10 Pesan Pendaki Malaysia Setelah Mendaki Gunung Daik Lingga

Ini merupakan tulisan kedua dari cerita sebelumnya tentang Pendakian Gunung Daik Lingga yang Mengecewakan 44 Pendaki Malaysia. Klik link di atas jika penasaran dengan cerita pertama.

Gunung Daik
Para Pendaki dari Pahang Malaysia berfoto di gerbang masuk Jalur Pendakian Gunung Daik, Kabupaten Lingga

Perubahan Rencana

Karena sampai tengah malam tidak terjadi kesepakatan, maka saya, Fazli, dan Herman memutuskan untuk mencari guide lain saja. Setelah sibuk menghubungi dan bertanya sana-sini, tengah malam itu juga Herman mendatangi sebuah kampung di sekitar kaki Gunung Daik. Ia mengetuk rumah Pak Yasir, seorang guide senior yang sudah biasa memandu pendaki ke Gunung Daik (1.165 mdpl) dan Gunung Sepincan (1.100 mdpl).


Mungkin karena sudah terlalu malam, dan teman-teman pendaki juga sudah letih,  tidak ada lagi pembicaraan dan pertanyaan tentang kapasitas tempat mendirikan tenda di jalur pendakian Daik. Apakah benar hanya bisa menampung 15 orang atau bisa lebih. Pembicaraan dengan Pak Yasir terfokus kepada pencarian porter yang dibutuhkan cukup banyak.

Rapat dadakan tengah malam

Berdasarkan keterangan Pak X dimana tempat mendirikan tenda hanya bisa menampung 15 orang, maka tengah malam itu digelar rapat dadakan untuk memutuskan misi pendakian ke Gunung Daik tetap terlaksana.  Rombongan kemudian dibagi menjadi dua tim. Tim pertama terdiri dari 10 orang, dipilih yang paling berpengalaman akan mendaki ke Gunung Daik  dan 1 tim lainnya akan diarahkan ke Gunung Sepincan atau dikenal juga dengan sebutan Bukit Permata.

Keesokan harinya, rombongan pendaki kemudian berfoto bersama terlebih dahulu di pintu masuk Gunung Daik. Setelah itu kedua tim berpisah untuk melakukan pendakian masing-masing ke Gunung Daik dan Gunung Sepincan. 

Setelah kurang lebih 3 jam perjalanan, Tim Gunung Daik, tiba di tempat mendirikan tenda yang ditandai dengan adanya gazebo. Salah seorang pendaki Daik kemudian mengirimkan foto penampakan lokasi kemping tersebut kepada Fazli. Mereka bilang bahwa lokasi ini muat dan bisa menampung 10-15 tenda sekaligus. Itu artinya, 44 orang peserta pendakian seharusnya bisa menginap di lokasi ini dalam waktu bersamaan. Sungguh nyesek bacanya ketika mereka bilang merasa telah ditipu oleh pernyataan Pak X. 

Gunung Daik

Ada pun teman-teman yang mendaki Sepincan, ternyata memerlukan waktu lebih lama lagi untuk sampai ke lokasi mendirikan tenda yakni di sekitar puncak Sepincan. Peserta terakhir bahkan tiba di lokasi kemping sekitar jam 10 malam. Sementara cuaca kurang mendukung karena mendung dan hujan. Sungguh kasihan.

Tim Gunung Sepincan, seang beristirahat

Tim Gunung Sepincan tiba di Puncak

Dari kejadian ini, ke-44 pendaki dari Pahang Malaysia ini sangat kecewa dan merasa tertipu oleh ulah Pak X. Mereka kemudian berniat melaporkan kejadian ini sebagai tindak penipuan kepada pihak berwenang termasuk dinas pariwisata. Fazli bahkan bilang mau melaporkan polisi yang mempersulit rekan-rekannya semasa di kantor Polsek Daik ke Markas Polisi di Jakarta. Sebagai jurnalis televisi ia tentu mempunyai banyak teman petinggi polisi di Jakarta.

