Dari awal tahun 2019 saya dan suami
masih belum memutuskan apakah tahun ini harus mudik atau tidak. Tergantung
kondisi keuangan dan cuti. Bagi saya sendiri, tampaknya harapan untuk pulang
kampung sangat tipis mengingat baru saja melakukan perjalanan traveling yang
cukup jauh yang tentu saja telah menguras isi dompet dan ATM. Selain itu, cuti pun
sudah habis sama sekali. Tidak bersisa, malah minus alias sudah ngutang cuti.
Sebaliknya, cuti suami masih berlimpah ruah, malah kadang dihangusin begitu
saja karena tidak diambil-ambil. Kalau saya singgung kenapa tidak diambil-ambil
cutinya, dia bilang banyak kerjaan dan tidak ada orang yang bisa menggantikan
kerjaannya.
Kampung saya di Garut, Jawa Barat |
Karena setiap pulang kampung harus
mengeluarkan budget yang cukup besar hingga menguras isi tabungan, maka kami berdua
sudah menetapkan bahwa jarak pulang
kampung ke pulang kampung berikutnya sekitar 2 atau 3 tahun sekali. Dan kebetulan
sudah 3 tahun terakhir kami tidak pulang kampung, ini berarti lebaran tahun
2019 adalah tahun yang seharusnya kami mudik.
Awal puasa, kami masih santai-santai
dan menjalani ibadah seperti biasa. Saat bertemu dan ngobrol di rumah pun, saya
dan suami hanya saling melempar pertanyaan tentang apakah kami mau pulang
kampung atau tidak. Menginjak minggu kedua, ketika memperhatikan tanggalan di
kalender perusahaan yang sepertinya enak untuk liburan, saya jadi berfikir
keras bagaimana caranya supaya diizinkan ngutang cuti 3 atau 4 hari lagi.
Karena dengan cuti 4 hari saja, saya bisa liburan pulang kampung selama 12
hari karena ada libur tanggal merah serta libur Sabtu Minggu.
Beberapa hari kemudian kabar baik makin
menguatkan tekad dan niat pulang kampung. Saat formulir cuti diajukan, ternyata
langsung di-approve. Sungguh di luar dugaan karena biasanya kalau saya yang
akan cuti, selalu ada drama di kantor. Atasan saya begitu banyak pertimbangan sehingga kesannya pelit dengan cuti. Bahkan 3 tahun lalu saat memohon cuti untuk pulang kampung, saya sampai
menangis karena tidak disetujui.
Mulai Hunting Tiket
Setelah
cuti disetujui, saya mulai berburu tiket di berbagai Online Travel Agent (OTA)
lalu membandingkan harga satu sama lain. Beberapa aplikasi yang pernah di-uninstall, saya install kembali demi mencari harga mana yang paling rendah. Dan
betapa terkejutnya saya ketika mengetahui bahwa tiket Batam – Jakarta lebih
mahal dibandingkan tiket Singapura – Jakarta. Oh iya, sebenarnya tidak kaget-kaget
banget sih karena sebelumnya juga sudah ramai dibicarakan oleh warga Batam.
Namun saat mengetahui untuk kedua kali bahwa harga tiket pesawat dari Batam
ke Jakarta masih lebih mahal dibanding harga dari Singapura – Jakarta, tetap
saja hati mangkel dan akal sehat tidak bisa menerima.
Lebih
herannya lagi, harga tiket di setiap OTA
sampai ke titik koma serta 3 angka
terakhirnya pun sama persis. Contohnya saja untuk tiket Lion Air penerbangan
tanggal 29 Mei pukul 08.35 harganya 1.620.400 rupiah. Antara OTA yang satu dengan
yang lainnya menampilkan harga yang sama. Duh mahal, nggak masuk di akal banget
menurut saya. Sementara harga-harga tiket
di berbagai maskapai penerbangan dari Singapura menuju Jakarta seperti Scoot,
Air Asia, dan Jetstar harganya jauh
lebih murah. Contohnya saja Jetstar Asia 702.800 rupiah dan Scoot 719.000 rupiah. Bandingkan dengan berangkat yang dari Batam, sudah dua
kali lipat lebih mahalnya. Padahal Batam dan Singapura berada di area yang
sama, ibaratnya hanya sepelemparan kolor saja. Kalau begini caranya kayaknya mau mudik pun harus melipir ke Singapura. Kan ngenes banget huhu.
