5 Jenis Kuliner Populer di Provinsi Kepri

Sebagai salah satu provinsi kepulauan di Indonesia yang mempunyai persentase lautan lebih luas dibanding daratan, maka tak heran jika kehidupan masyarakat Provinsi Kepri sangat erat kaitannya dengan lautan. Salah satu ciri yang bisa dilihat dan dirasakan langsung adalah dari ragam kuliner yang umumnya bersumber dari pesisir dan lautan. 

Saya mencatat sedikitnya ada 5 jenis makanan yang populer di kalangan pecinta kuliner di kota-kota besar di Kepri seperti Batam dan Tanjungpinang. Bahkan kuliner tersebut sudah mulai dikenal juga di luar daerah dan kerap dijadikan sebagai oleh-oleh atau buah tangan saat seseorang berkunjung ke salah satu wilayah di Kepri. 


Gedung Gonggong Tanjungpinang


Berikut kelima jenis kuliner Populer di Provinsi Kepri tersebut: 


1. Gonggong 


Gonggong

Gonggong adalah sejenis siput laut yang hanya ada di wilayah perairan Kepri. Cangkangnya sangat keras dan berfungsi melindungi bagian tubuh gonggong yang lunak dari predator dan gangguan luar. 

Gonggong hidup di pesisir pantai pulau-pulau di sekitar Kepri terutama pulau-pulau yang jarang penduduk. Meskipun ada musim-musim tertentu dimana gonggong sangat sulit didapat, namun ketersediaan di rumah-rumah makan dan kelong-kelong sea food (restaurant) selalu terjaga. 

Memasak gonggong tidak perlu susah-susah. Cukup dicuci dan dibersihkan lalu direbus kurang lebih 10 menit. Setelah itu gonggong siap dihidangkan. Lengkapi hidangan gonggong dengan saus atau sambal. 

Jika ingin mencoba mengolah gonggong lebih spesial lagi, bisa diolah dengan beragam resep masakan seperti dimasak tauco, acar kuning, atau dicampur dengan lada hitam. 

Sebagai salah satu ciri khas Kepri, baru-baru ini Pemerintah Kota Tanjungpinang meresmikan sebuah gedung dengan mengadopsi bentuk gonggong yang disebut Gedung Gonggong. 


2. Sop Ikan Batam


Sop ikan Batam

Sop ikan Batam adalah kuliner yang sangat populer dan digemari oleh warga Batam juga pengunjung yang datang ke Kota Batam. Bahkan di kota-kota besar seperti Jakarta dan Tangerang sudah banyak rumah makan khusus yang menjual sop ikan Batam. Saking populernya, bahkan di pencarian google dengan keyword “Sop ikan” dan “sup ikan” yang pertama kali muncul adalah sop/sup ikan Batam. 


Sop ikan Batam merupakan campuran fillet ikan, sawi asin, sawi hijau, tomat hijau, dengan kuah sop yang khas. Fillet ikan yang digunakan biasanya dibuat dari ikan tenggiri, kakap putih, atau cakalang. Sedangkan kuah sop terbuat dari rebusan air dengan sangrai ebi yang telah dihaluskan, bawang goreng, merica, kecap ikan, dan garam. 


Di Batam, biasanya sop ikan disajikan dengan semangkuk kecil irisan cabe rawit yang dicampur kecap asin. Perpaduan semua bahan tersebut menjadikan sop ikan Batam sangat lezat disantap sebagai lauk nasi. 


3. Otak Otak Tanjungpinang


Otak-otak

“Kalau pulang nanti, jangan lupa bawa otak-otak ya!” Begitulah kalimat yang selalu diucapkan teman-teman dari Batam ketika ada yang akan berkunjung ke Kota Tanjungpinang, ibukota Provinsi Kepri. Otak-otak merupakan kuliner khas Tanjungpinang yang banyak dijual di tepi-tepi jalan di sepanjang tepi laut Kota Tanjungpinang. Kerap diburu untuk dijadikan oleh-oleh bagi mereka yang berkunjung ke sana. 

Apa yang membuat otak-otak Tanjungpinang beda dengan otak-otak daerah lainnya? Otak-otak Tanjungpinang berwarna cenderung jingga karena bumbunya menggunakan campuran kunyit dan cabe merah. Rasanya sedikit pedas. Dalam campuran adonannya juga menggunakan cacahan cumi-cumi sehingga terasa kenyal dan gurih. Untuk bungkus otak-otak pada umumnya menggunakan daun kelapa bukan daun pisang seperti di daerah lainnya. 

Bahan otak-otak Tanjungpinang yang diperlukan adalah daging ikan seperti ikan kembung atau ikan selar, cumi-cumi, parutan kelapa muda, tepung tapioka, dan bumbu-bumbu seperti cabai merah, cabai rawit, bawang merah, bawang putih, ketumbar, jahe, kunyit, serai yang dimemarkan, jintan, dan lengkuas. Bahan-bahan dicampur dengan bumbu dan dimasukan ke dalam daun kelapa. Kunci ujung-ujung daun kelapa dengan staples atau lidi. Setelah itu dibakar dengan bara. Aroma daun kelapa yang terbakar akan terasa khas tercium pada otak-otak. 

