Menelisik Sejarah Perang Mu'tah di Yordania

Seperti diceritakan pada postingan sebelumnya bahwa dalam itinerary kami di Yordania, akan mengunjungi Mu'tah. Sebuah lokasi bersejarah yang terletak sekitar 136 km di selatan Amman, Ibukota Yordania. Mu'tah dapat ditempuh dengan berkendara selama 2 jam 45 menit dari Amman. Atau jaraknya sekitar 1. 047 km di utara Kota Madinah, Saudi Arabia.


Karena pesawat kami delay berkali-kali, sementara waktu yang diperlukan menuju Mu'tah berjam-jam, maka itinerary ini kami lewatkan karena waktu sudah tidak mencukupi lagi. 


Dari bandara kami langsung naik kendaran sejenis APV yang disebut Trans Rum menuju Wadi Rum, sebuah lembah padang pasir yang menjadi salah satu daya tarik pariwisata Yordania. Tulisan tentang Wadi Rum bisa teman-teman baca di postingan sebelumnya. 


Karena kisah Perang Mu'tah ini sangat menarik dan banyak hikmah yang bisa dipetik, saya ingin mengulik dan menceritakan kembali peristiwa sejarah tersebut supaya menjadi pengingat dan pelajaran bagi kita semua, terutama bagi teman-teman muslim. 


Kisah Perang Mu'tah ini saya ambil dari ceramah Dr. Khalid Basalamah dalam kajiannya tentang Sirah Nabawiyah episode ke-20 di Balikpapan yang dipublikasikan di akun youtubenya pada tanggal 3 Desember 2017. Teman-teman juga bisa menonton di channel youtube Dr. Khalid di link ini.


Latar Belakang Terjadinya Perang Mu'tah


Pada masa-masa tenang dari peperangan, yakni pada masa perjanjian Hudaibiyah yang berlangsung antara Mekah dan Madinah - yang berlaku selama 10 tahun dimulai dari tahun ke-6 Hijriah - Nabi Muhammad SAW mulai memperluas jangkauan dakwah dengan mengirimkan surat-surat kepada para kepala suku dan penguasa di sekitar Jazirah Arab seperti penguasa Syam, Mesir, Persia, dan Romawi. 


Salah satu kisah yang berhubungan dengan Perang Mu'tah adalah ketika pada tahun ke-7 Hijriah, Rosulullah mengirim seorang utusan yang bernama Al Harits bin Umair kepada Gubernur Negeri Syam (sekarang termasuk ke dalam wilayah Irak) yang bernama Harist bin Abi Syamr al Ghassani yang berasal dari Suku Ghassan. Suku ini telah menjadi sekutu Romawi. Namun, utusan ini dicegat dan dibunuh oleh Syurahbil bin ‘Amr al-Ghassani. Seorang pemimpin dari suku Ghassan yang merupakan penguasa Kota Busra (Suriah).


Sebagaimana telah disepakati bersama secara hukum oleh masyarakat pada masa itu dan bahkan berlaku hingga sekarang, bahwa utusan tidak boleh dibunuh. Dan jika terjadi pembunuhan kepada utusan, maka sama saja artinya dengan menabuh genderang perang. Karena itu Rosulullah sangat marah.



Perang Mu'tah terjadi pada tahun 629 Masehi atau pada tanggal 5 Jumadil Awal Tahun 8 Hijriah. Saat itu Rosulullah mengirim pasukan perang yang mencapai 3.000 orang. Jumlah ini merupakan jumlah yang paling besar yang belum pernah terkumpul sebelum-sebelumnya. 


Pada saat itu, Rosulullah bersabda bahwa pemimpin pasukan yang wajib dipatuhi adalah Zaid bin Haritsah. Kalau Zaid meninggal, maka digantikan oleh Ja'far bin Abu Thalib. Kalau Ja'far meninggal, maka digantikan oleh Abdullah bin Rawahah. Penunjukkan ketiga sahabat secara langsung ini menjadi isyarat dari Rosulullah bahwa ketiganya akan mati syahid.


Menurut para sahabat, Rosulullah tidak pernah mengatakan kepada seseorang dengan kalimat rahimahulloh, kecuali orang tersebut akan mati syahid. Maka tatkala hendak berangkat perang, para sahabat suka bercakap-cakap dengan Rosulullah karena berharap beliau akan mengucapkan kata itu kepadanya sehingga ia mengetahui akan mati syahid di medan perang.



Ketika kaum Yahudi di wilayah Khaibar Madinah mendengar nabi akan mengutus pasukan, mereka datang dan mengatakan, "Hai Muhammad kami tahu  dalam kitab kami (Taurat), tidak ada seorang nabi pun yang mengatakan kepada seseorang dan mendoakan rahmat kepadanya, kecuali dia akan meninggal. Lalu Rosulullah pun tersenyum dan bersabda "Lalu kenapa kalian tidak beriman?"