Kami mendadak galau, mau nggak mau harus berangkat dari
Singapura saja. Apalagi tiket ferry Batam - Singapura banyak yang promo. Bahkan ada yang sampai 190 ribu rupiah PP. Selain itu jarak dari rumah ke pelabuhan lebih dekat daripada ke bandara. Kebetulan juga Chila pengen main ke Jewel Changi yang lagi nge-hit itu. Katanya mau melihat air terjun yang ngucur dari atap Bandara Changi. Sayang, passport Chila
dan ayahnya belum diperpanjang (diperbaharui). Passport keduanya sudah
expired sejak tahun lalu dan belum juga diurus.
Setelah
memantau harga tiket yang tidak turun-turun saya jadi khawatir tiket yang dari
Singapura segera naik. Akhirnya saya memaksa suami untuk segera memperbaharui
passportnya. Sementara untuk pasport Chila biar saya sendiri yang mengurus.
Seperti pengalaman tahun sebelumnya sewaktu memperpanjang passport, saya mengajukan penggantian passport baru untuk Chila via whatsapp. Namun
ternyata sudah 3 hari mengajukan tidak ada respon. Akhirnya googling dan
menemukan informasi bahwa proses pengajuan pembuatan passport terbaru sudah menggunakan aplikasi. Saya pun men-download aplikasi Layanan Passport Online dari playstore. Enaknya menggunakan aplikasi ini, kita dapat menentukan hari, tanggal dan jam berapa untuk datang mengajukan pendaftaran. 3 hari setelah mendaftar via aplikasi, kami pun berangkat ke kantor imigrasi Batam untuk mengurus semuanya.
5 hari berlalu, passport Chila belum juga jadi. Berbagai kendala
seperti sistem yang tiba-tiba terhenti di kantor imigrasi sempat juga mewarnai
proses-proses pengajuan passport baru ini. Mungkin saja hal seperti ini
terjadi pada proses lainnya sehingga lama terproses. Sementara itu suami belum juga berhasil daftar via aplikasi karena untuk seminggu ke depan, semua hari sudah penuh.
Hari makin mendekati lebaran sementara tiket belum di tangan. Duuh seumur-umur hidup di Batam dan merencanakan pulang kampung, belum pernah semendadak begini kalau beli tiket. Minimal awal puasa, tiket pesawat sudah aman di tangan. Saya jadi galau antara menunggu passport jadi baru beli tiket pesawat dari Singapura ke Jakarta, atau langsung pesan saja sekarang. Tapi kalau pasport Chila dan ayahnya tidak jadi-jadi bagaimana? Bisa hangus deh tiket itu.
Iseng saya pun kembali mengecek harga-harga tiket Batam - Jakarta di OTA. Eh ternyata sudah pada turun sekitar 200.000an. Lumayan banget ini jika dibandingkan harga sebelumnya. Tak ketinggalan saya juga mengecek kembali harga dari Singapura. Duh, angkanya sudah berubah naik jadi 900.000an. Lalu dengan perhitungan mamah-mamah yang cermat menghitung uang belanjaan, dihitung-hitung, kalau via Singapura perlu biaya tambahan untuk tiket kapal ferry, plus tiket MRT. Tidak jauh-jauh beda jika akhirnya memilih berangkat dari Batam namun dengan harga terbaru yakni 1.400.000 rupiah. Satu saja sih kendalanya, yakni masalah bagasi yang bayar. Untuk 20 kg saja perlu biaya 700.000 rupiah di maskapai merah. Namun, untung saja masih saja Citilink yang free bagasi. Semoga kebijakan free bagasinya masih lama lagi.
Karena tidak mungkin menunggu yang tidak pasti, sementara lebaran sebentar lagi, maka akhirnya saya pun membeli tiket citilink untuk pulang pergi. Setelah itu mencari tiket kereta dari Jakarta ke Bandung dan sebaliknya demi menghindari kemacetan di jalan raya. Sayang, tiket kereta sudah ludes terjual. Terpaksa kami harus naik bis.
