Tulisan ini diikutkan pada 8 Minggu Ngeblog bersama Anging Mammiri, minggu kedelapan.
Sewaktu
kecil saya pernah punya keinginan untuk hidup di hutan dan mempunyai rumah
pohon dengan sebuah telaga berhiaskan bunga-bunga indah di bawahnya. Saya juga
punya keinginan aneh lainnya yaitu ingin menjadi burung agar bisa terbang mencapai
puncak gunung. Wkwkwk…Dasar anak-anak menghayalnya memang tingkat tinggi.
Seiring
dengan berjalannya waktu ternyata keinginan tersebut tetap tersimpan rapi di
alam bawah sadar saya hingga tanpa terasa telah mengarahkan jalan hidup saya
menuju atau minimal mendekati kepada keinginan-keinginan di masa kecil itu.
Tahun 1999
ketika saya pertama kali merantau ke Batam untuk bekerja, saya membaca pengumuman yang tertera di
mading dormitory (asrama karyawan) yang mengumumkan bahwa sebuah Kelompok
Pecinta Alam (KPA) bernama Cumfire yang biasa mengadakan kegiatan-kegiatan
petualangan ke alam seperti ke hutan, sungai, bukit, dan pulau-pulau kosong,
sedang mengadakan penerimaan anggota baru. Bagai kejatuhan durian, saya
gembiranya luar biasa. Saat menyambangi sekretariat Cumfire saja jantung saya
dag dig dug tak karuan saking antusias yang meletup-letup. Serasa ada gemuruh
air bah memenuhi seluruh rongga dada.
![]() |
Saya dan teman seangkatan Cumfire di Gunung Bintan |
Dan,
semenjak resmi bergabung ikut nimbrung dengan Cumfire ini, saya merasa telah
menemukan sebuah komunitas yang ideal dan cocok dengan kerinduan yang telah lama terpatri di
alam bawah sadar, nyaris semenjak kanak-kanak. Keinginan di masa kecil untuk
berkumpul dengan kelompok orang-orang yang sevisi, sejiwa, se-hobby dalam memandang alam dan
sekitarnya. Bertemu dengan orang-orang yang dapat menampung dan mewadahi
kesukaan saya akan dunia petualangan.
Maka hanya dalam tempo kurang dari satu
bulan saja semenjak bergabung, saya sudah ikut-ikutan kemping dan blusukan
keluar masuk hutan bersama senior dan teman-teman satu angkatan. Walau
terkadang badan ringsek dan pegal-pegal gara-gara terjatuh, terjerembab dalam
hutan, namun terasa belum ada apa-apanya bila dibandingkan dengan kepuasan yang
didapat.
Rasanya
salah satu keinginan di masa lalu itu telah terbayar sudah. Walau tanpa rumah
pohon, saya masih bisa mendirikan tenda bersama “rumah sementara saya” di depan
telaga yang dihiasi bunga-bunga pandan di tepiannya di dalam hutan rimba
belantara. Atau saya masih bisa merenung menatap ikan-ikan kecil yang
berseliweran di air tenang nan bening sambil meresapi suara desahan lembut dedaunan.
Juga menyimak kicauan burung yang bersahut-sahutan dari balik rimbunnya
pepohonan dengan tetap menjadi manusia, dan tidak lagi bercita-cita menjadi
seekor burung demi puncak gunung. Hehe.
Bergabung
dengan Cumfire saya merasa terikat oleh tali imaginer. Tali persaudaraan yang
tiba-tiba terikat kuat begitu saja dengan teman-teman saya walau tanpa titisan
darah atau ikatan keluarga. Kesamaan visi, misi, dan mungkin kesamaan nasib
sebagai “Para Perantau” yang sama-sama tercetak di dahi kami masing-masing
membuat pertemanan di Cumfire menjadi lebih kompleks dan unik. Kompleks karena
lintas suku dan asal muasal. Unik karena ikatan itu tak jarang menjadi ajang perjodohan
sesama anggota hingga mencapai jenjang pernikahan.
Dulu, hampir
setiap malam Sabtu dan Minggu kami berkumpul sekedar nongkrong, nyanyi-nyanyi,
gitaran, diskusi, atau makan-makan gorengan. Kalau ada yang ulang tahun maka tak jarang menerima traktiran makan nasi plus lauk tentunya di pujasera (Pusat Jajanan Serba Ada - biasanya terdapat beberapa warung makan). Nih momen yang begini kalau
tanggal tua teramat sangat dinanti-nantikan. “Makan gratis” hehe... Sekretariat pun seakan kebanjiran makanan, tak pernah
habis-habisnya makanan selalu saja mengalir ke sana, entah itu kiriman
si A, si B, atau si C.
