Bagaimana rasanya memendam rindu yang tak berkesudahan kepada kampung halaman, keluarga
dan handai taulan? Bagaimana rasanya puluhan tahun di perantauan tidak pernah
pulang-pulang? Berat. Sungguh berat. Mengalahkan beratnya Rindu Dylan pada Milea. Mengalahkan rekor Bang Toyib yang hanya tiga kali puasa tiga kali lebaran nggak pulang-pulang.
Adalah Evan, seorang pemuda berusia 29 tahun yang kini menjabat sebagai Kepala Desa Harapan Jaya, di Kecamatan Bunguran Tengah, Kabupaten Natuna, membagikan kisah-kisah para transmigran asal Pulau Jawa di desanya yang apabila usai perayaan hari raya lebaran atau acara libur nasional lainnya, mereka sengaja menaiki sebuah bukit yang mereka namakan Gunung Gundul, untuk berkumpul bersama sekaligus melepas kerinduan kepada kampung halaman.
Dari puncak Gunung Gundul, para transmigran itu hanya mampu menerawang membayangkan kampung halaman mereka nun jauh di seberang sana. dari tempat ini mereka dapat menyaksikan dengan jelas pemandangan ke semua arah mata angin. Di sekeliling tampak pemandangan 360 derajat berupa hamparan hijau membentang hingga berbatas lautan di ujung pandang. Di batas kaki langit yang membiru ataupun tertutup awan, perlahan rindu-rindu itu tersampaikan.
Perjalanan saya dan rekan-rekan menuju Gunung Gundul dimulai saat pagi buta selesai sholat subuh. Semula kami berniat berburu sunrise, namun sayang cuaca pagi itu mendung tidak mendukung. Meskipun demikian kami tetap berangkat. Dari Hotel Tren Central yang terletak di Ranai kami berkendara ke arah Barat Daya sejauh kurang lebih 14 kilometer yang ditempuh dalam waktu 20 menit. Tidak ada petunjuk khusus saat memasuki jalan tanah yang mengarah ke Gunung Gundul, hanya serupa papan pengumuman yang menyatakan bahwa lokasi itu dibuka hanya pada hari Sabtu dan Minggu saja. Padahal hari itu hari Jum'at, bagaimana kami bisa masuk?
Bang Kelik dari Dinas pariwisata Natuna meyakinkan bahwa ia telah menghubungi pihak pengelola agar membuka akses untuk kami hari itu. Namun ternyata puluhan meter menjelang lokasi parkir, ada portal yang menghalangi laju mobil. Kami pun berjalan kaki menuju lokasi. Lumayan bisa olahraga jalan pagi walaupun terpaksa. Hehe. Selalu ada manfaat di setiap hal yang tidak kita sukai.
Sepanjang perjalanan kami melewati hutan yang banyak ditumbuhi pohon temau. Pohonnya berdaun kecil seperti beringin dan mempunyai batang kecil-kecil juga. Mungkin pohon ini adalah pohon endemik Natuna karena saya belum pernah menjumpainya dimana pun. Saat googling saya tidak menemukan referensi apa pun tentang pohon temau ini.
Tiba di parkiran Gunung Gundul, terdapat bangku-bangku untuk melepas lelah yang diletakkan di bawah pepohonan yang rindang. Di lokasi ini kita bisa menyaksikan beragam hasil kreatifitas anak-anak muda Desa Harapan Jaya yang terpampang dan terpajang jelas di beberapa titik. Ada lukisan wayang dan gambar-gambar kartun seperti doraemon yang mereka buat sendiri. Di sisi lain telah dibangun fasilitas toilet yang didirikan secara swadaya oleh warga desa.
Mendaki Gunung Gundul tidak membutuhkan waktu yang lama. Hanya sekitar 10 hingga 15 menit saja. Namun pengunjung harus hati-hati karena jalur terjal dan berbatu. Dari parkiran, jalur mendaki cukup jelas terlihat sehingga memudahkan pengunjung menuju puncak tanpa bantuan guide. Di sepanjang perjalanan ini pun kita dapat temui beberapa papan tulisan yang kadang membuat senyum tersungging di bibir. "Pelan-pelan ya Sayang", sebuah tulisan di sebuah tanjakan membuat saya tersanjung dan tersenyum-senyum sendiri. Mendadak geer karena merasa tulisan itu ditujukan untuk saya langsung. Haha.
