Kapal-kapal yang sandar di Nongsa Point Marina |
Meskipun berawan, langit tampak cerah. Ombak di tepian Pantai Nongsa Point Marina & Resort Batam hanya beriak lembut. Tak ada debur dan pecahan ombak yang memutih di pasir saat saya berdiri tegak di tepinya. Berdiri sembari memandang dan mengarahkan kamera ke arah marina yang padat oleh kapal-kapal yacht yang sedang bersandar.
Pantai NPM yang tenang |
Hari itu adalah hari kedua diselenggarakannya 2nd Wonderful Indonesia Nongsa Regatta yang bertempat di perairan Nongsa Point Marina (NPM). Yakni sebuah perlombaan kapal yacht bergengsi di Indonesia yang ditaja oleh NPM Batam dan didukung penuh oleh Kementrian Pariwisata Republik Indonesia. Perlombaan diikuti oleh para yachter dari Singapura, New Zealand, Italia, Amerika, dan juga Indonesia.
Sambil menunggu kapal yang akan membawa saya ke tengah laut dimana ajang regatta ini diselenggarakan, saya duduk-duduk di lobby NPM sambil menelisik majalah-majalah Yacht Style. Ada satu artikel yang sangat menarik yang ditulis oleh Paul Whelan seorang kapten warga negara Australia yang telah berkecimpung di industri maritim selama kurang lebih 30 tahun.
“Fortunately, The Indonesian government has recognized the benefits that yachting can bring to the country, and has made huge improvements to make it easier and faster for visiting yachts to clear into and cruise Indonesia. In Fact, the new online clearance system is working remarkably well, and the old CAIT system is (almost) a thing of the past. This new system allows a visiting yacht to enter Indonesia and cruise for up to three years before needing to clear out of the country. This is fantastic news for visiting foreign yachts, and the number of cruising yachts visiting Indonesia has increased dramatically since the system’s implementation last year”.
Dalam tulisannya, Paul menyikapi positif perubahan peraturan tentang clearance system untuk kapal-kapal yacht dan kapal pesiar yang masuk ke Indonesia. Ia juga menyoroti tentang mudahnya sistem online dan peraturan baru yang membolehkan kapal yacht & pesiar berkunjung ke Indonesia selama 3 tahun sebelum mereka kembali keluar dari wilayah perairan Indonesia. Dengan peraturan yang baru satu tahun berjalan saja, jumlah kedatangan kapal yacht dan pesiar sangat meningkat drastis.
Saya jadi teringat dengan event Festival Bahari Kepri di Kota Tanjungpinang pada Oktober tahun 2016 lalu. Saat itu Menteri Pariwisata Arief Yahya resmi menjadikan Provinsi Kepri sebagai Pintu Gerbang Wisata Bahari di Indonesia. Tak heran jika event Nongsa Regatta ini pun mendapat perhatian khusus dari pemerintah pusat.
Dan sudah sepantasnya memang Kepri mendapat predikat tersebut terlebih 97% dari wilayahnya adalah lautan. Maka event seperti Nongsa Regatta adalah trigger untuk ajang perlombaan bahari lainnya di Kepri dan Indonesia pada umumnya.
Waktu menunjukkan pukul 13.40 WIB saat Yossie Christy Thenu, Junior Marketing Communications & Public Relations Excecutive NPM menghampiri saya dan teman-teman blogger & wartawan yang sedang menunggu di lobby. Ia baru saja turun dari kapal bersama rombongan blogger pertama dan saat itu akan kembali menemani para blogger untuk melaut. Bolak-balik ke laut seperti itu apa tidak mabuk ya? Diam-diam saya salut dengan ketahanan tubuh Yossie. Terombang-ambing di kapal satu jam saja rasanya tidak karuan apalagi berjam-jam.
Saat berjalan di jetty, tempat dimana kapal-kapal mengikat sauh, saya mengamati berbagai aktifitas para yachter, nakhoda kapal, pelaut, yang sedang berada di kapalnya msing-masing. Namun yang paling menarik perhatian saya adalah kapal tua Vessel Vega yang konon kata teman-teman yang berhasil mewawancarai pemiliknya telah mencapai usia 125 tahun. Pantas saja, kapal ini begitu berwibawa di antara kapal-kapal lainnya. Terkesan nyentrik, unik, dan menarik.
Kapal yang mengangkut kami terbilang cukup besar. Para blogger bebas duduk dimana saja, bahkan di samping nakhoda sekalipun. Dari atas kapal dengan jelas kami menyaksikan pertandingan dinghies yang tepat dilombakan di dekat kapal. Padahal tahun lalu, dinghies digelar jauh ke tengah lautan di perairan Turi Beach. Mungkin karena faktor keamanan maka dinghies digelar di dekat pelabuhan.
