5 Tradisi Berlebaran di Kota Batam

Setiap daerah mempunyai kebiasaan dan tradisi masyarakat yang berbeda-beda saat menyambut lebaran atau Hari Raya Idul Fitri. Begitu juga dengan warga Kota Batam. Warga di mana kami tinggal ini mempunyai kebiasaan yang sedikit berbeda jika dibandingkan dengan kota lainnya di Indonesia. Hal ini disebabkan oleh kondisi penduduk kota yang kebanyakan perantau dan pekerja di berbagai industri yang tersebar di penjuru Kota Batam.


Kebiasaan warga Batam menyambut lebaran memang berbeda dengan kebiasaan warga di kampung halaman saya di Garut dan juga kampung halaman suami di Depok. Hal ini menjadikan lebaran di tiap-tiap kota yang kami jalani setiap tahunnya terasa berwarna. Ada beberapa ciri khas yang biasa dilakukan warga Batam saat menyambut dan mengisi hari lebaran, diantaranya: 


1. Bersilaturahim ke Rumah Bos

Penduduk di Batam, kebanyakan adalah perantau yang hidup mandiri tanpa orang tua. Jika pun berkeluarga biasanya mereka tinggal dengan suami/istri dan anak-anaknya saja. Sementara para orang tua tinggal di kampung masing-masing. Maka ketika lebaran tiba, berkunjung ke rumah orang tua tentu tidak mungkin dilakukan karena sangat jauh jaraknya, oleh karena itu, kebanyakan warga berkunjung ke rumah bos atau atasan masing-masing di tempat kerjanya. Bagi saya, biasanya janjian dengan teman-teman untuk berkumpul di satu titik dan langsung menuju rumah bos-bos atau atasan di kantor. Anak-anak paling suka diajak jalan seperti ini karena selain mendapatkan kue lebaran, mereka mendapatkan angpau yang cukup besar dari para istri bos.


2. Parsel Minuman Kaleng

Entah dimulai sejak tahun berapa, karena sejak pertama kali berlebaran di Batam, berbagai perusahaan selalu menghadiahi minuman kaleng kepada para karyawannya. Begitu juga dengan kantor saya. Kami selalu mendapat parsel minuman kaleng dari para suplier. Minuman kaleng tersebut kemudian dibagikan kepada para staf kantor. Begitu juga dengan hidangan lebaran di rumah-rumah warga, tak luput selalu menyajikan minuman kaleng.

Minuman kaleng saat lebaran


Beberapa hari menjelang lebaran, di jalan-jalan besar di Batam ramai berseliweran para pengendara yang membawa berpak-pak minuman kaleng. Minuman ini biasanya diperoleh dari parsel perusahaan atau kolega.

Minuman-minuman kaleng yang dibagikan perusahaan dan juga yang dibeli warga kota biasanya adalah minuman kaleng merek Naraya dan Yeo’s buatan Malaysia.  Kedua merek minuman ini selalu mewarnai suasana lebaran di kota kami. Untuk pilihan rasa biasanya terdapat berbagai rasa seperti soya, cincau, krisan, buah kundur, sarang burung walet, anggur, jeruk dan lainnya. Namun, para tamu baik dewasa maupun anak-anak biasanya paling menyukai rasa soya dan cincau. Tak heran bila kedua rasa ini sering cepat habis.

Dahulu,  minuman-munuman kaleng di Batam didapatkan langsung dari Malaysia. Namun kini sudah ada pengimpor resmi. Untuk merek Naraya diimpor oleh PT. Interfood Sukses Jasindo Jakarta. Sementara untuk merek Yeo’s diimpor oleh PT YHS Indonesia Jakarta. Apakah alur kedatangan minuman kaleng dari Malaysia ini harus ke Jakarta terlebih dahulu kemudian ke Batam, atau dari Malaysia langsung menuju Batam? Entahlah. Kalau difikir-fikir sepertinya tidak mungkin ke Jakarta dulu, hanya menghabiskan ongkos distribusi. Mungkin saja dari Malaysia tetap langsung ke Batam seperti dahulu dan Jakarta hanya menumpang nama tulisan di kaleng doang. (Btw tulisan ini murni pendapat saya pribadi dan bukan pesanan sponsor dari kedua merek di atas).


3. Anak-Anak Keliling Berombongan untuk Mendapatkan Angpau

Silaturahim kepada orang yang lebih tua dan juga para tetangga biasa dilakukan saat lebaran. Namun uniknya di Batam ini, ada tradisi anak-anak berkumpul bersama teman-temannya tanpa ditemani para orang tua, lalu mereka berkunjung dari rumah ke rumah. Setelah bersalaman dan mendapatkan angpau dari tuan rumah, rombongan anak-anak yang entah datang dari mana ini kemudian pergi dan beralih ke rumah lainnya. Kalau anak-anak satu kompleks biasanya kami masih bisa mengenali satu dua anak, namun terkadang anak-anak ini tidak kami kenali sama sekali karena datang dari kompleks perumahan yang berbeda. Bahkan anak-anak dari rumah liar juga ikut berkeliling. Mereka mengenakan pakaian yang baru, rapi dan bersih dengan dompet serta tas-tas untuk menampung uang. Kegiatan seperti ini tentu menyenangkan anak-anak karena mereka akan medapatkan uang puluhan hingga ratusan ribu rupiah dari seharian berkeliling ini. Biasanya anak-anak yang berkunjung tidak hanya anak-anak muslim saja, anak-anak non muslim juga ikut sama-sama.


