Memilih VPS untuk Hosting Website

Memilih PVS untuk hosting website


Saya mengenal dunia blogging sejak tahun 2005. Zaman itu masih seru-serunya ngeblog di platform Multiply (MP). Lingkar pertemanan saya di MP tidak banyak, hanya sebatas para pendaki gunung dari komunitas-komunitas mailing list yahoogroups seperti High Camp, Jejak Petualang, Pangrango, Pendaki, Nature Trekker, OGKL (Orang Gunung Kuala Lumpur) dan Indobackpacker. Selain hanya mengenal teman-teman dari komunitas penggiat alam bebas, saya berkenalan dan berteman dengan blogger MP Batam seperti Dian Radiata dan Wiwik Waluyo. 


Kabar penutupan Multiply untuk layanan blog yang sudah dihembuskan sekitar tahun 2011 sempat membuat hari-hari saya kalang kabut, sedih dan tidak bersemangat. Meskipun tidak rajin posting, tetap saja banyak kenangan tertinggal di sana. Bahkan hampir semua foto-foto perjalanan mendaki gunung dan kegiatan petualangan lainnya saya unggah ke blog Multiply. 


Berbeda dengan layanan Blogspot atau Wordpress, kelebihan  ngeblog di Multiply adalah dapat menyimpan foto-foto melalui fitur album. Dalam fitur ini blogger tidak mengharuskan menulis jurnal/blog dengan artikel yang panjang-panjang. Kalau malas untuk menulis, cukup mengunggah foto-fotonya saja dan memberi  caption seperlunya mirip seperti penggunaan media sosial facebook atau instagram sekarang ini. Selain itu, ada juga fitur untuk menyimpan video dan musik. Maka, sebagai penyuka fotografi, kebanyakan isi blog saya adalah galeri foto. Tak banyak tulisan panjang atau kisah-kisah menyentuh seperti catatan perjalanan juga curhatan gaje


Banyaknya foto yang saya unggah, membuat bingung bagaimana cara memindahkannya. Apakah harus download atau tinggal copy paste saja ke blog baru yang akan saya buat nanti. Walaupun pihak MP telah memberikan opsi untuk migrasi dengan memberikan panduannya, saya tidak tertarik karena terlanjur kecewa. Namanya orang lagi ngambek, apapun kebaikan orang lain akan dianggap remeh. Jadi waktu itu saya malas menggunakan layanan migrasi untuk menyebrangkan seluruh file-file foto dan tulisan saya ke Blogspot atau ke Wordpress. 


Demi mengatasi kekecewaan, saya kemudian berfikir untuk membangun website sendiri dari nol. Membuat dan membangun domain serta hosting pribadi. Rencananya, foto-foto dari blog lama akan saya download atau migrasikan ke blog dan hosting ini. Caranya?  Aaah gampang, bisa saya cari di internet. Atau tinggal tanya sana-sini sembari learning by doing. Hehehe... sok sok-an banget. 


Maka saat itu saya memutuskan untuk membeli domain dan hosting sekaligus. Lupa beli dimana. Karena setelah beli, tidak ada kabar layanan apapun dimana saya seharusnya sebagai pembeli diberi petunjuk atau tata cara bagaimana menggunakan dan mengelola hosting. Meskipun begitu, tetap bahagia rasanya punya domain dan hosting sendiri. Sungguh sesuatu banget. Berasa keren dan sah jadi blogger untuk menuju professional. Meskipun belum ada apapun di blog baru tersebut. Kalau orang mengeklik alamat blog saya yang baru beli ini, maka yang muncul layar putih dengan tulisan "Under Maintenace".

Btw, ada loh blogger yang ternyata sukses migrasi dan mempunyai hosting sendiri seperti Mbak Alaika Abdullah. Dan saya perlu banyak belajar darinya. 