Saya terkejut dan bangga setelah mengetahui bahwa yang mengikuti perlombaan dinghies adalah anak-anak remaja dari Kepri dan beberapa wilayah lainnya di Indonesia. Sudah saatnya laut diperkenalkan kepada generasi muda. Agar mereka terbiasa menghadapi berbagai tantangan seperti ombak dan badai yang kerap menerjang di tengah lautan. Agar mereka faham bahwa sesungguhnya kehidupan adalah untuk bekerja keras menghadapi berbagai rintangan tersebut.
Setelah hampir 15 menit menyaksikan pertandingan dinghies, kapal pun melaju ke tengah laut dan hampir mendekati Selat Singapura. Ombak mulai menampar-nampar haluan kapal dan membuyarkan rombongan blogger yang duduk berkumpul di sana. Saya segera mengamankan diri dengan menaiki dek dua kapal dan duduk di dekat kemudi Sang Nakhoda.
Dengan ramah Sang Nakhoda menunjukkan saya posisi kapal tengah berada dimana. Dan yang mengangetkan saya, ternyata tepat di sebrang kapal kami adalah wilayah daratan Johor Malaysia. Bukan Singapura. Agak ke sebelah kiri memang Singapura, namun tepat daratan yang saya tunjuk tadi ternyata Johor, Malaysia. Pantas saja selama ini sering terjadi penyelundupan TKI ilegal dari perairan ini. Bahkan beberapa minggu lalu terjadi kecelakaan yang menewaskan puluhan TKI karena ombak dan badai yang kuat.
Di luar kapal yang kami tumpangi, laut mulai berombak kuat dan angin utara yang dinanti-nantikan para yachter berhembus kencang. Kapal-kapal yacht tampak berpacu mengarahkan layar-layar mereka dengan tepat untuk menagkap hembusan sang bayu.
Beberapa kapal yacht dapat saya kenali dengan baik. Di antaranya mereka adalah peserta 1st Wonderful Indonesia Nongsa Regatta tahun 2016 lalu. Dua tim yang saya kenali kapalnya adalah Waka Tere dari New Zealand dan SMU dari Singapura.
Team Waka Tere dari New Zealand |
Tim SMU dari Singapura |
Di ujung barat, langit tampak gelap. Awan kelabu memenuhi seluruh langit sisi barat, menciptakan warna-warna yang dramatis. Pulau Putri terlihat bagai pembatas antara laut dan langit kelabu.
Di sisi timur langit masih cerah. Pertandingan masih terus berlanjut. Beberapa yacht tampak menjauh, beberapa lagi dengan jelas melintas. Menampakkan hiruk-pikuk para yachter yang bermain keseimbangan dengan berpindah-pindah posisi duduk.
Hampir satu jam di dalam kapal dan terguncang ombak yang cukup kuat, perut saya terasa mual. Namun untung saja tidak sampai muntah. Saya kemudian meminta izin untuk mengambil air putih di kotak yang disediakan kapal kepada Pak Prakash Reddy, Marina & Water Sports Manager NPM yang ikut menemani kami berlayar. Dengan ramah ia pun mempersilahkan saya untuk mengambilnya.
Saya lupa kalau belum makan siang dan sedikit pun tidak membawa makanan. Akhir-akhir ini perut saya agak sensitif jika telat makan sebentar saja langsung mual-mual. Kata teman-teman mungkin itu tanda-tanda hamil. Alhamdulillah jika iya, namun sayangnya berbulan-bulan mual terus hamilnya tidak jadi-jadi :D
Tepat pukul 15:00 WIB Kapal meninggalkan arena perlombaan. Kapal menyisir tepian sebelah timur karena hujan sudah mengguyur sisi barat. Enaknya di laut seperti ini, bisa memilih-milih jalan mana yang mau ditempuh.
Kapal merapat kembali di dermaga. Kami pun perlahan meninggalkan kapal dengan berbagai perasaan. Semoga saja ajang Nongsa Regatta ini akan terus diadakan. Tentunya dengan peserta yang lebih banyak lagi dan dengan dukungan dari berbagai pihak yang juga lebih banyak lagi.
Di hari ketiga, Minggu 22 Januari 2017 para pemenang lomba Yacht ini diumumkan saat gala dinner bersama seluruh peserta dan undangan. Seperti tahun lalu, tim Waka Tere tetap masuk dan berada di 3 besar.