Sebagaimana diketahui bahwa pada zaman nabi tersebut, terdapat 3 suku besar yahudi yang menempati Kota Madinah. Namun hanya sedkit saja dari mereka yang beriman. Tidak lebih dari 12 orang. Seperti hadist Rosululloh yang bersabda "Seandainya saja ada 12 orang yahudi masuk islam, beriman di tanganku, maka semua yahudi masuk islam."


Lokasi terjadinya peperangan Mu'tah. Foto: www.acorjordan.org


Kisah Telatnya Abdullah bin Rawahah Berangkat ke Medan Perang


Pada hari keberangkatan pasukan di hari Jum'at selepas Duha, Abdullah bin Rawahah yang merupakan pemimpin ketiga yang ditunjuk Rosulullah, hari itu ia sengaja melambatkan keberangkatan karena niat ingin mendapatkan dua keutamaan. Yakni melakukan Sholat Jum'at bersama Rosulullah dan juga berangkat ke medan perang. Ia berfikir pasukan yang sebegitu banyaknya pasti akan bergerak lambat dan ia yakin bisa menyusul selepas Sholat Jum'at. 



Ketika Sholat Jum'at tiba, Abdullah Bin Rawahah berada dalam shaf pertama dan terlihat oleh Rosulullah. Kemudian beliau bertanya kepadanya, "Kenapa Engkau tidak ikut pasukan?" Abdullah bin Rawahah berkata, "Pasukan lambat Ya Rosulullah dan  aku yakin bisa mengejarnya."


Rosullulah bersabda, "Demi Allah ya Abdullah, walau engkau menginfakkan semua yang ada di dunia ini, niscaya Engkau takkan dapat mengejar pahala orang yang berangkat tadi pagi." Mendengar ini, Abdullah bin Rawahah pun menangis. Saat ditanya oleh beberapa orang sahabat, dia berkata sungguh aku ingin mengejar pahala Sholat Jum'at bersama Rosulullah. Lalu ia pun berdoa, "Ya Allah karuniakanlah mati syahid kepadaku," lantas ia pun berangkat menyusul pasukan.



Pertempuran Perang Mu'tah


Harist bin Abi Syamr al Ghassani telah mempersiapkan  seratus ribu pasukan perang untuk menghadapi pasukan yang dipimpin oleh Zaid. Karena ia merupakan sekutu Romawi, ia pun menulis surat kepada Heraklius Sang Kaisar Romawi Timur (Bizantium) untuk meminta bantuan pasukan tambahan sejumlah pasukannya. Heraklius menyanggupi dan mengirim seratus ribu pasukan. Padahal sebelumnya, Heraklius yang telah menerima surat ajakan masuk Islam dari Rosulullah, telah beriman. Namun karena kemilau harta dan jabatan dunia ia rela melepas keimanannya. 


Dengan kiriman bantuan pasukan Romawi sejumlah seratus ribu orang, maka terkumpullah dua ratus ribu pasukan sekutu Arab Ghassan dan Romawi yang diantaranya terdapat lima puluh ribu pasukan berkuda. Sementara dari pasukan muslim hanya berjumlah tiga ribu orang saja. Jumlah yang sangat tidak seimbang antara kedua belah pihak. Perbandingannya sekitar 1 orang melawan 67 orang.


Pasukan Zaid bit Haritsah  saat tiba di Mu'tah kemudian berhenti dan berkemah. Beberapa orang mata-mata diutus menaiki gunung dan bukit-bukit di sekitar Mu'tah untuk menilai seberapa banyak pasukan musuh yang ternyata telah menghadang di sana. Setelah mengetahui jumlah musuh yang sangat banyak, Zaid lantas berdiskusi dengan para sahabat selama dua hari tentang keputusan apa yang akan diambil apakah meminta bantuan pasukan tambahan dari Rosulullah di Madinah atau tetap maju terus. Keputusan pun diambil bahwa pasukan akan tetap maju menyerang. 

 
Abdullah bin Rawahah pemimpin ketiga dari pasukan yang juga penyair Rosulullah,  lantas mengobarkan semangat juang dengan ucapannya yang mashur  “Demi Allah, sesungguhnya perkata yang kalian tidak sukai ini adalah perkataan yang kamu keluar mencarinya, yaitu syahid di medan perang di jalan Allah. Kita tidak berjuang  karena jumlah pasukan atau kekuatan, kita berjuang untuk agama yang Allah telah memuliakan kita dengannya. Bergeraklah! Hanya ada salah satu dari dua kebaikan: kemenangan atau gugur (syahid) di medan perang.” 