Kenapa saya seperti memaksakan diri untuk membeli domain sekaligus hosting (Private Server) sendiri? Hal ini dilakukan tentu karena ingin menyelamatkan semua foto-foto dari blog Multiply yang akan wafat sebentar lagi. Memindahkan foto-foto kenangan ke website dengan domain dan hosting sendiri. "Aaah betapa kerennya gue bisa menyelamatkan seluruh file tanpa download." Fikir saya saat itu. Sombong!


Pada masa itu, tutorial untuk melakukan migrasi masih sangat minim. Begitu juga tutorial membangun website dari awal sangat jarang muncul di mesin pencari. Apalagi google belum sepopuler sekarang. Sementara biaya penggunaan internet di zaman itu cukup mahal. Tidak cukup dengan membeli voucher internet Esia yang harganya 10 ribu rupiah untuk satu kali 24 jam. Dimana internet masih menggunakan jaringan GPRS yang tampak di layar hanya barisan angka dan tulisan. Sedangkan jika nongkrong di warnet, sekali duduk seharian, bisa menghabiskan isi dompet 50 sampai 80 ribu rupiah. Tekor bandar. Belum lagi jika tiba di waktu akhir bulan, duh mau ke warnet itu harus mikir diantara dua pilihan, makan pakai lauk atau tetap ke warnet tapi kelaparan.  


Satu tahun saya belajar untuk membuat dan membangun website dari awal menggunakan aplikasi dreamweaver. Belajar sendiri, utak-atik sendiri, puyeng sendiri dan sempat mau muntah sendiri. Halaman website yang baru berhasil dibuat hanyalah link hidup untuk tulisan "Home". Selainnya, masih kosong. Di tengah perjalanan saya menyerah, mengaku kalah. Otak rasanya sudah capek dan mood yang turun naik sudah nggak beres lagi. Satu tahun proyek membangun website dan menayangkan dari hosting sendiri gagal total sehingga tidak saya perpanjang. Saya pun buru-buru membuat alternatif pilihan untuk pindah ke Blogspot dan Wordpress sebelum Multiply benar-benar tutup usia. Sebagian dari foto-foto itu bisa dipindahkan sebagian besar lagi tak terselamatkan. Sedihnyaaaa....😭


Sampai sekarang, saya masih penasaran ingin memiliki hosting atau Virtual Private Server (VPS) sendiri. Gimana nggak asyik dan seru coba, kalau ibaratnya kita tinggal di sebuah kompleks perumahan, lalu mempunyai rumah sendiri yang luas dan lapang dengan ruangan-ruangan yang bebas untuk menyimpan barang apapun di sana. Tak harus berdesak-desakan tinggal serumah atau ngekos dengan orang lain hingga privacy kadang terganggu. Nah begitu juga kondisi di dunia maya. Memiliki VPS itu seperti memiliki sebuah rumah gedong yang luas dan besar dengan ruang-ruang yang banyak di sebuah komplek perumahan mewah.


Nah teman-teman blogger apakah sudah mempunyai VPS? Saya sendiri sangat tertarik karena layanan VPS menggunakan tipe server dengan teknologi virtualisasi untuk membagi hardware server fisik menjadi beberapa server virtual yang di hosting di infrastruktur fisik yang sama. Pada dasarnya, VPS adalah komputer server yang cara kerjanya sama seperti komputer yang kita gunakan. Perbedaannya adalah, VPS dijalankan menggunakan teknologi virtualisasi pada komputer server yang memiliki spesifikasi hardware yang tinggi dan memiliki performa yang lebih cepat untuk keperluan hosting website. Pusing ya bacanya? Sama. 😀


Intinya, PVS atau server pribadi ini keseluruhan sumber dayanya hanya digunakan oleh satu orang pengguna dan tidak dipengaruhi oleh pengguna lain. Pengguna seperti saya dapat mengelola secara penuh semua konfigurasi yang ada pada VPS dan melakukan apa pun yang diinginkan.