Demi menjaga nama baik semua pihak, saya pun meminta maaf kepada Fazli dan rekan-rekannya atas ketidaknyamanan ini dan memohon agar kekecewaan rekan-rekan pendaki dari Pahang, tidak ditulis di media Malaysia. Saya pun berjanji akan melaporkan kejadian ini kepada Kepala Dinas Pariwisata Provinsi (Kadisparprov) untuk ditindaklanjuti. Alhamdulillah dari beberapa link berita pendakian Gunung Daik yang diforward ke saya, rekan-rekan wartawan Malaysia sangat bijak dan tidak memberitakan kejadian memalukan ini meskipun mereka sangat marah dan kecewa.

Malam itu juga saya menelpon Pak Buralimar, Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Kepulauan Riau untuk menceritakan runut peristiwa ini. Saya khawatir para pendaki yang dalam 2 hari ke depan dijadwalkan bertemu Gubernur Kepri akan melapor dan menceritakan sendiri kekecewaannya sementara Pak Buralimar sebagai kepala Dinas Pairiwisata tidak mengetahuinya. Pak Bur pun menyuruh saya membuat laporan resmi. Yup, malam itu saya begadang sampai sepertiga malam terakhir untuk menyelesaikan laporan. Muka sudah nggak jelas lagi sembabnya kayak apa. Sudah nangis sesenggukan lalu begadang pula sampai subuh. Alhasil keesokan harinya kepala pusing tujuh keliling. Alhamdulillah masih diberi sehat dan mata melek berkat kebaikan kopi :D

Para pendaki berkunjung ke kantor Gubernur Kepri di Tanjungpinang selepas mendaki Gunung Daik.


Di Kantor Gubernur para pendaki diterima oleh Asisten Gubernur Bidang Perekonomian dan Pembangunan, Pak Samsul Bahrum

Berkunjung ke Balai Adat di Pulau Penyengat, Tanjungpinang.


Sebenarnya keberadaan Tim Pendaki Malaysia ini adalah sebuah kesempatan besar bagi Kabupaten Lingga untuk mempublikasikan Gunung Daik dan tempat-tempat menarik lainnya di Lingga yang belum begitu terekspos media asing. Kedatangan mereka bahkan bisa menjadi trigger atau pemacu dan pemicu warga Malaysia lainnya untuk datang ke Lingga sehingga perlahan mampu menggerakkan sektor wisata Lingga secara berkesinambungan. Kenapa? Karena sekali lagi, di dalam rombongan ini terdapat sejumlah media baik media cetak, televisi, maupun online. Melalui tangan dan mulut mereka, Lingga bisa saja menjadi destinasi alternatif untuk berlibur warga Malaysia yang rindu akan sejarah, budaya, dan alam. Mengingat pertalian sejarah yang pernah terbentuk semasa Kerajaan Johor Pahang Riau Lingga, yang mengikat Melayu sebagai satu. Dimana ia tidak dianggap sebagai sebuah batasan teritori antar dua negara namun sebagai satu kesatuan sejarah, budaya, dan nenek moyang yang sama.

Setelah saya membuat laporan, rekan-rekan pendaki Malaysia ini kemudian menuliskan dan menambahkan 10 poin kekecewaan mereka. Sila dibaca! Saya salin dari bahasa aslinya, dan tidak merubah isi teks kecuali beberapa huruf kecil yang seharusnya menjadi kapital.

Pernyataan Sikap Pendaki Malayasia:

1. Sikap segelintir orang tempatan yang mungkir janji ini menjejaskan nama baik sektor pelancongan Lingga.

2. Dengan pengalaman team pendaki dari Pahang yang sudah mendaki puluhan gunung di seluruh dunia, mereka terkejut apabila pihak polis tidak membantu sebaliknya memberi helah yang pelbagai. Ini menjejaskan nama baik polisi Indonesian yang tidak bisa membantu pelancong.

3. Sebahagian peserta adalah pengarang/editor akhbar/media utama dari Malaysia dan sikap mengecewakan dengan kejadian ini pasti memberi kesan buruk kepada laporan media Malaysia pada masa hadapan.

4. Melihat kepada objektif mahu menyelami sejarah warisan melayu serta membantu mempromosi sektor pelancongan Lingga sepatutnya dipuji kerana ini banyak faedah akan diraih kepada kemajuan dalam bidang itu yang akhirnya akan memberi keuntungan kepada penduduk tempatan.