Maka selepas sholat subuh dalam kondisi masih gelap, pasukan Zaid pun menyerbu ke lokasi musuh. Hal yang tidak disadari oleh pasukan musuh karena kebiasaan mereka berperang dan menyerang jika saat matahari terbit. Perang pun pecah dengan sengit. Berlangsung dari pagi sampai malam. Terus menerus tanpa henti. Muslimin berhasil membunuh ratusan pasukan dari suku Ghassan dan Bangsa Romawi


Mungkin ada pertanyaan, bagaimana cara mereka sholat jika perang berlangsung dari pagi hingga malam? Ketika tiba waktu sholat, pasukan muslimin tetap menjalankan ibadah sholat semampunya. sendiri-sendiri. Bisa dengan gerakan tangan atau hanya isyarat mata saja. Bahkan ada yang sholat di atas kuda. Sesuatu keimanan yang luar biasa jika dibandingkan kita yang bahkan dalam kondisi lapang dan sehat pun, kerap melalaikan ibadah sholat ini.


Perang berhenti ketika hari makin malam. Dua pasukan pun mundur dan kembali ke perkemahan masing-masing. Pasukan Muslim lantas melaksanakan sholat Maghrib dan Isya dengan dijamak. Setelah sholat, sebagian besar pasukan membaca Al Qur'an. Karena sangking banyaknya yang membaca Al Qur'an, sampai-sampai suara tersebut terdengar oleh musuh seperti suara lebah. 


Keesokan paginya serangan yang sama dilakukan. Selepas subuh pasukan muslim menyerang lagi. Perang pun berkecamuk dari pagi hingga malam. Peristiwa ini berlangsung terus menerus hingga 5 hari. Dan muslimin pun membunuh hingga ribuan pasukan musuh. Sangking banyaknya, maka pada malam hari pasukan musuh hanya sibuk mengangkat jenazah-jenazah yang tewas untuk dikuburkan di dalam satu lubang besar agar keesokan harinya tidak menghalangi kancah peperangan.



Terbunuhnya Tiga Pemimpin Pasukan Muslim

Pada hari keenam, Bangsa Romawi dari benteng mereka yang cukup jauh mengutus beberapa orang untuk mempelajari apa yang membuat pasukan mereka kocar-kacir dan kenapa pasukan muslimin bisa menang. Mereka mengamati ternyata pasukan muslim menyerang di subuh hari. Musuh pun menilai mungkin inilah kekuatan pasukan tersebut. Mereka menunggu waktu subuh dan tahu betul waktu itu umat muslim sedang sholat subuh. Lantas mereka pun menyerang menggunakan taktik ini. Namun karena bangsa Romawi tidak terbiasa melihat dalam gelap, mereka kewalahan dan muslimin yang baru saja menyelesaikan sholat subuh berhasil menghadang mereka.


Di Madinah, selepas sholat subuh, Rosulullah SAW menyuruh Bilal untuk menyerukan Assolatul Jaami'ah. Yaitu seruan untuk berkumpul di Masjid Nabi. Hal ini dilakukan karena kaum muslimin tidak semua sholat di sana. Ada beberapa masjid lainnya yang digunakan kaum muslimin Madinah saat itu seperti masjid Al Quba dan Masjid Qiblatain.  Ketika  terdengar seruan Assolatul Jaami'ah, maka yang mendengar seruan ini akan melakukan hal yang sama sehingga seruan ini sambung-menyambung sampai satu Madinah mengetahui seruan tersebut. 


Maka pagi itu berkumpullah kaum muslimin di Masjid Nabi. Setelah berkumpul Rosulullah bersabda, "Aku akan menceritakan kepada kalian, peperangan yang sedang terjadi di Mu'tah, hari ini adalah hari keenam, dan hari inilah peperangan sebenarnya." Maka Nabi pun menceritakan kejadian peperangan tersebut seolah-olah beliau sedang menyaksikan langsung di lokasi kejadian. Hal ini menjadi salah satu mukjizat Nabi Muhammad dari Allah SWT.


Beliau menceritakan bagaimana keadaan dan kondisi perang yang saat itu sedang berlangsung. Rosulullah bersabda, "Sungguh aku sekarang melihat Zaid sedang memegang bendera dan masuk menyerang ke tengah-tengah musuh sementara muslimin sedang berusaha melindunginya sampai akhirnya beberapa anak panah mengenai tubuh zaid dan jatuhlah Zaid, mati syahid."


Peristiwa penyerangan musuh kepada Zaid ini terjadi karena Bangsa Romawi telah mempelajari situasi dan kondisi kaum muslimin. Mereka menilai salah satu kekuatan kaum muslimin ada pada panglima perang yang sedang memegang bendera. Maka mereka menargetkan untuk menyerang panglima pasukan terlebih dahulu. Pada umumnya, panglima perang atau pemimpin pasukan mempunyai kemampuan untuk memegang bendera di tangan kiri dan pedang di tangan kanan sehingga saat perang berlangsung ia tidak punya perisai untuk melindungi diri. Tubuhnya sangat rentan terkena lesatan panah musuh jika tidak menggunakan baju besi. Dalam beberapa atsar dikisahkan dalam tubuh Zaid tidak tersisa sedikit pun tempat kecuali terisi anak panah. 