Hari yang dinanti-nanti pun tiba, kami pulang kampung ke Depok lalu ke Garut. Di Depok tepatnya di daerah Pasir Putih Sawangan, kami berlebarang dengan keluarga dari suami. Dan pada lebaran pertama, sore hari sekitar jam 17.45 kami berangkat menuju Garut dengan menaiki bis Primajasa. Di sepanjang perjalanan arus kendaraan terbilang lancar, namun saat mencapai kawasan Nagrek jalanan macet parah. Depok - Garut yang diperkirakan hanya 5-7 jam, jadi molor hingga 11 jam. Kami baru tiba di Garut keesokan harinya menjelang subuh.
Namun dibalik semua kerempongan mudik ini, kami tetap bahagia dapat berkumpul kembali dengan keluarga. Sungguh bahagia melihat senyum dan tawa keluarga yang ternyata masih merindukan kepulangan kami. 12 hari di Depok dan Garut, rasanya hanya sebentar saja. Anadai saja cuti masih tersisa, ingin rasanya tinggal lebih lama lagi di sana. Apalagi di Garut, ketika bangun pagi-pagi, di halaman rumah tersaji pemandangan dengan bentangan sawah yang berundak ke bawah secara teras sering. Mengarah ke sebuah sungai berdinding bukit dan pegunungan. Sambil berjemur diri dan menyeruput secangkir teh di pagi hari, rasanya tak ingin beranjak kemana pun dari teras.
Keputusan yang saya ambil untuk akhirnya membeli tiket dari Batam ke Jakarta setelah terjadi penurunan harga tiket memang tepat. Karena kalau tetap menunggu passport suami dan Chila jadi, maka tiket yang hendak dibeli dari Singapura tentu akan hangus karena memang sampai hari ini pun passport Chila masih belum jadi. Sementara passport suami sudah jadi itupun tepat di hari keberangkatan kami ke Jakarta. Yah walaupun tiket ini masih terbilang mahal jika dibandingkan berangkat dari Singapura, tetap saja worth karena passport belum jadi.
Keputusan yang saya ambil untuk akhirnya membeli tiket dari Batam ke Jakarta setelah terjadi penurunan harga tiket memang tepat. Karena kalau tetap menunggu passport suami dan Chila jadi, maka tiket yang hendak dibeli dari Singapura tentu akan hangus karena memang sampai hari ini pun passport Chila masih belum jadi. Sementara passport suami sudah jadi itupun tepat di hari keberangkatan kami ke Jakarta. Yah walaupun tiket ini masih terbilang mahal jika dibandingkan berangkat dari Singapura, tetap saja worth karena passport belum jadi.
Waaah, Alhamdulillaaahh bisa mudik juga ya Kak Lina.
BalasHapusMemang kudu atur strategi banget supaya mudik berkualitas dgn budget yg tdk terlalu menguras :D
--bukanbocahbiasa(dot)com--
Tapi alhamdulillah ya Mbak bisa pulang ke kampungnya yang ada di Garut
BalasHapusWaw mahal amat ya Mbak bisa mencapai 1 juta lebih. Itu untuk perorang Mbak?
BalasHapusSaya kira tadi Mbaknya mau ke Singapura dulu hehe. Kan bisa sekalian travelling
BalasHapusAlhamdulillah ya Mbak masih bisa pulang kampung. Andai kalau nggak bisa kan jadi sedih
BalasHapusMemang kalau mau lebaran gitu ya Mbak harga tiketnya naik drastis
BalasHapusKasihan banget Mbak yang mintacuti dulu nggak di approve itu, sampai menangis :(
BalasHapusWah nggak kebayang kalau mudik dari Batam jaman sekarang sekeluarga + ART. Jaman kami di Batam dulu maskapai banyak pilihan & tiket murah. Garuda aja kami masih sanggup. Sekarang? Low cost saja rasanya kami nggak sanggup. Semoga dilimpahkan rejeki barokah ya mbak supaya bisa mudik tiap tahun. Aamiin.