4. Tradisi Lampu Colok di Malam 27 Ramadan

Salah satu tradisi Melayu yang masih lekat di masyarakat pesisir yang tinggal di Kepri khususnya di Batam dan pulau-pulau sekitarnya adalah tradisi Lampu Colok di malam ke-27. Istilahnya disebut malam likuran. Pada malam tersebut, masyarakat Melayu biasa menyalakan lampu minyak yang terbuat dari kaleng-kaleng bekas dan sejenisnya untuk menerangi rumah dan lingkungan sekitar. Tradisi ini masih terjaga hingga sekarang dan biasanya setiap tahun diadakan lomba antar kampung.  Namun pada tahun ini tidak diadakan lomba-lomba apapun karena kondisi Pandemi Corona.

Tradisi Lampu Colok di Pulau Serasan Natuna. Foto: @arpahapsari


5. Bersilaturahim Satu Kompleks Perumahan

Dahulu, Batam merupakan pulau yang tidak berpenghuni. Isinya hanya hutan dan rawa-rawa. Jika ada penduduknya, maka mereka tinggal di pesisir di kampung-kampung nelayan itu pun mereka berasal dari pulau-pulau sekitar. Belum ada yang tinggal di pedalaman hutan. Hingga ketika Otorita Batam (kini BP Batam) mulai membuka lahan dan membangun beberapa titik untuk kepentingan logistik.

Tahun demi tahun berlalu, lahan-lahan diolah dan dimanfaatkan untuk menjadi kawasan industri, kompleks perumahan dan pusat bisnis serta perkantoran. Maka konsentrasi penduduk terpusat pada perumahan-perumahan. Warga perumahan biasanya membentuk berbagai komunitas seperti ibu-ibu PKK dan pengajian. 

Saat lebaran tiba, sepulang Salat Idul Fitri beberapa perumahan biasanya mengadakan silaturahim akbar dimana warga berkumpul di lapangan kompleks dan saling bersalam-salaman di sana. Kegiatan ini lebih efektif sehingga warga tidak harus berkunjung satu demi satu ke rumah masing-masing. 

Lebaran tahun ini dimana pandemi corona sedang melanda, tidak ada lagi acara kumpul-kumpul satu kompleks untuk bersilaturahim. Masyarakat diperumahan-perumahan kebanyakan tetap tinggal di rumah masing-masing.  


Nah itu dia 5 tradisi dalam menyambut dan mengisi lebaran di Kota Batam. kalau di kota teman-teman biasanya seperti apa?    

Btw, foto-foto sudah saya update, semoga mewakili cerita.

 

 

 


25 komentar :

  1. pada lebaran kali ini, masih samakah, Mbak Lina? Atau pada lebaran di rumah saja?

    Oya, saya jadi inga brand Yeo’s ini, sering lihat dulu waktu masih tinggal di Pekanbaru.

    BalasHapus
  2. Unik itu mbak tradisi lampu coloknya & masih dijaga sampai sekarang tradisinya, aku penasaran pingin lihat fotonya seru juga ya

    BalasHapus
  3. Silaturahim ke boss juga biasanya saya lakoni, Mba.
    Kadang kalo ajak Sidqi (anak) dapat cookies satu kaleng :) Mayaaan
    Selamat Idul Fitri ya Mbaaa

    BalasHapus
  4. Kangen lebaran muter keliling ya mba. Oh jadi lebaran ke bos ya karena rata2 rantau di sana..
    Sedih tahun ini lebaran beda banget tapi mungkin yg terbaik kayak gini ��

    BalasHapus
  5. Di tempatku juga warganya ngumpul di lapang setelah salat ied. Lebih efektif dan ga ngabisin waktu harus keliling rumah. Paling kalau ada warga yang udah sepuh dan lagi sakit baru ditengokin sambil silaturahmi. Tahun ini kegiatannya absen dulu gara-gara pandemi huhuhu bahkan salat ied aja di rumah dan ga ke mana-mana setelahnya

    BalasHapus
  6. Di rumah saya yang udah ditempati 10 tahunan ini juga begitu mbak, satu RT ngumpul untuk bersalam-salaman. Jadi nggak perlu lagi muter berkunjung dari rumah ke rumah.