5. Sudah tiba masanya Gunung Daik dihebahkan dan dibangunkan kerana ia mempunyai nilai warisan tetapi layanan mengecewakan ini mencemar nama baik sektor pelancongan.

6. Namun mereka terhutang budi kepada guide dan porter yang membantu dan mereka yang membantu itu adalah wira sebenar penduduk Lingga dan bukan mereka yang menipu dan tidak mahu bekerjasama dengan tetamu.

7. Team Pahang adalah kumpulan profesional kerana lengkap dengan pendaki berpengalaman termasuk pernah ke Everest, Annapurna, serta kerap mendaki di seluruh Indonesia. Team mereka mempunyai ahli medic, ahli SAR, media, dan juru latih pendakian.

8. Sudah tiba masanya pihak dinas pariwisata memperbaiki fizikal Gunung Daik termasuk kemudahan kepada pendaki serta kemudahan guide dan porter dengan menyediakan garis panduan bertulis untuk rujukan pendaki tempatan dan asing agar lancar dan tidak tertipu.

9. Penduduk tempatan tidak boleh tamak mahu keuntungan besar sekaligus sebaliknya biar untung sedikit tetapi terjamin jangka panjang jika tetamu puas hati dengan layanan.

10. Perlu menghargai tetamu yang sudi membantu dan perlu elak kesukaran pada masa akan datang.

Baca 10 poin di atas ini berkali-kali, rasanya menohok banget. Sebagai warga Kepulauan Riau, saya sungguh malu. Bagaimana saya bisa memperbaiki semua kesalahan fatal ini? Saya lantas mendiskusikan kekecewaan ini dengan Wira Adi, pemuda Lingga yag sebenarnya ingin mengabdi banyak di Lingga namun akhirnya memilih berkarir di Batam. Dari Wira, saya mendapat sedikit gambaran seperti apa warga Lingga yang sesungguhnya.

Pada kesempatan lain, Herman menelpon saya dan mengatakan dugaan bahwa Pak X bersikap egois itu karena kecewa bahwa yang mengurus tamu-tamu dari awal hingga akhir bukan dia tapi malah Herman. Selain itu mungkin saja ia kecewa dengan saya yang tidak mengindahkan semua kemauannya tentang survei, bertemu untuk diskusi, dan memperlihatkan foto-foto jalur, dan sebagainya. Glekkkk.  Saya kehabisan kata-kata. Entahlah. Yang jelas ini menjadi pelajaran bagi saya bahwa ada orang-orang yang tidak perduli dengan nama baik daerahnya, negaranya, hanya karena persoalan sepele, yakni karena tersinggung. Wallohu'alam.

Catatan: Foto-foto kiriman Fazli Ahmad dari rekan-rekan pendaki Pahang.


23 komentar :

  1. Ya Allah teh.. saya jadi gemez sama pak X walauoun ga terlibat langsung! Orangnya benar-benar picik dan tindakannya sungguh memalukan! Semoga beliau segera diberi hidayah agar kejadian semacam ini tak terulang *pukpuk teh Lina

    BalasHapus
    Balasan
    1. Berhari-hari berminggu-minggu bahkan sampai sekarang saya nggak habis fikir atas dasar apa dia begitu tega menelantarkan para tamu. Hikss.

      Hapus
  2. Semoga kejadian ini menjadi pelajaran bagi seluruh masyarakat. Poin No. 9 nyesek banget. Hiks

    BalasHapus
  3. oknum dimana-mana selalu ada nggak cuman ada di Jakarta dan di kota-kota besar di Gunung Daik pun tetap ada oknum yang bikin kecewa orang Malaysia pulak....hadeuh

    BalasHapus
  4. Ya ampun malu2in banget ya, bukannya jaga nama baik daerah dan negara ya mbak.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Mbak Tuty, aku meradang banget karena kejadian ini. Bahkan nggak mau nerima telpon dari Pak X karena bakal sia-sia beradu argumen pun.

