cikajang.
Jalur menuju Gunung Cikuray terdapat di ketiga kecamatan tersebut. Namun yang paling terkenal adalah jalur melalui Kecamatan Cilawu. Yaitu jalur perkebunan teh Dayeuh Manggung. Dari Terminal Guntur Garut naik angkutan kota (angkot) warna coklat menuju Cilawu dan minta diturunkan di Perkebunan Teh Dayeuh Manggung. Dari Dayeuh Manggung lalu berjalan kaki atau menaiki ojek penduduk hingga pemancar yang merupakan entry point menuju jalur pendakian.
Gunung Cikuray dari arah Bayongbong |
Jika dilihat dari daerah mana pun Gunung Cikuray mempunyai bentuk kerucut yang sempurna. Pemandangan ke arah gunung yang paling indah adalah dari arah Kecamatan Bayongbong. Karena bentuk, lekuk, lereng, dan punggungan gunung dari kaki hingga puncaknya dapat terlihat jelas. Selain itu hamparan sawah di kaki gunung yang berundak membentuk teras sering semakin memberi kesan indah dan natural.
Saat SMP, saya sekolah di SMP Negeri 1 Bayongbong. Setiap hari pemandangan yang tampak sepanjang perjalanan menuju sekolah adalah Gunung Cikuray, gundukan perkampungan dan pesawahan. Pemandangan yang kerap dan selalu saya rindukan. Bahkan hingga terbawa mimpi. Berkali-kali, setelah tinggal di Batam pun, saya kerap memimpikan Gunung Cikuray. Seakan-akan ia memanggil dalam kerinduan. Atau… sayakah yang selalu merinduinya?
Memang, kalau dah ndaki trus dapat sunrise "bulat" rasanya sempurna. seringnya tertutup kabut atau awan abu abu berserakan. Subhanallah, cakep.
BalasHapusIya kalau seminggu naik turun gunung solar power bank penting banget. kagak pakai colokan. aku sering kehilangan momen gegara baterei kamera dah habis.
Saat ramai solar power bank dibicarakan saya selalu ingat momen menjemur batre di kepala ini. Ngikik ketawa sendiri. Coba solar power bank ini munculnya dari dulu-dulu. Betul Mbak banyak momen kelewat dijepret kalau dah habis batre.
Hapushahahah.kebayang gimana jemur hpnya hehe,setidaknya bisa motret2 meskipun nggak banyak ya mbak..
BalasHapusIya, saat itu saya bingung mau jemur dimana, nggak ada tempat yang nyaman buat jemur, ya sudah jemur di kepala :D
Hapus#batrenya
BalasHapusTypo
Betul-betul sunrise yang sempurna :)
BalasHapusJadi teringat ajakan temanku naik Cikuray April nanti. Hmm...ikut ga ya?
Wah penting nih punya power bank tenaga matahari. Pingin beli :)
Berat jalurnya Mbak Rien. Dengkul ketemu lutut. Kemiringan 60 derajat tanpa bonus hingga puncak :D lihatlah bentuk gunungnya aja begitu.
HapusCakep2 fotonya, Mbak Lina. Tempat tinggalku di Jawa Timur juga dikelilingi gunung. Tapi kok dulu gak pernah tergerak buat mendekatinya, ya Mbak? Sekarang malah pengennya.
BalasHapusDi Jawa Timur malah surganya gunung Mbak. Paling banyak di Indonesia. Saya kalau tinggal di sana duh tiap minggu pasti daki gunung :D
HapusAku punya solar power bank loooh... *edisipamer :D :D Tapi beneran teh, jaman dulu itu mah banyak moment yang tak sempat terabadikan gara2 teknologi belum secanggih sekarang. Kenangannya cuma bisa didimpen dalam hati aja :)
BalasHapusUdah tauuu :P lalu mendadak sirik karena nggak punya :D
HapusBetul, udah terfikirkan sih dulu seandainya ada alat ini begini begitu...tapi tetap saja orang lain dan bangsa lain yang menemukan teknologinya :D Bersyukur juga saya bisa berada di kedua jaman dulu dan sekarang. Jadi bisa bersyukur betapa teknologi begitu memudahkan segalanya.
Kapan hari pernah liat Bang Ucok nawarin solar power bank di FB looh.. Perlu nih teh, buat persiapan ke Tambora.. *kompor.. :D
HapusIya Dee ini juga lagi mau beli makanya keidean juga nulis Solar Power Bank. Seminggu banyakan di jalanan takut nggak ketemu colokan listrik ya amannya pakai solar power bank
Hapussolar power bank harganya berapaan sih mbak? :3 emang biarpun ada power bank klo abis tetep kudu cari colokan :3
BalasHapusmulai dari harga 75 ribu ke atas Mas Pri. Itu dia istimewanya benda ini nggak perlu colokan :D jadi kalau dibawa ke gunung atau ke laut (permukaan laut :D) bisa tetap menghidupi dirinya sendiri dengan tenaga solar :D setelah itu baru menghidupi kawan-kawannya seperti kamera, hp, dll
Hapuswah kayanya aku harus beli solar power bank nih
BalasHapus