Bendera hampir jatuh, namun segera beralih ke tangan Ja’far bin Abi Thalib. Sepupu Rasulullah ini masuk ke kancah peperangan dan seketika dikerumuni oleh musuh yang banyak sekali. Sampai-sampai Ja'far tidak bisa bergerak sangking penuhnya. Kudanya terhimpit dan tidak dapat bergerak sama sekali. Karena tidak bisa bergerak, Ja'far pun menebas kudanya dan ia berjalan ke tengah-tengah musuh. Ia berperang sampai ada beberapa orang musuh yang berhasil memotong tangan kanannya. Bendera yang ia pegang dengan tangan kiri, ia gunakan untuk menyerang musuh. Sementara tangan kanannya terus saja mengucurkan darah. Namun, musuh tetap menerjangnya hingga memutuskan tangan kirinya. Beliau tetap mempertahankan bendera dengan sisa tangannya. sampai musuh mengeroyoki Ja'far dan menusuk dadanya. Beliau terus saja diserang hingga badannya terbelah dua. 


Abu Rafi meriwayatkan kisah ini, saat kami mengumpulkan para korban kaum muslimin, kami menemukan sisi tubuh Ja'far yang terbelah  terdapat padanya sekian puluh luka. Nabi Sollallohu'alaihiwasallam bersabda, "Sungguh Ja'far mati syahid dan Allah SWT telah menggantikan kedua tangan Ja'far dengan sayap dari permata yang ia gunakan untuk beterbangan kemanapun ia mau di surga sampai hari kiamat." Sebuah kemuliaan yang diberikan Allah SWT kepadanya. Dalam riwayat lain Rosulullah bersabda, "Ja'far digantikan oleh Allah dengan dua sayap yang lebar dan berkilau serta Ja'far terbang bersama para malaikat di sekitar surga. Riwayat lainnya bersabda, "Sungguh Ja'far sedang terbang mengelilingi surga dan aku melihat Hamzah sedang bersandar di dipan-dipannya. 


Menurut kesaksian Ibnu Umar (Anak dari Umar bin Khattab) yang ikut serta dalam perang tersebut, terdapat tidak kurang 90 luka tusukan dan sabetan pedang serta anak panah di tubuh Ja'far bin Abu Thalib.


Setelah itu Sabda Rosulullah, "Abdullah mengambil bendera." Lalu Nabi terdiam sejenak. Karena ternyata Abdullah bin Rawahah sesaat setelah mengambil bendera terdiam. Maka Nabi pun terdiam menunggu apa yang akan dilakukan Abdullah. Ternyata saat itu Abdullah sempat ragu sejenak. Sebelumnya ia menyaksikan bagaimana Zaid dan Ja'far terbunuh oleh pasukan musuh. Ini berarti ia akan menjadi sasaran utama selanjutnya. Ia pun mengatakan syair yang didengar oleh beberapa orang sahabat, "Wahai jiwa, majulah dan jangan ragu. Maju dan kamu akan terpuji dan mundur berarti  engkau akan dibenci. Mengapa engkau ragu dalam menyambut surga? dan apabila engkau melakukan perbuatan keduanya maka engkau pasti akan mulia. Maju sambil mengejar surga itu."


Abdullah dengan bertakbir membawa bendera di tangan kiri dan pedang di tangan kanan. Ia menyerang ke tengah-tengah musuh. Kemudian dia melihat pimpinan musuh dari suku Arab Ghassan yang bernama Malik bin Rofila. ia pun menyerangnya dan berhasil membunuhnya. penyerangan terjadi  dari pagi sampai  malam tak henti-henti. Salah seorang keluarga Abdullah membawa makanan bekal daging dan melemparnya ke Abdullah seraya berkata, "Makanlah Abdullah dan kuatkan tubuhmu dengan daging ini." Abdullah pun memakannya. Pada saat dia makan ia berkata, "Demi Allah, jika aku menunggu sampai daging ini habis, sungguh masih lama." Ia pun membuang potongan daging tersebut dan menyerang kembali ke tengah musuh sampai malam menjelang. Musuh lantas mengepung Abdullah sampai mereka berhasil membunuhnya. Pada hari keenam ini meninggallah ketiga pimpinan kaum muslim pada perang tersebut.


Rosulullah SAW bersabda, "Sungguh aku diperlihatkan oleh Allah singgasana yang disiapkan untuk ketiga sahabat kalian ini. Namun singgasananya Abdullah lebih sederhana dibandingkan singgasana Zaid dan Ja'far." Riwayat lain menyebutkan kaki singgasana Abdullah hanya tiga sementra Zaid dan Ja'far empat. Para sahabat bertanya, "Kenapa berbeda ya Rosulullah sementara mereka sama-sama berperang dan menjadi pemimpin pasukan? Rosulullah menjawab, "Karena Abdullah sempat ragu sejenak saat ingin menyerang musuh." Hal ini menegaskan kepada kita, bahwa janganlah ragu dalam memulai dan menjalankan kebaikan. Karena ragu saja bisa mengurangi derajat pahala.