4. Kapis 

Kapis

Kapis adalah sejenis kerang pipih dengan dua cangkang yang saling menutup. Kapis umum terdapat di perairan Malaysia, Kepri, dan Pilipina. Bahkan kata kapis adalah kata dalam Bahasa Tagalog dan Bahasa Melayu untuk kerang. 

Di perairan Kepri, bentuk kapis umumnya menyerupai kipas dan sangat pipih. Besarnya sebesar telapak tangan bayi. Kapis dimasak sama halnya seperti gonggong. Cukup dengan direbus saja sudah dapat dinikmati sebagai lauk nasi. Biasanya dihidangkan bersama sambal belacan. Cangkangnya yang cantik kerap dibuat hiasan atau kerajinan tangan. Harga kapis cenderung lebih murah dibanding gonggong. 

5. Sotong


Sotong goreng tepung

Sotong adalah sejenis hewan moluska yang berbentuk pipih. Warnanya putih dengan selaput agak bintik hitam di bagian punggung. Memiliki 10 tentakel yang digunakan untuk berenang dan menangkap mangsa. Sekilas sotong mirip dengan cumi-cumi. Namun bedanya cumi-cumi berbentuk silinder sedangkan sotong berbentuk pipih. Cangkang sotong merupakan susunan kapur yang keras sedangkan pada cumi-cumi susunannya lunak. Sotong juga kaya akan kalsium, protein dan tinggi kolesterol. 

Sotong hidup hampir di seluruh perairan Indonesia. Dan sotong di perairan Kepri sangat melimpah. Hampir setiap musim sotong kerap dijumpai. Sotong sangat tertarik dengan cahaya. Maka para nelayan kerap menangkapnya dengan bantuan cahaya petromaks yang dinyalakan dari perahu. 

Warga Kepri sangat menggemari olahan masakan sotong. Biasanya dimasak dengan bumbu merah atau dengan tintanya sekalian. Di restoran-restoran sea food olahan sotong yang digemari adalah sotong goreng tepung. 

Nah apakah kamu sudah mencoba kelima makanan tersebut? Kalau belum segera deh berkunjung ke Kepri atau ke restoran-restoran terdekat di kotamu. Jika bahan-bahan masakan di atas memang telah tersedia di rumah, tak ada salahnya kamu mencoba kreasi sendiri kan? 

21 komentar :

  1. Enak-enak semua pastinya ini!
    Aku penasaran sama Gonggong dan Kapis.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Mbak Dian, enak pakai banget ini loh.

      Hapus
  2. kepengen semua aku mba Linnnn
    tapi paling penasaran sama GOnggongnya, aku doyan banget sama seafood soale.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Nyi, sini main ke Batam. Gonggong ini enak banget loh rasanya kenyal-kenyal gitu gurih.

      Hapus
  3. Wuah kulinernya enak-enak semua mba. Aku naksir sup ikannya, seger bangeeeet, makannya pas hawa dingin. Kebayang sedapnya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah cocok banget nikmatin sup ikan pas hawa dingin Mbak. Seger banget loh.

      Hapus
  4. wah, kalau ke Kepri udah pasti langsung hubungi Mba Lina nih. aku pengen diantar kulineran dan wisata alam langsung dipandu Mba Lina, boleh? hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Siaaap!!!! sini-sini merapat. Banyak hidangan laut yang lezat yang sepertinya belum pernah Hanif cobain :D

      Hapus
  5. akuu pengen nyobain gonggong sama kapisnyaa :D
    secara pecinta kerang gini :3

    BalasHapus
    Balasan
    1. Harus nyoba loh Mbak. Ini dua-duanya enak banget.

      Hapus
  6. Belum pernah nyoba kapis, itu sama dg kerang ga sih

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mungkin nenek moyangnya sama sih Rin. Tapi spesiesnya beda. Walah kan banyak di restoran sea food di Batam.

      Hapus
  7. Duuuuh, jadi ngiler dan laper seketika ngeliat Gonggong, sop ikan sama sotong goreng tepung, hiks, semuanya enaaaaakk.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Ka, enak bangetlah. Bersyukur kita dapat menikmati makanan-makanan lezat ini :D

      Hapus
  8. Sop ikan Batam terkenal tuh di Jakarta tapi belum pernah coba sih

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Mbak, terkenal banget. Emang enak loh.

      Hapus
  9. aduuuh bikin ngecess semuanyaa...apalagi sop ikannya keliatannya enaaak

    BalasHapus
  10. Wah mba kok aku baru denger gonggong sama kapis yaa :D
    Telaat hahaa

    BalasHapus

Halaman ini dimoderasi untuk mengurangi spam yang masuk. Terima kasih sudah meninggalkan komen di sini.

Made with by Lina W. Sasmita