BalasHapusSedihnya ya harga tiket jadi mahal. Saya pingin mudik pun belum keturutan. Itu serius ya bayar bagasinya aja ampek 700 ribu per20kg? Melongo sayah.
BalasHapusBaca ceritanya ikut deg-degan. Untungnya bisa mengambil tindakan yang tepat ya akhirnya bisa mudik tepat waktu tanpa ada drama tiket hangus.
BalasHapusYa Alloh, Mbak, demi mudik ya, Mbak, usahanya patut diacungi jempol. Saya yang dari Jakarta ke Madiun aja sempat kalang kabut sama tiket yang harus transit di beberapa kota. Awalnya saya order pakek OTA juga. Dan tahu nggak, H-90 aja sudah ludes dapatnya yang transit-transit dengan beberapa kali ganti kereta. Duh gusti rasane kok bakalan capek. Tspi ya syukur alhamdulillah saya dapat Mudik DAIA kemarin itu. Akhirnya tiket tak batalin meskipun ya kenak potong 25%. Semoga kita selalu dimudahkan untuk mudik ya, Mbak.
BalasHapusDrama juga ya mudiknya. Untung akhirnya lancar semua mbak. Semoga tahun-tahun berikutnya harga tiket bisa lebih murah, jd kita bs lebih sering plesiran. hehehe
BalasHapusMbak, ini tuh dialami sama ibuku. Beliau selama puasa di Batam trus menjelang lebaran mudik ke Surabaya. Harga tiketnya bikin nangis sampai diakalin pilih pesawat transit Jakarta. Kasihan di ibu karena perjalanan makin lama, capek lah pake transit segala. Next time ke Batam kudu bawa paspor yang aktif biar mudik lewat Singapore aja.
BalasHapusAlhamdulullah ya Mbak, bisa berlebaran di kampung halaman, duh kok aku melow drama gini ya. Saya dn suami juga selalu hitung-hitungan urusan tiket mudik ke kampung halaman. Kepinginnya mudik lancar tanpa lelah ya naik kereta api. Tapi dihitung-hitung tiket kereta api lebih mahal dibandingkan membawa kendaraan pribadi. Sama Mbak, waktu dari Cilacap lewat Nagrek ampun macetnya. Mungkin memang karena medanya yang nanjak dan banyak kendaraan berat sudah beroperasi waktu itu, jadi akupun lama banget di nagrek
BalasHapusAku juga transit Kuala Lumpur mbak dari Medan ke Jakarta, selisih harga tiket dengan penerbangan langsung Jakarta sampai 2juta bedanya 50%. Alhamdulillah bisa mudik juga ya mbak :)
BalasHapusAlhamdulillah bisa mudik ya Teh, luar biasa memang harga tiket pesawat ini, belum sanggup kalau mau jalan-jalan dulu yang jauh, sebisanya naik kereta aja deh..
BalasHapusAku baca sambil deg-degan, aku juga akhirnya memilih menyisihkan uang untuk ke malaysia aja hahaha, ga ikhlas aku beli tiket ke Jakarta Sby setara PP KL Jakarta udah sama bagasi, ntar ke SBY pas desember naik kereta ekonomi aja wkwkwkw
BalasHapusAlhamdulillah akhirnya mudik juga ya mbak. Aku baca status mba Lina waktu itu, jadi ikutan baper. Iya kali mudik nya mlipir dulu ke Singapura. Kasusnya kayak sepupuku yang kerja di Batam sih, mereka juga ke Singapura dulu kemarin mbak. Untungnya paspor anaknya udah siap mbak, jadi tetep deh bapernya karena mesti keluar negeri dulu baru balik lagi ke negeri sendiri, hiksss
BalasHapusHarga tiket domestik sekarang memang lagi enggak karuan ya, Mbak. Tapi Alhamdulillah banget bisa mudik, dengan harga tiket yang udah turun sekitar dua ratus ribuan. Ya, bener, worth-lah, karena kalau via Singapura, passport Chila belum jadi, nanti yang ada masalah lagi.
BalasHapusNgebayangin gimana deg-degannya nungguin passport jadi, trus harus berburu tiket di antara tingginya harga-harga tiket yang sedang berjalan. Alhamdulillah jadi mudik ya mba setelah 3 tahun enggak pulkam.
