Aku dan Pohon, Satu yang Tak Terpisahkan



Semasa SD hingga SMP  dulu, aku suka sekali memanjat pohon jambu biji di tepi sawah di depan rumah. Sambil membawa buku-buku pelajaran, Aku merapalkan hafalan dengan mulut komat-kamit. Bersantai duduk manis dengan menjuntaikan kaki di batang pohon yang cukup besar. Sesekali tangan memetik jambu yang sudah matang. Terkadang tahan berjam-jam di atas pohon tanpa rasa takut akan terjatuh. Kedua orang tua, adik, dan kakak-kakakku tidak pernah usil dengan kebiasaanku tersebut. Mereka semua sudah mafhum.


Kalau sudah suntuk belajar di rumah, maka aku segera meluncur ke pohon jambu biji. Belajar di sana sambil menikmati pemandangan sawah yang berundak-undak membentuk teras sering. Sungai Cipanday tampak meliuk-liuk membagi kontur pesawahan menjadi dua bagian. Nun jauh di sebrang, gunung-gunung tegak berdiri memanjang dari sisi barat hingga ke timur. Sesekali angin berhembus. Terkadang menimbulkan kantuk yang teramat sangat. Bahkan aku pernah ketiduran di sana namun syukur Alhamdulillah tak terjatuh. Rupanya Aku ada bakat jadi kalong ya, bisa tidur di atas pohon :D

Aku diantara pepohonan hutan di Batam
Selain di pohon jambu, aku sering memanjat pohon cengkeh di samping rumah nenek. Pohon itu termasuk pohon favoritku karena berdaun lebat, berdahan rindang dengan cabang-cabang yang rendah dan besar-besar. Dari besar batangnya saja tampak usia pohon cengkeh ini sudah tua sekali. 

Aku dan sepupu-sepupuku sering bermain di pohon cengkehnya nenek. Bermain ayunan, masak-masakan, kucing-kucingan, bahkan congklak sekali pun. Ketika pohon tersebut roboh karena terpaan angin kencang kami sangat sedih dan kehilangan. Sedih karena kehilangan kenangan akan masa kecil yang indah dan ceria.

Sewaktu kelas 4 SD, aku berkemping di Gunung Papandayan Garut Jawa Barat beserta teman dan guru-guru. Gunung Papandayan adalah gunung yang tampak terlihat jelas dari kampungku. Namun walaupun cukup dekat, saat itu Aku baru pertama kali menginjakkan kaki di sana. Daaaan... betapa terpukaunya aku melihat pohon-pohon pinus dan cemara gunung yang berjejer rapi, indah dipandang yang memenuhi sepanjang perjalanan. Duuuh aku mendadak jatuh cinta pada pohon itu. Seandainya aku punya keberanian, ingin rasanya membawa pulang beberapa anakannya untuk kutanam di depan halaman rumah.

Semakin tumbuh besar, aku sudah tak bisa dipisahkan dari yang namanya pohon. Maka ketika merantau ke Batam dalam rangka bekerja, aku sangat antusias ketika mendapati bahwa pulau ini masih hijau tertutup hutan. Apalagi di sekeliling dormitory tempatku tinggal masih dikelilingi oleh hutan yang rapat. Dan hanya dalam hitungan seminggu saja begitu aku tiba di Batam, aku sudah kelayapan main ke hutan. Menikmati segarnya hembusan udara dari dedaunan yang membentuk canopy hutan. Yang menguarkan hawa segar yang khas nan alami. 

Aku dan Teman-Teman di hutan
Ya hampir setiap hari Sabtu dan Minggu Aku bermain ke hutan di sekitar dormitory tempat tinggalku. Seringnya berjalan perlahan sambil mengarang puisi galau. Bersahut-sahutan berbalas puisi atau pantun dengan teman-teman. Atau duduk termenung sambil memandang canopy hutan yang begitu lebat. Sesekali menyaksikan sinar matahari yang mengintip diantara dedaunan. Sungguh indah, hening, dan damai. Hilang sudah rasa penat selama seminggu bekerja.

Ketika teman-teman se-dormitory sibuk menghabiskan waktunya ke diskotik dan ke mal-mal untuk belanja, aku malah blusukan keluar masuk hutan. Menyimak simfoni dedaunan beserta gemericik air sungai yang tenang.

Herannya walaupun Pulau Batam bukan pegunungan, kabut sering turun dan mengambang di tengah-tengah hutan, di antara rapatnya pepohonan. Menimbulkan kesan mistis namun romantis. Menyaksikan kabut turun merayapi dedaunan lalu kembali naik ke langit sungguh suatu atraksi alam yang mempesona. Seandainya esok hari seninnya tidak bekerja, aku bahkan ingin selalu berlama-lama di sana.

Aku dan Anakku di antara pohon tumbang di hutan
Pun ketika pindah menempati rumah baru, yang pertama kulakukan bukan mengisinya dengan perabotan atau perkakas rumah tangga melainkan membeli pohon jambu dan mangga untuk ditanam di halaman rumah. Alhamdulillah hingga kini pohon jambunya berdaun lebat dan sudah berbuah walau belum terlalu banyak. Pohon mangga pun perlahan tumbuh tinggi namun belum berbuah karena bibitnya dari biji sehingga harus menunggu sekitar 10 tahunan untuk berbuah.

Sewaktu itu juga Aku aktif di sebuah LSM yang konsen terhadap gerakan penghijauan. Aku selalu ikut bergabung dalam upaya menghijaukan kembali Batam yang semakin hari hutannya semakin tergerus arus pembangunan. Melakukan beberapa kegiatan seperti menanam pohon di sepanjang jalan menuju arah Bandara dan melakukan kampanye menanam sayuran bagi masyarakat pulau-pulau di kawasan  hinterland

Aku selalu ingat sebuah hadist Rasulullah tentang keutamaan menanam pohon:


“Tak ada seorang muslim yang menanam pohon atau menanam tanaman, lalu burung memakannya atau manusia atau hewan, kecuali ia akan mendapatkan sedekah karenanya”. [HR. Al-Bukhoriy] 


Walau sudah berumah tangga dan mempunyai anak bukan halangan bagiku untuk tetap bermain di lebatnya peopohan hutan, malah Aku selalu mengajak suami dan anakku untuk ikut serta bermain-main ke sana.

Semoga saja dengan langkah kecilku yang tak seberapa ini, akan beroleh pahala yang terus mengalir sepanjang hidup hingga aku meninggal dunia.

Tulisan ini diikutsertakan pada "Give Away Aku dan Pohon” yang diselenggarakan oleh Mbak Murtiyarini.






7 komentar :

  1. Balasan
    1. Kalau biasanya jawabannku ngawur :D kali ini kujawab ciyus eh serius "Asli emang bener ane soulmate-an sama pohon hehe.." berasa di jiwa

      Hapus
  2. Aamiin.

    Teduh dan damai kalau banyak pohon ya mbak :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Mbak Rien teduhnya sampai ke hati hehe

      Hapus
    2. Hati yang teduh, penuh kedamaian. Biasanya senantiasa bijaksana. Efek mencintai pohon hingga ke karakter seseorang :)

      Hapus
  3. Foto di hutan Batam itu keren banget. Benar2 emak petualang :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasih Mbak Leyla itu foto-foto narsis padahal

      Hapus

Halaman ini dimoderasi untuk mengurangi spam yang masuk. Terima kasih sudah meninggalkan komen di sini.

Made with by Lina W. Sasmita