Tiba di puncak, kita akan disuguhkan pemandangan hijaunya bumi Natuna yang terhampar luas di sekeliling. Karena di puncaknya tidak terdapat pepohonan, maka kita bisa menyaksikan pemandangan ke seluruh arah mata angin dengan jelas. Pantas saja dinamakan Gunung Gundul. Karena memang puncaknya gundul. Namun, masyarakat setempat menamakan demikian karena dulu pernah terjadi kebakaran yang membuat keseluruhan bukit menjadi gundul.
Di kawasan puncak telah terdapat beberapa titik untuk melakukan swafoto. Ada ayunan dan juga jalan aspal buntu yang tampak menggantung begitu saja berbatas langit. Di sisi lainnya terdapat papan datar yang menyembul di antara pucuk-pucuk pohon. Di sisi bawah terdapat dua sayap yang membentang seakan siap terbang.
Walaupun belum begitu banyak titik untuk berswafoto namun lokasi ini ramai dikunjungi warga setiap akhir pekan, terutama oleh anak-anak muda. Menurut Kades Evan, setiap Sabtu Minggu pengunjung yang datang rata-rata sekitar 300 orang per harinya. Untuk masuk ke lokasi ini pengunjung masih belum dipungut biaya. Hanya saja ada sumbangan untuk menjaga kebersihan sebesar Rp 5.000.
Jika Anda berkunjung ke Natuna dan ingin menyaksikan keseluruhan natuna seperti apa dengan lebih mudah dan tidak bersusah payah mendaki Gunung Ranai, maka Gunung Gundul akan menjadi lokasi yang cocok untuk melengkapi perjalanan Anda bertamasya ke Natuna.
Perjalanan ke Natuna bisa ditempuh melalui Batam dan Tanjungpinang. Dari Batam terdapat dua penerbangan reguler yang dioperasikan oleh Wings Air 6x seminggu setiap Senin hingga Sabtu, berangkat jam 08.45 WIB. Dan ada Sriwijaya Air 4x seminggu setiap Senin, Rabu, Jum'at dan Sabtu, berangkat pukul 12.15 WIB. Keduanya ditempuh dengan waktu selama 1 jam penerbangan. Harga tiket sekitar 1-2 juta rupiah sekali jalan.
Btw, yuk baca cerita perjalanan saya ke Natuna lainnya di artikel ini: Menelisik Keanggunan Masjid Agung Natuna.
kekinian banget ya spot untuk potonya
BalasHapusMendakinya cuma 15 menit tapi viewnya kayak udh tinggi banget ya. Dari atas rumah-rumah menyembul dari daun, kelihatan masih banyakan pohon dari pada rumah, dan setelah itu udah hutan semua, seger lihatnya
BalasHapusAku selalu suka baca review tentang jalan-jalanmu mbak, karena ada beberapa tempat yang aku tidak tau dan jadi tau setelah baca reviewnya. Apalagi untuk gunung Gundul Natuna ini
BalasHapusKreatif, ya. Menjadikan barang bekas sebagai spot foto.
BalasHapusudah lama ga baca tulisan Teh Lina. Suka dengan kisah perjalanan di alam nya. Ga bikin bosan. Plus petualangannya itu loh bikin penasaran kalau ga baca habis hehehe
BalasHapusWah dakinya cuma 15 menit ya. Mungkin cocok buat yang masih belajar dan baru-baru pengalaman naik gunung hehehe. Keren sih viewnya...
BalasHapusAsal baca tulisan mba Lina, jadi ingin menjelajah alam, rasanya.
BalasHapusKarena sebenarnya, aku tipikal anak yang takut sama alam bebas.
Dulu suka dilarang sama Ibu asal mau ikut kegiatan Pecinta Alam.
Aduh aku dapat kesan menyeramkan dari for pintu masuknya (-_-")
BalasHapusPintu masuknya agak gimana gitu lihatnya. Heu. Tapi kreatif ya warganya bikin kreasi dari barang bekas gitu
BalasHapusKteatif bgt dari derigen bekas.