    Wah senangnya ya anak-anak yang ikutan silaturahmi ke rumah bos orang tuanya, dapat angpao nya banyak dong

    BalasHapus
  7. Tradisi Lebarannya ngangenin ya Teh apalagi yang lampu colok dan kumpul sekompleks, jadi ingat waktu tinggal di Papua tradisi datang ke rumah bos Ayah, ngumpulin minuman kaleng dan ke rumah guru-guru sewa angkot patungan hihi

    BalasHapus
  8. wah baru tahu tradisinya. kudu siapin banyak angpau yaa buat anak2 yg keliling :D
    ditunggu foto2nya

    BalasHapus
  9. Nah iya, baca sampai akhir baru sadar belum lihat foto-fotonya. Hahaha. Saking menariknya Mbak.. banyak yang berbeda sama tradisi di tempatku. Itu yang minuman kaleng, aku gak nyangka. Kirain di mana-mana pake minuman gelas plastik gitu. Hihi kuper aku.

    BalasHapus
  10. tradisi seru yang perlu kita jaga terus yaa mba. Tapi banyak penyesuaian nih selama COVID-19. Semoga segera berlalu yaa pandemi iniii mba

    BalasHapus
  11. Nungguin foto tradisi lampu colok. Kalaupun tahun ini gak diadakan, mungkin ada foto tahun lalu. Unik banget soalnya , jadi penasaran pengin lihat

    BalasHapus
  12. Jadi inget, dulu waktu kecil juga suka ikut orang tua silaturahmi ke rumah atasan mereka...

    BalasHapus
  13. Belom pernah ke Batam namanya lebaran pastiny ada aja yah tradisinya di setiap kota gitu yang unik ya kak

    BalasHapus
  14. aku belum pernah mba ke Batam, kalo kata suamiku dan saudara yang udah pernah ke sana banyak yang bilang udaranya panas ya di sana.. pengen deh ke sana ngerasain seafoodnya

    BalasHapus
  15. Sampai sekarang kalau di rumah mamahku masih silaturahmi keliling rumah tetangga tapi tahun ini sudah tidak. Tapi aku tertarik banget dengan festival lampu colok.

    BalasHapus
  16. Tradisi berlebaran di Kota Batam hampir sama dengan kota lainnya ya, berkeliling ke rumah-rumah. Tapi tahun ini di lingkungan rumah saya tidak ada acara berkeliling. Berbeda dengan tahun lalu :(

    BalasHapus
  17. Hampir sama mba tradisinya disini juga gitu, cuma klo betawi bolak valid main bales balesan berkunjung smp sebulan itu lbaran terus ��

    BalasHapus
  18. yeos jd minuman yg biasa ajah di sana ya. bahkan jd yg wajib ada dalam hampers. saya di jatim minum yeos jarang2 mengingat harganya yg lumayan, tapi enak sih emang

    BalasHapus
  19. Happy banget kak Lina....lihat tradisi Lebaran di Batam.
    Terutama meriahnya Lampu Colok.
    Kalau saat berkunjung, dapet suguhan makan juga ga?
    hehehe~

    BalasHapus
  20. HAmpir sama ditempatku juga, kalo dikerjaan palingan parcel kue dan thr. Cuma kebiasaan ini mendadak semua terhenti di lebaran sekarang karena kondisi yang ga memungkinkan ini, aku penasaran sama foto tradisi lampu colok, mbaaa.

    BalasHapus
  21. Hampir sama ya dengan di tempatku mba, hanya saja yang lampu colok dan datang ke rumah bos tuh enggak ada. Biasanya yang paling sering ya itu silaturahim ke tetangga. Sayangnya dengan kondisi saat ini jadi via whatsapp grup doang deh maap-maapannya. Sediiihhh

    BalasHapus
  22. Di sini kyknya juga standar sih paling silaturahmi hehe. Baru tahu ada kebiasaan lampu colok itu pasti meriah sekali ya mbak kalau pas gak pandemi kek skrng. Unik jg tradisi kirim2 minuman kalengnya. Ternyata kedua minuman itu asalnya dr Malaysia to

    BalasHapus
  23. Seru juga ya mba tradisinya dari kunuungan ke rumah boss sampe ada parcel minuman kaleng jadi penven deh aku beehee

    BalasHapus
  24. Wah.. Seru banget tradisinya mba lina. Hampir sama dg di temoat nenek aku di jatim. Kalo disini sih agak sunyi. Tp paa pandemi gini pastinya semuanya jd gak sama lg ya.. Heu

    BalasHapus
  25. Seru sekali tradisi lebaran di Kota Batam ya Mbak Lina. Semoga pandemi segera pergi tahun depan lebaran bisa dijalani lagi tradisinya ya.
    Kalau lebaran di Jakarta ga kuat tradisinya, maklum pendatang semua, dan biasa banyak yang mudik. Tahun ini sama...sepiii sekali

    BalasHapus

Halaman ini dimoderasi untuk mengurangi spam yang masuk. Terima kasih sudah meninggalkan komen di sini.

Made with by Lina W. Sasmita