Nah kemarin sempat mencari-cari dimana beli VPS hosting murah agar saya mendapatkan ruang penyimpanan file yang luas dan lowong sehingga blog tidak mudah down. Sering banget saya mendapatkan blog teman-teman yang susah diakses. Bermenit-menit hanya ada lingkaran berputar-putar saja di badan blognya dengan layar yang kosong. Padahal sedang dalam rangka Blog Walking (BW) dengan batasan waktu tertentu dimana jika telat BW bisa kena sanksi. Biasanya hal ini terjadi dikarenakan server si pemilik blog sedang down sehingga tidak dapat menayangkan dengan cepat tampilan blognya. Maka penting sekali mempunyai VPS sendiri demi menjaga kenyamanan, kestabilan dan performa sebuah website.


Bagi teman-teman yang mempunyai website perusahaan atau yang blognya memiliki traffik tinggi,  mempunyai VPS pribadi sangat membantu kinerja websitenya agar selalu dapat terakses dengan mudah oleh pengguna juga customer.Selain itu VPS dapat digunakan juga untuk sebagai server hosting dimana kebutuhan akan loading yang tinggi sangat mudah dilakukan oleh layanan ini.


VPS dapat juga dimanfaatkan sebagai server Virtual Private Network (VPN). VPN ini merupakan sambungan koneksi pribadi yang dapat digunakan oleh pengguna terdaftar yang memiliki username dan password untuk melakukan sambungan. VPN memerlukan server yang berfungsi sebagai penghubung antar perangkat. Server VPN ini bisa dalam bentuk komputer atau VPS yang sudah terinstall VPN server di dalamnya. Teman-teman masih ingat dengan kasus penghentian sementara layanan media sosial kemarin oleh pemerintah? Ramai-ramai kan banyak yang meng-install VPN.


Kira-kira berapa sih budget untuk memiliki VPS sendiri? Mahal tidak? Tentang mahal tidaknya sangat relatif, tergantung dimana dan berapa kapasitas penyimpanan VPS yang akan kita beli. Nah, beberapa waktu yang lalu, saya mencari tahu tentang tempat dimana bisa membeli VPS dengan harga terjangkau dan menyediakan kapasitas yang besar. Dalam pencarian VPS murah ini, saya tersangkut di website domaiNesia yang ternyata memberi penawaran cukup murah dan terjangkau. Ada yang dimulai dari harga Rp 100.000 per bulan dengan kapasitas 512 MB. Jika kapasitas  512 MB dirasa masih kurang, bisa memilih kapasitas yang lebih besar lagi hingga 2 atau 4 GB dengan harga Rp 400.000 - Rp 800.000 per bulannya.


DomaiNesia juga menyediakan lisensi beberapa software berbayar seperti cPanel, CloudLinux, dan Softaculous (free) untuk memenuhi kebutuhan VPS Hosting kita. Untuk teman-teman pengguna wordpress, pengelolaan hosting dari domaiNesia juga sangat diperhatikan. Banyak cara dan petunjuk yang membantu teman-teman dalam menghubungkan website dengan Cpanel. Jadi wordpress login  perahmanitas akan sangat mudah dengan beberapa petunjuk tentang login ke Cpanel Hosting.


Apakah teman-teman juga tertarik untuk menggunakan VPS? Yuk kembangkan bisnis dan usaha kita demi perubahan kemajuan di masa yang akan datang.

       


29 komentar :

  1. Jadi seru ya membaca perjalanan ngeblog Mbk Lina dengan sejuta rasanya. Aku sendiri belum paham sih VPS karena bukan pakai WP. Tapi, membaca ini jadi makin penasaran layanan VPS.