Abu Rafi yang memang hadir dalam Perang Mu'tah meriwayatkan ketika Abdullah bin Rawahah terbunuh dan bendera jatuh, sementara Rosulullah tidak mengamanatkan pemimpin selanjutnya setelah ketiga pimpinan muslim tewas, ia berkata "Demi Allah aku melihat semua muslimin berlarian dari kancah peperangan. Karena mereka melihat Abdullah tewas dan bendera terjatuh, semua muslimin bubar. Sampai tidak ada seorang sahabatpun bersama seorang sahabatnya, dan aku belum pernah melihat kekalahan sehebat itu." Sangking banyaknya musuh yang berbaur, maka tidak terlihat lagi muslim di sebelahnya. 


Para muslim yang berlarian ini tentu bukan lari dari kancah peperangan karena mereka tentu tahu betul bahwa itu termasuk dosa besar. Namun hal ini dilakukan untuk mengatur strategi baru atau mundur sementara sebelum ada instruksi selanjutnya. Karena bisa saja salah faham dan menganggap mereka lari dari medan perang.


Kekuatan pasukan perang pada zaman itu tergantung pada bendera. Ketika bendera jatuh, berarti kalah dan kertika bendera masih ada berarti masih terus berperang atau menang. 




Khalid bin Walid Menjadi Pemimpin Pasukan Muslim



Sementara perang berkecamuk, seorang sahabat nabi bernama Tsabit bin Aqram, dia melihat Abdullah jatuh dan bendera tergeletak tak bertuan. Ia pun lantas menyusup ke tengah-tengah kerumunan musuh sampai bendera berhasil diambilnya. Ini berarti bendera muslimin berada di tengah-tengah musuh bersama jenazah Abdullah bin Rawahah. untuk mengambil bendera, berarti resikonya mati. Ia kemudian sendirian mengangkat bendera. Dan tak seorangpun melindunginya. Padahal pada saat bendera tegak biasanya selalu ada pasukan penjaga 10 hingga 20 orang yang mengelilingi pembawa bendera. 



Saat bendera muslimin kembali tegak, yang berada di sekitarnya kemudian berkumpul. Yang pertama kali datang mendekat adalah Khalid bin Walid, Seorang pemuda tangguh dari Kota Mekah yang baru saja masuk Islam. Tsabit bin Aqram secara spontan menyerahkan bendera kepada Khalid seraya berkata, "Ambillah wahai Khalid." Lalu Khalid menjawab, "Engkau lebih tua dan menghadiri perang  Badr." Tsabit berkata, "Demi Allah aku mengambilnya untuk engkau." Saat itu bukan saatnya berdiskusi. Tsabit tahu walaupun Khalid baru masuk islam, dia tahu bahwa Khalid lebih berpengalaman dalam strategi perang karena sebelum masuk Islam pun ia adalah salah seorang panglima perang pasukan Mekah. 



Khalid pun mengambil bendera dan menggerak-gerakkannya. Subhanallah, semua pasukan muslimin  segera berkumpul. Seketika ribuan orang berkumpul dan segera bertakbir. Khalid tidak menunggu, ia langsung menyuruh pasukan untuk menyerang.  Orang-orang Romawi ketika melihat pasukan Muslim berkumpul, mereka mengira bahwa ada pasukan bantuan datang. Pasukan muslim pun menyerang padahal waktu sudah menjelang malam. Suku Ghassan dan Romawi benar-benar tidak percaya sampai akhirnya muslimin meninggalkan kancah peperangan karena sudah tidak terlihat satu orang pun musuh di sana. Meraka sudah lari semua.



Nabi kembali menggambarkan peperangan setelah beliau terdiam sejenak. "Dan sekarang bendera di tangan Khalid bin Walid. Pedang Allah yang terhunus." Khalid mendapatkan gelar ini dari Rosulullah. "Dan muslimin pun kembali menyerang. Dan ketahuilah bahwa peperangan yang sesungguhnya, puncaknya sekarang terjadi." Sabda Rosul. 



Menyaksikan ketiga pemimpin mereka tewas, kaum muslimin pun melakukan perang dengan sepenuh jiwa raga dan malam itu mereka berfikir sudahlah malam ini kita mati semua. Maka perang berkecamuk sangat hebat sehingga nabi menggambarkan sebagai perang yang sesungguhnya.


