“Pengumuman! Untuk semuanya, sampai hitungan ke-sepuluh harus sudah menemukan pasangannya masing-masing. Ayo diperiksa lagi tulisannya. Jangan malu untuk bertanya biar saling kenal. Kakak hitung sampai sepuluh ya. Satuu….duaa…tigaaa…”
Dug, jantungku serasa mau copot. Suara panitia yang mulai menghitung angka itu membuatku gugup dan gemetaran. Aku takut dihukum sementara Aku belum menemukan seorang pun yang akan menjadi pasanganku. Sementara teman-teman yang lain yang telah menemukan pasangannya, mereka telah berkumpul di tepi lapangan dengan wajah cerah dan sumringah. Mereka riang dan gembira karena akan lolos dari hukuman Kakak-kakak Pembina.
Telah puluhan kali Aku bolak-balik melintasi lapangan, menembus keriuhan di antara teriak-teriakan panik para pencari pasangan. Malah tak heran bahkan ada yang saling dorong saking penasaran dan nggak sabaran. Namun tak jua kutemukan si pasangan itu.
“Bulan…..bulan….bulan…” Teriak seseorang.
“Sendok..sendooook…. sendoooook…” seseorang berteriak lebih kencang lagi.
"Langit...langit...langiiittt...."
“Empaaaat…” Kakak Pembina berteriak menambahkan lagi hitungannya melalui megaphone.
Aku menatap lemas pada tulisan yang ada di kertasku. Di sana tertulis kata “Kaos Kaki”. Duh dimanakah pasangan kaos kaki berada? Eit, apa pasangan kaos kaki ya? Ya jelas sepatu lah *Pletaaak!
“Teh..teh… pasanganana matahari naon nya?” Seseorang menanyaiku. Laaah masa sih gak tau. Aku melotot, hampir deh mengeluarkan biji mata saking gemesnya.
“Matahari pasangannya bulanlah!” Jawabku yakin.
“Bukannya bintang ya Teh?” dia menatapku ragu. Eh iya ya mungkin juga. Aku malah jadi bengong bingung.
“Nggak tau ya, bingung, hihi..” Kabur Ah. Aku segera menghindar dan berlari mencari dimanakah soulmate-ku berada. *Ceilaah.
“Limaaaa…..”
“Lima setengaaaah….” Suara Kakak Pembina makin menambah panik suasana. Duh dimanakah pasanganku.
"Kaos kakiiii..." Aku berteriak sekencang-kencangnya. Duh nggak ada yang dengar. Semua sibuk dengan kertasnya masing-masing.
Aku menatap seseorang sedikit ragu. Namun dalam hati sibuk berbicara sendiri.
"Iidiiiih gak bakalan deh Aku nanya sama dia. Nanti kegeeran." Fikirku. Pokoknya Aku nggak bakalan menegur dia sedikit pun. Entah kontak batin atau apa, lelaki itu pun tiba-tiba melirikku. Terlihat kesungkanan yang sama dalam tatapnya. ia pun segera berlalu, menjauh masuk ke dalam kerumunan. Sebentar kemudian ia tampak keluar berpindah ke tempat lain. Namun tak ada satu patah katapun yang terucap. Heran deh gimana mau dapat pasangan coba kalau nggak agresif. Gimana mau menemukan jodohnya jika yang ia lakukan cuma bisik-bisk.
Teriakan dan jeritan teman-teman yang sudah menemukan pasangannya malah membuat para pencari semakin panik. Berpencar dan entah apa yang ditanyakan mereka dalam keriuhan.
Kerumunan makin mengecil, tiba-tiba Aku berselisihan jalan dengannya, dan dalam sepersekian detik keberanian itu tiba-tiba saja muncul. Yah sudahlah Aku harus mengalah daripada malu kalau Aku dihukum nanti. Lebih baik Aku yang menanyainya. Aku menatapnya ragu. Dan ia pun sepertinya sama mendekat ke arahku lalu saling memperlihatkan isi kertas masing-masing.