      Hapus
  5. Kalo boleh tahu Gunung Daik ini ketinggian berapa?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ada ditulis di paragraf kedua :D 1.165 mdpl

      Hapus
  6. memalukan banget ya, sikap-sikap kayak gini yang menyumbang pada "ogahnya" turis datang ke indonesia, sedikit disana, sedikit disini, jadilah posisi kita kayak sekarang, masa kita jauh dibawah Thailand, padahal kita ga kalah ama Thailand, mereka mana punya gunung. Btw ada masukan tuh buat pak polisi

    BalasHapus
  7. Semoga lain waktu ada kesempatan memberikan kesan baik kepada tetamu. Jiran tetangga ya mba

    BalasHapus
  8. Gegara segelintir orang, bisa rusak satu daerah. Ckckck..bisa hancur NIH pariwisata Kita.

    BalasHapus
  9. Speechless aku, ikut malu.

    BalasHapus
  10. sampai segitunya ya mba...hopefully next time will be much fun!

    BalasHapus
  11. Apa maksudnya si pak X itu minta bagi-bagi "jatah"?
    Kebayang deh betapa mbak Lina pontang-panting hadapi situasi ini. Alhamdulillah udah kelar

    BalasHapus
  12. Wah kalah nih sama pendaki negara tetangga. Aku aja belum ada satu pun gunung yang kudaki di Indonesia :)

    BalasHapus
  13. Alhamdulillah saya baru saja utk pertama kalinya mendaki Gunung Daik tgl 24-25 November 2019 bersama-sama para pendaki dr malaysia, spore, Thailand, Brunei, Philippines dlm acara Festival Gn daik semarak lingga terbilang. Kesan yg saya rasakan luar biasa. Ternyata Gn daik begitu indah, hutan yg masih sangat alami, dan terjaga. Air terjun yang indah dan segar.. sudah sepatutnya wisata gn daik dikembangkan lagi.

    BalasHapus
  14. Dari beberapa kabupaten di Nusantara yang pernah saya kunjungi,kab lingga ( tanah bunda Melayu) salah satunya yang banyak obyek wisata sejarah, ada pantai batu berdaun di Dabo Singkep,meriam peninggalan Jepang di kota Dabo,pemandian air panas padahal tidak ada gunung Merapi, Pulau berhala yang terkenal dengan pantainya yang indah juga cerita mistik nya,dapur masak jaman Jepang,meriam peninggalan Jepang,serta makam Datuk paduko berhalo raja jambi penyebar agama islam. Ingin sekali nyebrang ke pulau lingga namun karena keterbatasan waktu,saya hanya bisa melihat keindahan gunung daik dari Dabo Singkep.sedikit catatan kalau trif ke kab lingga harus bawa biaya sedikit banyak karena sarana transportasi nya masih terbatas.

    BalasHapus
  15. ambil pelajaran aja kak, sekilas membaca tulisan anda, sebenarnya ada miss komunikasi antara anda dengan pak x, seharusnya anda perlu berkoordinasi jg dengan pemda setempat, krn gunung daik blm dikelola secara profesional

    BalasHapus
  16. Terimakasih atas cerita dan pengalaman nya, dan juga di harapkan cerita ini menjadi pelajaran ... Untuk sekarang semua nya sudah teratur dengan baik terkhusus pendakian gunung Daik maupun gunung spincan, dikarenakan sudah banyak anak-anak muda yang turut andil kepengurusan pendakian gunung Daik untuk para wisatawan lokal maupun mancanegara.. sekarang pun sudah ada organisasi pecinta alam yang turut mengembangkan atau mengurus para wisatawan yang datang agar di pandu dengan orang yang tepat dan berpengalaman sesuai SOP pendakian.. mungkin sekarang hal itu tidak akan terjadi lagi seperti blog pertama di tulis...

    BalasHapus
  17. Selamat Mbak Lina. Senang sekali bisa membaca tulisan mbak Lina mengenai gunung Daik Lingga. Perkenalkan saya Bhakti dari Bintan mbak. Kebetulan saya sangat antusias mengenai gunung Daik ini. Apakah boleh saya dapat kontak pemandu lokal yang bisa mengantar naik dan camp di gunung Daik? Saya bisa dikontak lewat akun ig saya mbak. Terimakasih mbak Lina. Salam.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih sudah membaca artikel saya. Baik saya Dm nanti kontaknya.

      Hapus

Halaman ini dimoderasi untuk mengurangi spam yang masuk. Terima kasih sudah meninggalkan komen di sini.

Made with by Lina W. Sasmita