Pada malam harinya, Khalid mengatur strategi yang belum pernah dicatat sebelumnya oleh peperangan dimana pun di dunia. Ia menyuruh pasukan berkumpul lalu ia mengganti semua posisi pasukan.  Karena setiap hari selalu disusun pasukan yang sama, maka musuh pun jadi mengenalinya. Karena itu, Khalid mengganti posisi pasukan dengan mengubah pasukan yang berada di depan menjadi di belakang. yang di kanan menjadi di kiri. Ia menyuruh pasukan diganti dan diacak-acak posisinya. 



Khalid pun memerintahkan baju mereka diganti dan tanda serta bendera-bendera pasukan kecil juga diganti. Kecuali bendera induk tidak diganti. Merekapun mengganti baju dengan baju cadangan mereka sehingga tampak seperti pasukan yang baru. Luka-lukanya pun ditempel dengan daun lalu ditutupi kain sehingga tak terlihat oleh musuh ada yang terluka. 



Setelah itu, Khalid memotivasi mereka untuk melakukan sholat malam, walaupun kondisi mereka dalam keadaan capek dan letih setelah perang dan mengurus jenazah-jenazah muslimin. Sejarah mengatakan jumlah muslimin yang tewas ada 12 orang dan sebagian  riwayat mengatakan 17 orang. 


Khalid juga mengutus seribu orang untuk dibagi menjadi 20 kelompok dan masing-masing kelompok isinya 50 orang. Ia menyuruh pasukan bergerak ke arah Madinah, namun nanti datang ke lokasi perang dengan arah yang berbeda-beda. Dan setiap kelompok diinstruksikan untuk memotong pelepah kurma. 50 orang dari tiap-tiap pasukan memegang pelepah kurma, dan setiap satu orang berjalan, diikuti satu orang di belakangnya. Begitu teman lainnya mendekat maka harus bertakbir dan terus saja hingga pasukan 50 orang habis dengan menyeret pelepah kurma.



Khalid pun mengatur agar pasukan sholat di tempat masing-masing. Pagi hari, waktu hari sudah terang, masih kelihatan musuh sedang sibuk mengambil jenazah. Sengaja tidak menyerang subuh karena Khalid ingin memperlihatkan orang-orang yang berbeda dengan wajah, baju serta bendera yang berbeda.



Khalid bin Walid bertakbir lalu diikuti oleh 2000 pasukannya. Pada takbir ketiga biasanya merupakan perintah menyerang, namun saat itu tetap tidak menyerang. Rupanya takbir ketiga ini merupakan isyarat untuk pasukan yang di belakang yang seribu orang untuk datang. Dengan menyeret pelepah kurma, pasukan yang seribu orang yang terdiri dari 20 kelompok datang dengan mengepulkan debu ke udara. Musuh mengira pasukan baru atau pasukan tambahan datang sehingga mereka langsung ciut dan tidak berani menyerang duluan. Strategi ini luar biasa.



Sebelum debu turun, Khalid menginstruksikan menyerang. Abu Rafi  lagi-lagi menceritakan demi Allah pada hari ketujuh, terjadi peperangan yang belum pernah terlihat sebelumnya juga sesudahnya sehebat itu. Aku melihat musuh berlarian dari kancah peperangan karena sangking hebatnya pasukan muslimin dan sangking cepatnya  serangan muslimin dan diamnya pasukan musuh, saat mereka diserang mereka tidak sempat bergerak, sehingga akhirnya terkalahkan dan melarikan diri kocar-kacir. 



Khalid bin Walid menceritakan, "Di Mu'tah, telah patah dan rusak pedang di tanganku 9 pucuk." Dalam riwayat lain diceritakan bahwa Khalid menggantung kesembilan pedangnya di kuda dan setiap berperang dia memegang dua pedang. Dalam beberapa atsar menceritakan bahwa Khalid mampu memegang pedang dengan kedua tangannya dan mengontrol kuda dengan kakinya.



Khalid masuk ke kancah peperangan dan diikuti oleh pasukan hingga mendekati pemimpin Romawi. Namun karena musuh lari kocar-kacir termasuk pemimpin Romawi, Khalid pun menyuruh pasukan mundur agar tidak ketahuan berapa kekuatan muslimin yang memang kalah jauh dari jumlah. Musuh pun heran kenapa muslimin mundur dan tidak menembus benteng-benteng mereka. Pemimpin mereka berkata, "Jangan kejar mereka, bisa jadi ini kebaikan untuk kita, atau bahkan ini merupakan strategi perang mereka." Maka saat itu terkalahkanlah Bangsa Romawi dan Suku Ghassan dengan korban mencapai lebih dari sepuluh ribu orang. Dan kaum muslimin pun kembali ke Madinah.



Nabi Muhammad SAW, sempat memberitakan hal ini kepada muslimin di Madinah bahwa Khalid bin Walid dan pasukannya mundur dari kancah peperangan. Kalimat ini ditangkap oleh sebagian sahabat kalau pasukan muslimin lari dari kancah peperangan. Padahal mereka mengetahui bersama bahwa perbuatan tersebut merupakan dosa besar. Karena jika ada yang lari dari kancah peperangan, maka ia telah melakukan dosa besar dan masuk ke dalam salah satu induk dari 7 dosa besar.