Setidaknya event 2nd Wonderful Indonesia Nongsa Regatta ini akan menumbuhkan bibit-bibit pelaut bagi Kepri dan Indonesia. Sehingga kelak mereka akan menjadi pelaut ulung seperti sosok pria bernama Fazham Fadlil dari Pulau Buluh.
Sepertinya untuk membangkitkan semangat melaut dari anak-anak Indonesia, kita butuh sosok teladan dan pahlawan seperti Fazham Fadlil (65 tahun) dimana setelah 20 tahun tinggal di Amerika Serikat ia pulang kampung ke Pulau Buluh dengan berlayar mengarungi samudera seorang diri menggunakan kapal yang ia beri nama “stray”. Ia mengarungi samudera setelah 5 bulan berlayar sejauh 15.000 mil laut.
Pelayaran di tengah ombak dan badai selalu mengajarkan berbagai pelajaran kehidupan yang kompleks dan beragam. Menjadikan seseorang kuat di hadapan manusia dan lemah di hadapan alam dan Tuhan Yang Maha Kuasa.
Terombang ambing di laut 15 menit aja udah mual apalagi lebih dati itu, bisa kurus badan adeq kaka
BalasHapusMakanya selalu minum antimo kalau mau melaut Dedek ganteng :)
HapusAihhh serunya mbak. Sejuk sekali lihat perpaduan air laut, langit dan perahu-perahu itu. BTW, saya belum pernah ke daerah Sumatera euy :(
BalasHapusMbak Andy sini main ke Batam mbak. Ajak suami pindah mutasi ke Batam aja haha.
HapusWow, seru banget eventnya ya, Mba Lina. Foto-fotonya cakep. Kapan ya bisa ke Batam. Baru 2 kali ke sana, dan tergoda untuk nyebrang ke Kota tetangga ituh. Hehe.
BalasHapusYa ampuun ternyata udah pernah ke Batam Mbak Al? Kenapa gak kenal dari dulu kita yaa.
HapusSelalu punya cerita seru di tiap event Regatta ini. Sempga makin sukses menjdi wajah event wisata bahari Kepri.
BalasHapusIyes betul Chay, semoga makin sukses dan berkelanjutan.
HapusMba Lina.. Aku terpukau sama foto-fotonya. Keren banget memang ya wisata di Kepri. Pengen banget ke sana, semoga event2 serupa sering diadakan biar makin banyak wisatawan yang datang ke Indonesia terutama ke Kepri :)
BalasHapusMakasih Mbak Arina. Iya semoga saja dengan banyak event ini wisatawan makin banyak berdatangan.
HapusLiat event kayak gini berasa do lur negeri yaa.
BalasHapusSmoga makin sukses event2 internasioanl kita.
Iya Mbak, kayak di luar negeri. Eh event ini memang awalnya adopsi dari luar juga. Dan memang keren.
HapusMoga abis mual dari NPM cila dpt dedek...hehehe
BalasHapusHaha..belum juga ini Mbak Ana.
HapusYa ampun. GA kebayang lima bulan menggaruhi samudera seorang diri, mba
BalasHapus:(
Iya Mbak luar biasa bapak yang satu itu.
HapusSemoga tahun depan lebih banyak perlombaan dan pesertanya ^-^.
BalasHapusSemoga Ka. Supaya kita bisa ikut lombanya rame-rame lalu piknik bareng rame-rame lagi.
HapusDulu pas tinggal di padang ada pantai tapi ga pernah liat ada perahu layar.. sekarang tinggal di bandung, eh ga ada pantai.. jadi kapan ke batam? eh..
BalasHapusHaha iya di Bandung susah ke pantai, jauh dari laut. Sini Mbak kapan ke Batam?
HapusPantainya bikin penasaran u. Dtg mdh2an bs k sana y mba..
BalasHapusAmiin semoga bisa main ke Batam.
HapusMoga tahun depan bisa nonton lagi ya, teh..
BalasHapusIya amiin. Semoga.
HapusSenangnya bisa sejenak keluar dari rutinitas, karena konon bisa membunuh kreativitas.
BalasHapusFoto-fotonya menyejukkan mata, indah sekali!
Makasih Kak Ros. Miss you :*
Hapussubhanallah, keren bangeet.. baru tahu juga banyak anak bangsa di pelosok yg potensi ya.. seru mbak pengalamannya
BalasHapusIya Alhamdulillah. Event yang membuka mata dunia juga sih Mbak.
HapusWah baru tau, kalo perairan Nongsa lebih dekat ke Johor :)
BalasHapusIya Bang Uma, emang deket juga makanya jadi jalan tikus TKI ilegal
Hapus