    BalasHapus
  2. Wah iya tuh Mbak, nggak enak banget ya kalau sedang di kejar sama deadline eh server down

    BalasHapus
  3. Biaya lumayan juga ya Mbak, dibandingkan dengan ruang yang diberikan itu

    BalasHapus
  4. Itu harus membayar setiap bulan gitu ya Mbak, kalau nggak bayar jadi nggak dapat ya

    BalasHapus
  5. Wah bisa menjadi salah satu solusi nih ya Mbak buat orang lain untuk hosting website

    BalasHapus
  6. Wah terima kasih nih Mbak atas informasinya. Sangat membantu saya nih hehe

    BalasHapus
  7. Wah mba mantul perjalanan ngeblognya yah, aku zaman dulu ke warnet buat ym-an sama mirc wkwkwk jomblo akut sukanya chat begituan persis banget tagihan internet di warnet tau2 gede pengen nangis besokannya puasa atau ga numpang makan di kost temen wkwkwk...

    dantentang VPN aku baru ngeh juga nih mba, aku ya ilmu ngeblog masih cetek juga. Baru kemarin pak boss minta diulik webnya dan beliau kasih wordpress sampe puyeng masuknya piye wkwkk nanya deh ke bloher keren :D

    BalasHapus
  8. Waah aku tuh suka bingung sama urusan kayak gini mba... Makanya cari yg aman aja pake platform google yg lbh simpel.
    Wordpress keren tapi akunya blom bisa ngimbangin

    BalasHapus
  9. Domainesia komplit juga ya layanannya, bisa bantu mereka yang membutuhkan pengelolaan hosting dengan optimal. Aku punya sih mba blog wordpress, tapi masih gretongan aja belum upgrade ke domain sendiri dengan jasa VPS seperti ini.

    BalasHapus
  10. Penting banget punya VPS.. selama ini aku pake yang rame2 hehe. semoga dimampukan pake VPS biar urusan ngeblog makin lancar jaya

    BalasHapus
  11. Kalo punya ruang penyimpanan foto-foto jadi enak ya mbak, bisa nitip foto yang bagus di tempat aman. Tapi biayanya juga lumayan ya, untuk kapasitas di atas 2 GB bisa ratusan ribu per bulannya. Cocoknya untuk enterpreuner dengan kebutuhan penyimpanan macam VPS hosting ya mbak

    BalasHapus
  12. Akuuuu tertarik banget punya vps sendiri!

    Memiliki VPS itu seperti memiliki sebuah rumah gedong yang luas dan besar dengan ruang-ruang yang banyak di sebuah komplek perumahan mewah. Begitu analogi ini dimunculkan, jadi ngeh. Dulu pernah diterangkan oleh sahabat blogger Astri, tapi waktu itu baru baru ngeblog, masih oon to the max.

    Sekarang sesudah punya ratusan gambar, baru dirasa perlu punya kompleks perumahan sendiri hahahah

    BalasHapus
  13. wah, seru ceritanya mbak Lina. Baru tahu juga aku kalau Multiply dapat menyimpan foto-foto melalui fitur album. Maklum, aku baru ngeblog beberapa tahun terakhir, jadi blm kenal sama multiply, karena th 2005 internet blm booming kayak skrg, hehehe. Makasih juga cerita soal Virtual Private Server (VPS, ku juga jadi pengen punya sendiri.

    BalasHapus
  14. Sejujurnya, aku masih bingung mbak ttg VPS, VPN ini. Trus menurutku harganya juga lumayan ya.

    BalasHapus
  15. Saya sih dari awal udah suka dibantu sama domainesia kak. Belum sampai beli VPS sih soalnya blog saya sendiri masih ala2, haha. Cuma beli domain di sana dan dibantu banget gimana caranya berubah jadi .com

    BalasHapus
  16. Iya Abis browsing, baru tahu kalau domainesia paket hostingnya Murmer banget ya, ada yang cuma pilihan ribu per bulan, takjub deh..

    BalasHapus
  17. Saya terlarut dalam cerita mba Lina ketika berusaha memindahkan file di Multiply ke blog hostingnya. Jaman dulu internet masih cukup mahal dan belum banyak provider yang ada layanan internetnya.

    Ya gitu, paling-paling ke warnet dengan dua pilihan. Makan atau ke warnet?

    Saya pun pernah mengalami dilema itu. Hahaha seru dan lucu kalau diingat-ingat.


    Tentang VPS saya belum tahu, Mbak. Karena saya juga ngeblognya dari blogger. Ada satu blog yang di WP tapi itu hosting gratis juga.