Menjelang atau
terkadang sehabis tengah malam, kami biasanya melanjutkan kegiatan dengan beriringan
masuk ke hutan yang memang terletak tak jauh dari kawasan tempat kami tinggal. Ramai-ramai
sekitar 10 hingga 20 orang. Kadang nafas tersengal-sengal karena menaiki bukit,
merayapi tebing-tebing, bahkan berbasah-basah ria karena menyusuri aliran
sungai. Namun semua dijalani dengan senang dan bahagia. Biasanya tiba di tujuan
hampir subuh, mendirikan tenda, tidur sebentar dan bangun pagi untuk sholat dan
sarapan. Setelah itu byuuuur…dengan pakain lengkap berenang-renang di telaga
yang terbentuk dari aliran air sungai yang terhalang balokan kayu atau susunan
bebatuan. Sejenak kami menikmati berenang layaknya masa kanak-kanak kurang bahagia :D
Terkadang
orang-orang bertanya untuk apa sebenarnya capek-capek bersusah payah berjalan
berjam-jam untuk masuk hutan bahkan malam-malam pula. Entahlah! Berada di hutan
di antara rimbun pepohonan teramat saya dambakan dibanding harus terdampar
berjam-jam di mal untuk membeli barang-barang. Ada
jiwa saya yang tersimpan di hutan. Mungkin di batang-batang pohon itu, mungkin
di riak air telaga itu, mungkin di jalur setapak itu. Entahlah, semuanya adalah
padu dan menyublim dalam jiwa saya hingga saat ini.
Menjadi bagian
dari komunitas ini walau sudah tidak aktif berperan dan sama sekali tidak
mempunyai andil dan peran apa-apa dalam membesarkan serta memelihara nama
besarnya, Saya tetap bahagia pernah berada di dalamnya.
Jadi
menurut saya komunitas yang ideal itu adalah komunitas yang dapat mengakomodir
keinginan, minat, hobby, para anggotanya serta mampu mengembangkan ide-ide
serta bakat para anggota itu sendiri sehingga dapat melejitkan potensi-potensi
yang ada pada seluruh Sumber Daya Manusianya.
Sebagaimana Cumfire telah
menampung jiwa-jiwa kami yang haus akan berbagai petualangan yang menantang. Hal lainnya
Cumfire juga pernah mewadahi divisi seni dimana teman-teman saya yang punya minat di bidang seni dapat tersalurkan
secara positif dengan membentuk grup band sendiri sehingga dapat berprestasi ke
tingkat provinsi.
![]() |
Anggota Cumfire Angkatan 2013. Foto by Doedy Taufan @Cumfire |
Komunitas ideal
adalah komunitas yang survive dan
tetap bertahan dalam kurun waktu yang lama dengan kuantitas dan kualitas
anggotanya yang semakin meningkat. Yup, seperti Cumfire yang hingga saat ini usianya
hampir mencapai 20 tahun. Usia yang sangat mapan bagi sebuah komunitas yang
beranggotakan para muda-mudi yang notabene masih mengalami fase-fase krisis
identitas dengan tingkat keegoisan yang sangat tingi. Namun komunitas ini
terbilang mampu meredam setiap gejolak hingga pergantian kepengurusan dan penerimaan
anggota komunitas (organisasi) tetap kontinyu berkesinambungan. Pun
kegiatan-kegiatan rutin tahunan seperti Lomba Lintas Bukit yang tak pernah sepi
peminatnya tetap dapat terlaksana dengan baik.
Bravo Cumfire!
Si mbak ternyata mama2 rimba, bkan mama2 Mal hehehe
ReplyDeleteQiqiqi...Mama Rimba? Jiaaah punya julukan baru :D
DeleteMba ikut cumfire ada diksarnya juga gak? Thx ya..
ReplyDeleteAda Mas Iqra, eh nanya-nanya gitu mau nyumbang ilmunya ya? Waaah boleh banget ntar sy sampekan ke tmn2. Hihi langsung nodong.
Deletewahhh pengen ikut, lama gak masuk hutan. ada batasan usia gak mbak?
ReplyDeleteNggak ada batasan usia.
DeleteKalau mau gabung gmna caranya mbak?
ReplyDeleteDatang saja ke sekretariat Cumfire di Dormitory Muka Kuning Blok R13 lantai 2 nomor 1. Atau biasanya ditulis R13#2-1
DeleteKalau mau gabung gmna caranya mbak?
ReplyDeleteHai Wendy, datang saja ke sekretariat Cumfire di Dormitory Muka Kuning Blok R13 lantai 2 nomor 1. Atau biasanya ditulis R13#2-1
DeleteKalau mau gabung gimana caranya
ReplyDeleteHai Anggia datang saja ke sekretariat Cumfire di Dormitory BIP Muka Kuning Blok R13 lantai 2 nomor 1. Atau biasanya ditulis R13#2-1
DeleteBanyak cerita pengen disampaikan kala di culture, tapi nampaknya harus belajar menulis dulu sama lina.mantapks Lin, lanjutkan menulisnya..
ReplyDeleteMakasih Kang Sam. Ayo kita menulis tentang apa saja. Mengikat ingatan dan kenangan agar tak lekang oleh waktu.
DeleteBanyak cerita yang ingin dibagikan kala di culture yang penuh pembelajaran, tapi harus belajar menulis sama lina sepertinya. Mantapks Lin, lanjutkan menulisnya...
ReplyDeleteMakasih lin udah nulis tentang organisasi kita. Lina garut emang mantaff.. saya gabung d cumfire 1995..alhamdulilah sampai saat ini cumfire masih ada.. salam rimba..salam lestari.
ReplyDeleteSalam Rimba A. Salam ka Teteh Lina Wijayanti nya 😀😊
DeleteMakasih lin udah nulis tentang organisasi kita. Lina garut emang mantaff.. saya gabung d cumfire 1995..alhamdulilah sampai saat ini cumfire masih ada.. salam rimba..salam lestari.
ReplyDelete