Berita pasukan Khalid mundur dan kembali ke Madinah segera tersebar pada semua penduduk Madinah.  Maka seluruh wanita dan anak kecil keluar membawa batu dan menunggu di pintu gerbang Madinah. Ketika pasukan Khalid masuk, mereka dilempari batu oleh para perempuan dan anak-anak. Mereka bilang, "Kalian lari dari peperangan, pengecut." Sampai-sampai salah seorang sahabat  menceritakan, "Aku seorang yang ikut di Perang Mu'tah dan saat aku tiba di Madinah dan ingin masuk ke rumahku, istriku tidak membukakan pintu untukku karena menganggap aku lari dari kancah peperangan. Istriku berkata Engkau lari dari kancah peperangan, lalu kenapa mau menemuiku? Jangan sentuh aku, jangan menemuiku, pengecut, pergi!" Sungguh luar biasa keimanan para wanita dan anak-anak zaman dahulu. 



Nabi SAW waktu mengetahui perilaku penduduk Madinah kepada pasukan Khalid bin Walid, beliau segera mendatangi tempat mereka melempari pasukan dan menyuruh mereka berkumpul lalu bersabda, "Sungguh mereka bukan pasukan yang lari dari kancah peperangan, tapi pasukan yang mengambil keputusan untuk mencari dukungan dan aku pendukung setiap mukmin." Artinya ini pasukan Khalid mengambil keputusan yang benar walaupun pulang tanpa ghanimah atau harta rampasan perang. Akhirnya seluruh masyarakat menerima kepulangan pasukan Khalid bin Walid.



Nabi SAW mengisyaratkan sebab hukum untuk kejadian ini, sebagaimana difirmankan dalam surat Al Anfal ayat 15 dan 16 yang berbunyi, "Wahal orang yang beriman! Apabila kamu bertemu dengan orang-orang kafir yang akan menyerangmu, maka janganlah kamu berbalik membelakangi mereka (mundur). Dan barangsiapa mundur pada waktu itu, kecuali berbelok untuk (siasat) perang atau hendak menggabungkan diri dengan pasukan yang lain, maka sungguh, orang itu kembali dengan membawa kemurkaan dari Allah. Tempatnya ialah Neraka Jahanam, dan seburuk-buruk tempat kembali."



Begitulah kisah perang Mu'tah. Semoga kita dapat mengambil ibrah atau pelajarang dari peperangan ini. Bahwa perjuangan membela agama haruslah ditegakkan hingga titik darah penghabisan. Dan yang terpenting adalah kita jadi mengetahui bagaimana perjuangan kaum muslimin pada zaman Rosulullah dalam membela agamanya. Semoga kita mampu meneladani semangat juang mereka. Semoga juga suatu saat di tahun-tahun mendatang, saya bisa kembali ke Yordania dan mengunjungi Mu'tah.

30 komentar :

  1. Aminnn semoga tercapai keinginan ke negeri tsb. dan dimudahkan segala sesuatunya.. saya tunggu kisah perjalanannya

    BalasHapus
  2. Kak Lina, thanks for sharing this.
    Kalau mengikuti jejak sejarah Rasul, sungguh kita merasa begitu kerdil dan ngga ada apa2nya sama sekali ya.
    Semoga ALLAH mudahkan trip Kak Lina ke seluruh penjuru bumi, termasuk Yordania
    --bukanbocahbiasa(dot)com--

    BalasHapus
  3. Aku jadi tau banyak ttg perang mu'tah. Sejujurnya aku jg baru dengar sih..

    BalasHapus
  4. duhh, jadi rindu nih sama Rasulullah.. shollu ala' nabiyyi..

    BalasHapus
  5. Membaca perjuangan jaman Rosululloh shollallahu 'alahissalam, membuatku terharu, kak.
    Betapa keimanan sahabat Rosululloh murni.
    Dan betapa besar kejayaan ummat muslim saat itu dibawah kepemimpinan orang Muslim.

    BalasHapus
  6. Seru banget ceritanyaaa.. Keren ya strateginya Khalid bin Walid. Semangat juang kaum muslimin juga masyaallah. Semoga kita bisa meneladaninya.

    BalasHapus
  7. Wihh mba.. sejarahnya kereenn.. semoga ya mba.. nanti cerita2 lagi disini hhee

    BalasHapus
  8. Semoga Allah SWT memudahkan kita untuk meneladani semangat juang para syuhada di jalan Allah SWT.
    Meski kondisi berat dan jumlah sedikit, namun tidak mengendorkan semangat juang mereka, bahkan pada akhirnya meraih kemenangan.