BalasHapusTiket pesawat terbang saat ini, asli bikin kembali ke zaman tahun 80-an yaa.
BalasHapusDuh ketahuan deh, angkatan berapa hahaha
Saat itu armada hanya ada Garuda dan Bouraq saja.
Zaman itu, hanya kalangan 'high end' saja deh kayaknya yang bisa naik pesawat.
Yang lain, naik bis atau kapal laut.
Semoga tiket pesawat bisa kembali terjangkau lagi ya, mba Lina
sungguh perjuangan ya mudik ini..apalagi untuk yang jauh dan tidak memungkinkan lewat darat. seperti pengalaman keluargaku juga.. mendekati lebaran baru dapet tiket yang setelah dihitung lebih murah dibanding transport lainnya
BalasHapusWuih iya yaaa bedanya jauh banget, bahkan ada yg setengah harga kalau dr singapura. Coba jatim juga dekat singapura, haha
BalasHapusSuka duka merantau ya mbak ada di mudik. Aku merasakan mudik setelah nikah itu pun masih di pulau Jawa & berasa juga ya biayanya kalau 4 orang, apalagi mbak Lina dari sana. Kalau harus mudik tiap tahun bisa-bisa tabungan habis terus ya mbak.
BalasHapusAku tau tuh daerah pasir putih, kebetulan adikku tinggal daerah Sawangan situ juga
Wah senengnya mbak bisa mudik. Semoga tahun2 mendatang ransportasi Indonesia lebih bagus lagi dari sisi harga dan regulasinya ya mbak
BalasHapusAku ikut deg-degan membaca kisahnya, kak. Begitu berliku mau mudik ke Depok dan Garut. Lega rasanya happy ending. Meski gak jadi mudik lewat Singapore. Penyelamat banget tiket turun 200rb.
BalasHapusHahaha
BalasHapusIni problema aku kemarin
Ditawarin adek untuk bantuan 50% tapi aku tolak karena kasihan kami bertiga soalnya
Mikir pulangnya juga
Malah suami bilang kalau Lebaran di Singapura aja, haha
sebuah keputusan yang tepat ya mbak meski rada mepet, sama kayak suami kalau pesan tiket buat bepergian bener-bener dipertimbangkan matang-matang daripada nyesal.
BalasHapusWahh Mak Lina kampungnya di Garut, dimananya ? Rumah Alm. Nenekku di Cidatar. Tapi aku gak mudik karena ortu dan mertua sama2 di Jakarta. Sodara2 ortuku juga ngumpulnya di Jakarta. Jadi kangen Garut euy.
BalasHapusBersyukur kita di BATAM ya kak, yang bisa ada alternatif flight luar negeri. Kasihan mereka yg di kota lain, yang tidak sedikit yang membatalkan mudik karena harga tiket pesawat yang melambung tinggi
BalasHapusDengar dengar kalau ngak salah minggu lalu, para pegawai negeri yang mau ke jakarta, juga mau minta izin lewat Singapore. Karena kemahalan tiketnya. Ampun ampun ya ticket pesawat di Indonesia.
BalasHapusudah direspon pemerintah, dan pernah diturunkan, eh dinaikkan lagi. memang ambang batas tiket ini cukup tinggi. Tapi kemungkinan untuk turun lagi seperti semula sedikit mustahil, kalau masih ada duopoli perusahaan maskapai dari pemerintah.
BalasHapusAku juga sedih kak liat harga tiket pesawat. Hobi melalang buana jadi kehambat hikss :( Tapi walau banyak drama tetap aja akhirnya bisa pulang kampung yah kak dan berlebaran dengan keluarga
BalasHapusKalau mudik lewat Singapura ke Jogja gonta ganti kendaraan. Sepertinya seruu dicoba
BalasHapusAseek mudik sekalian bisa lewat singapore, tapi...wajib puny pasport dong...nah kalau yang ga punya bisa lewat bandara tanjung pinang lebih murah juga...selamat mudik n' nitip salam buat pramugarinya..wkkwkw
BalasHapus