    BalasHapus
  18. Saya sebenarnya nggak terlalu paham dengan VPS, hosting dan lain-lain. Jadi kemarin itu pas bikin blog emang di blospot kan yang ya super simple gitu, Trus pindah ke WP ini baru belajar hosting dll. Nah, kalau jaman Multiply dulu aku tahunya buat jualan aja. Jadi aku paling suka bukain album foto orang2 yang jualan di multiply, hehe. Kadang buka komunitas. Tapi emang dulu belum segetol sekarang urusan per-online-an. Palingan buka Friendster aja atau gak MIRC, heheh

    BalasHapus
  19. Keren jga ya Multiply, kalau aku pernah juga bikin blog yang isinya foto semua tapi gak kupublish karena untuk keperluan pribadi. Jadi kalau misal enggak pingin ditulis, cukup foto yang mewakili cerita kita yaa. Ngoong-ngomong soal vps, suamiku sering ngomongin juga, tapi belum begitu paham. eh ternyata seperti server sendiri gitu ya. kalau yang kemarin ramai itu vpn ya?

    BalasHapus
  20. Setuju banget, apalagi pas sampai di bagian ini:

    "... belajar sendiri, utak-atik sendiri, puyeng sendiri dan sempat mau muntah sendiri"

    Dulu di awal-awal buat blog di blogspot, aku ya begitu.
    Yang seru kalau pas sukses eksekusi tutorial, senangnya, bukan main berasa fly to the moon, bahahaha.
    Namun setelah itu, nafsu menulis artikel menguap, karena sudah kelelahan.
    Kini, aku lebih fokus ke konten blog saja.
    Hayati tak kuat...

    Tentang VPS apalagi, I have no idea at all...
    Masih menikmati yang gratis juga^^
    Entahlah nanti...

    BalasHapus
  21. aku lagi cari hosting nih. ini kalau 2gb 400 masih terjangkau lah di aku. itu hitungan tahun kan tapi mba? hihihi

    Dulu aku juga di Multiply, tapi jarang isi sih, lebih suka baca2 aja, hehehe

    BalasHapus
  22. Habis baca artikel mbak Lina aku jadi tertarik untuk punya VPS juga nih soalnya takut kalau suatu saat blogspot tutup.kemarin aja waktu google plus tutup udah kelimpungan karena banyak foto ilang disana hehehe

    BalasHapus
  23. Udah lama banget ya ngeblognya dari tahun 2005. Wahh pasti udah banyak banget hasil karyanya. Penting banget punya VPS.

    BalasHapus
  24. So far masih setia dengan Blogspot dan gratisannya, belum pernah beli hosting. Tapi memang beberapa bulan ini ada rencana ingin hijrah ke WP tapi masih banyak Blank-nya termasuk soal pilih Hosting, VPS ini bisa jadi salah satu referensi yang recommended ya sepertinya.

    BalasHapus
  25. Waduh, jadi waktu itu enggak semua foto dari mp selamat ya, huhu pasti sedih deh... Tadinya belum tertarik punya vps, tapi setelah baca ini jadi tertarik...

    BalasHapus
  26. Pake VPS pasti sangat nyenengin ya. Soalnya pake internet jadi gak banyakan. Pastinya lebih cepat dan aman. Duh jadi kepengen

    BalasHapus
  27. VPS ini semacam rumah buat foto-foto yang kita pajang di blog yaa, kak?
    Ga bisakah pakai media sosial lain lalu di embed ke blog?

    BalasHapus
  28. Bagus nih buat website professional ya. Tapi harus pindah ke WordPress. Aku dulu pernah punya multiply juga.

    BalasHapus
  29. Bisa dicoba nih layanan VPS untuk blog wordpress ku yang fokus ke fotografi karena layanan di tempat lain sudah hampir habis masanya

    BalasHapus

Halaman ini dimoderasi untuk mengurangi spam yang masuk. Terima kasih sudah meninggalkan komen di sini.

Made with by Lina W. Sasmita