    BalasHapus
  9. Mbaa, sejarahnya panjang sekali ya. Tapi memang aku jadi tahu sejarah yang ada kaitannya dengan perkembangan Islam. MasyaAllah. Aku pun punya keinginan yang sama ya mba

    BalasHapus
  10. Lengkap banget tulisan tentang sejarah perang Mu'tah. Dan saya baru tahu tentang perang ini.

    Semoga tercapai ya mbak harapannya, suatu saat bisa ke sana, napak tilas langsung ke lokasinya

    BalasHapus
  11. aamiin, semoga terlaksana. denger kisah perang selalu bikin merinding ya.

    BalasHapus
  12. Aku nih pernah baca soal perang Mu'tah ini, tapi sayangnya aku gak baca sampai selesai. Malah baca detail disini dan penasaran mau nonton youtubenya Dr. Khalid.

    BalasHapus
  13. sungguh luar biasa perjuangan orang-orang islam pada jaman Rasulullah, berdebar hati ini membaca kisahnya. semoga suatu saat juga bisa berkunjung di tempat ini

    BalasHapus
  14. Masya Allah, aku merinding membaca ini sampai akhir. Bagai berada di sana. Luar biasa perjuangan Nabi dan para sahabatnya. Strategi perang Khalid juga hebat! Ku ingin ke Yordania!

    BalasHapus
  15. Selalu merinding baca kisah Khalid bin Walid. Strateginya itu lho, ada aja, kayak skenario film

    BalasHapus
  16. waah...hebat mb lina bisa menceritakan kembali sepanjang ini. semoga bisa kembali ke yordania dan menjejak tempat bersejarah tersebut.

    BalasHapus
  17. PErnah baca kisah Khalid bin Walid ini dari buku pinjaman di perpustakaan, mbak. Kisah sejarah seperti ini bagus banget kalo ditulis dalam artikel blog, agar makin banyak generasi mudah yang mengerti kisahnya.

    BalasHapus
  18. Semoga bisa kesampaian untuk mengunjunginya ya, Mbak. Duh luar biasa heroiknya 3 pahlawan ini. Aku ga bisa bayangin gimana merindingnya kalau ada di tengah peperangan itu

    BalasHapus
  19. Luar biasa ya keimanan para sahabat nabi, juga Khalid bin Walid yang sangat patriotis dan mampu mengatur strategi perang dengan sangat baik. Semoga kesampaian ya mba untuk berkunjung ke lokasi Perang Mu'tah ini.

    BalasHapus
  20. Melihat dengan mata kepala sendiri tempat-tempat bersejarah, apalagi tempat yang pernah dijejak rasul rasul pasti bikin haru dan exciting. Jadi kepengen tahu lebih jauh kisah sejarah tersebut ya.

    BalasHapus
  21. Suka bangt nih baca sejarah Islam kayak gini,, akupun mau banget mba kesana mudah2an dlm waktu dekat y sama2 brdoa

    BalasHapus
  22. Masyaallah mba, fix lah aku iri sama kamu. Bisa traveling ke tempat-tempat bersejarah perjalanan Nabi Muhammad SAW

    BalasHapus
  23. Membayangkan suasana perang saat itu, begitu mencekam ya, Mbak.
    Tapi para pejuang itu tidak pernah mundur selangkah pun. Bahkan dengan semangat tinggi berperang membela kebenaran.

    BalasHapus
  24. Kalau ngomongin perang aku merinding jujur... Takut... Duh mana aku ga tau sejarah juga...

    BalasHapus
  25. Subhanallah. Merinding aku bacanya, Kak. Hebat sekali para sahabat berperang selama 7 hari nonstop. Semakin kagum dengan Khalid bin Walid ahli perang no wahid.

    BalasHapus
  26. Menapaki sejarah Islam secara langsung, iri banget, Mbak. Semoga aku bisa lekas menyusul, menemukan dan semakin mengenal Islam nantinya. Tetap sehat, Mbak, ditunggu tulisan selanjutnya.

    BalasHapus
  27. Baru kali ini aku baca kisah lengkapnya, biasanya cuma sekilas tentang perang mut'ah, lokasinya, tanggalnya hingga berapa jumlah korban

    BalasHapus
  28. Subhanallah, Mbak Lina Sasmita keren banget bisa menulis sejarah perang selengkap ini. Sejarah ini mengabarkan pada kita bahwa semangat juang umat Muslim sejak dulu memang sangat tinggi hingga sekarang.

    BalasHapus
  29. Aamiin.. karena tiap langkah adalah pembelajaran

    BalasHapus
  30. Masyaallah, aku merinding bacanya mba, salut dengan strategi perang Khalid bin Walid yang cerdas sekali

    BalasHapus

Halaman ini dimoderasi untuk mengurangi spam yang masuk. Terima kasih sudah meninggalkan komen di sini.

Made with by Lina W. Sasmita