“Sepatu” Kata itu tertulis jelas di kertasnya. Ya Tuhaaan…. Sebuah kebetulankah ini, atau memang skenario terindah dari-Mu? *hihi…kedip-kedip.
Kerumunan makin mengecil, tiba-tiba Aku berselisihan jalan dengannya, dan dalam sepersekian detik keberanian itu tiba-tiba saja muncul. Yah sudahlah Aku harus mengalah daripada malu kalau Aku dihukum nanti. Lebih baik Aku yang menanyainya. Aku menatapnya ragu. Dan ia pun sepertinya sama mendekat ke arahku lalu saling memperlihatkan isi kertas masing-masing.
“Sepatu” Kata itu tertulis jelas di kertasnya. Ya Tuhaaan…. Sebuah kebetulankah ini, atau memang skenario terindah dari-Mu? *hihi…kedip-kedip.
“Ayoooo!” Dia menganggukkan kepala mengajakku masuk ke barisan para pasangan. Wajahnya dingin namun menghanyutkan. Sambil menundukkan kepala Aku pun mengikutinya dari belakang. Dalam hati berkata duh bakalan cilaka nih, malu sama teman-teman satu sekolahan. Siap-siap saja gosip akan segera menyebar ke seantero SD negeri ini kalau saja Aku berpasangan dengan si Ajang sang ketua kelas yang ganteng itu. *Hihi... jadi ngikik ketawa deh kalau ingat itu.
*Alkisah, begitulah awal mula ceritanya Aku mengenal bahwa di dunia ini ada dua sisi. Berpasang-pasangan. Ketika Sekolah Dasar kelas 4, saat mengikuti Jambore Ranting yang diadakan se-Kecamatan. Untuk lebih memperkenalkan satu sama lain, Kakak-kakak pembina menyuruh kami berkenalan dengan memasangkan tulisan-tulisan di kertas yang dibagi-bagikannya ke semua peserta jambore. Trik itu cukup berhasil karena hampir semua mendapatkan pasangan dari SD yang berlainan mungkin pengecualikan buat Aku yang mendapatkan pasangan satu kelas.
*Alkisah, begitulah awal mula ceritanya Aku mengenal bahwa di dunia ini ada dua sisi. Berpasang-pasangan. Ketika Sekolah Dasar kelas 4, saat mengikuti Jambore Ranting yang diadakan se-Kecamatan. Untuk lebih memperkenalkan satu sama lain, Kakak-kakak pembina menyuruh kami berkenalan dengan memasangkan tulisan-tulisan di kertas yang dibagi-bagikannya ke semua peserta jambore. Trik itu cukup berhasil karena hampir semua mendapatkan pasangan dari SD yang berlainan mungkin pengecualikan buat Aku yang mendapatkan pasangan satu kelas.
Aku malah rada-rada bete sama sang ketua kelas gara-gara hampir satu kelas telah menjodoh-jodohkan Aku dengannya. perjodohan kami seperti sudah diatur sedemikian rupa. Dan weww...Aku terkadang gugup dibuatnya. Qiqiqi...kelas 4 SD gitu loh. Masih ijo royo-royo....bau kencur cecungur dibalur sayur :) Mungkin itu yang disebut Cinta Onyet ya friends? :D
Xixixixi...seru..tau gak entah kenapa aku kok malah berharap si sepatu itu kelak ternyata jadi suamimu di cerita ini ..hahahahaha (*pola pikir dorama banget ya)
BalasHapusTernyata bukan dia Mbak hodohku :D Asli itu mah cinta monyetku glek :D
HapusHihihi lucu mbak. Jadi pingin liat mbak Lina melotot seperti itu yang katanya hampir mengeluarkan biji mata itu hihihi
BalasHapusHaha...kalao Saya melotot sampe mau keluar biji matanya nanti Mbak Niar pingsan loh :D
Hapus