BalasHapusKeren teh, selalu memunculkan info seputar pariwisata baru, terlebih di daerah perbatasan :)
Wah, berarti udah ada penerbangan komersil ke Natuna ya sekarang dari Batam dan Tanjung Pinang. Keren deh Kepri ini wisatanya
BalasHapusNatuna dengan segala keindahannya ternyata memiliki spot foto yang anti mainstream 👍
BalasHapusItuh memanfaatkan barang bekas menjadi bernilai suatu inovasi yg keren ya, palagi jadi nambah insentif krn terletak sbg tempat wisata ya.. Jadi inget film terbaru yg berlokasi di Natuna nih..
BalasHapusJadi pengen liburan... Hehehe... Makasih share nya ya kak...
BalasHapusaku baru dengar tempat wisata ini mba, baru tereskplore atau gimana mba lina? view nya cakep banget.
BalasHapuswahh kerennya natuna.. Masih dalam bucket list saya nih pengen ngubek-ngubek Kepri.
BalasHapusmudah-mudahan bisa secepatnya traveling kesana. Amin!
Ya allAl kreatif banget ya dari dirigen bekas jadi hiasan gitu..Doakan aku kak biar bisa kesana yooo.
BalasHapusSaya kok jadi teraru ya membayangkan para transmigran naik ke gunung gundul untuk melepas kerinduan. Jadi terkesan ada rasa rindu yang mendalma
BalasHapusYa Allah, sampai di gunung pun disediakan spot foto istagramable banget ya. Kirain di kota2 aja.
BalasHapusLokasi wisatanya bagus mbak. Murah juga, menikmati alam sambil selfie2. Moga2 tetep lestari yaaa...
BalasHapusbuat beginner seperti saya cocok lah main ke gunung gundul. Kalau lelah trekking disemangati sama papan petunjuk yang pakai kata sayang tadi :))
BalasHapusSaya merinding, Mbak Lina. Natuna hanya bisa saya baca di peta, tidak pernah terbayangkan mengunjunginya tetapi bisa membacanya di sini. Bagaimana keadaan kota dan desa di sana? Posting lagi ya Mbak. Oya, terima kasih sharing-nya
BalasHapusIndahnya.. bisa mengunjungi tempat-tempat wisata di Indonesia adalah impianku.. semoga bisa juga berkunjung ke tempat ini.. dan semoga para pengunjung merawat kelestarian lingkungan disana sehingga tetap indah dan jauh dari sampah ya mba
BalasHapuskeren banget ini mba jadi pengen kesini :)
BalasHapushwaaaa aku pengenn. . uda lama banget pengen ke gunung kidul kebetulan ada sodara disana. tp ga jd jd.. dan postingan mu ini sukses bikin aku makin mupeng mbakk
BalasHapusWisata alamnya keren, pemandanganya jg sangat indah, dan kreatif yang seperti ini bisa jd daya tarik wisatawan untuk mencobanya, semoga sayapun bisa berkesempatan mengunjunginya.
BalasHapusKeren ih. Aku kemarin lihat dr atas aja kep. Natuna nya udah takjub. Ke Batam belum puas klo ga mampir ke pulau2 di sekitarnya
BalasHapusPengen bgt ke Natuna. Keindahan lautnya ruaar biasa. Penasaran sama ikan asapnya. Duuuh makin mupeng
BalasHapusJadi kangeeen liburan sekaligus tadzabur alam. Kekayaan alam Indonesia dengan segala keindahannya sangat luar biasa ya Mba, lanjut Mbaaa jelajahi Bumi Pertiwi bagian yang lainnya lagi, kereeeeen :)
BalasHapusKreatif yaa, barang bekas digunakan untuk menarik wisatawan untuk datang ke tempat ini ��
BalasHapusYa ampun mba bikin mupeng deh. Aku jadi kangen banget
BalasHapusKapan ya bisa dolan ke sana :-D
BalasHapusSemogaaaaa ah kapan-kapan
Keren ya kak petualangannya...
BalasHapus