Siang itu, tanah yang berjuluk negerinya para nabi ini tampak cerah dan menenangkan. Langit membiru tanpa sedikit pun awan yang menghiasi. Sebuah plang penunjuk di tepi jalan, mengarahkan kami yang sedang menyusuri jalanan kota agar berbelok menuju salah satu bangunan yang terletak tak jauh dari pemukiman warga.
Langit Biru Yerussalem |
Masjid Salman Al Farisi. Ke sanalah langkah kaki kami menuju. Sebuah masjid yang didedikasikan sebagai pengingat kepada salah seorang sahabat Rosululloh yang terkenal yang berasal dari Negeri Persia. Sahabat yang dikenal juga sebagai penggagas penggalian parit pada persiapan Perang Ahjab atau disebut juga Perang Khandaq, dimana sepuluh ribu pasukan musrikin Mekah dan sekutunya menyerang Kota Madinah.
Karena belum melaksanakan Salat Zuhur, kami segera mengambil air wudu di bagian samping masjid. Airnya sangat dingin dan membuat kulit merinding. Apalagi cuaca memang sedang memasuki musim dingin jadi siap-siap saja ketika berwudu kulit harus kuat menahan dinginnya air yang menusuk sampai ke tulang.
Penunjuk jalan menuju Masjid Salman. Untuk masjidnya sendiri saya lupa tidak foto. |
Di salah satu sudut masjid terdapat sebuah makam yang dianggap sebagai perwujudan makam Salman Al Farisi. Makam ini dibuat mungkin bertujuan sebagai pengingat saja, karena makam yang sebenarnya tidak berada di kawasan masjid ini. Kemungkinan besar berada di Al Mada'in Iraq dimana Salman pernah menjabat sebagai gubernur pada masa kekhalifahan Umar bin Khattab.
Kemungkinan besar masjid ini dibangun karena Salman Al Farisi pernah tinggal di kawasan tersebut sebelum beliau memeluk agama Islam. Dalam pencarian akan kebenaran, beliau melarikan diri dari kampung halamannya di Isfahan Persia untuk mengikuti kafilah dagang menuju Negeri Syam dimana dia tertarik untuk mempelajari Agama Nasrani.
Makam Salman di samping kanan mimbar. Makam dalam bahasa Arab bermakna tempat (bukan kubur) |
Salman lantas mencari dan menuntut ilmu dari pendeta ke pendeta. Dan ketika pendeta terakhir hendak wafat, pendeta tersebut memberitahukan kepadanya bahwa akan ada seorang nabi yang tinggal di sebuah tempat yang diapit oleh dua bukit dan di sana banyak terdapat pohon kurma. Dengan panduan ini, dia meminta bantuan kafilah Arab yang datang ke Negeri Syam untuk membawanya ke sana. Namun dalam perjalanan ia dijual kepada seorang Yahudi Madinah dan dijadikan budak. Pencariannya terhadap Sang Pencipta, akhirnya bermuara pada pertemuannya dengan Nabi Muhammad SAW yang pada saat itu baru saja hijrah ke Madinah. Salman pun ditebus oleh Rosululloh dan para sahabat dengan tebusan 300 batang pohon kurma dan emas seberat kurang lebih 5 kg.
Kisah perjalanan mencari kebenaran Salman Al Farisi, pernah beliau ceritakan sendiri kepada para sahabat-sahabatnya sepeninggal Rosululloh SAW. Salman berkata kepada Abdullah bin Abbas dan kepada yang lain, "Aku adalah seorang lelaki Persia dari penduduk kota Asfahan, ayahku kepala suku dan aku adalah makhluk Allah yang paling dicintainya. Hingga aku dikurung di rumah layaknya perempuan..."
Ayah Salman seorang pendeta majusi dimana mereka merupakan golongan penyembah api. Salman kecil sangat rajin membantu ayahnya sampai-sampai ia tidak membiarkan api padam. Suatu hari ayahnya sibuk hingga tak sempat mengurusi lahan yang luas. Dia menyuruh Salman untuk menengok lahannya tersebut. Dalam perjalanan Salman melewati sebuah gereja dimana orang-orang Nasrani sedang beribadah. Dia heran dan berkata pada dirinya sendiri, "Ini lebih baik daripada agama kami," lantas ia bertanya kepada orang-orang itu tentang asal usul agama mereka. Ia pun diberi tahu bahwa agama tersebut berasal dari Negeri Syam (Sekarang terbagi menjadi negara-negara Syiria, Palestina, Yordania, Libanon). Sekembalinya Salman ke rumah orang tuanya, ia menceritakan pengalamannya tersebut kepada sang ayah yang kemudian marah dan memenjarakannya di rumah. Namun ketika ada rombongan kafilah dari Syam berkunjung ke Isfahan beliau melarikan diri dan ikut serta ke negeri tersebut.
Salman al-Farisi wafat di Kota Mada'in pada 33 Hijriyah. Pada saat wafatnya, ia meminta istrinya memercikan wewangian. Beliau bilang akan ada yang datang dan karena para malaikat menyukai wewangian.
Begitulah sekilas tentang kisah Salman Al Farisi, seorang sahabat Rosululloh yang mulia. Berkunjung ke Masjid Salman Al Farisi di Yerussalem ini membuat saya kembali membuka sejarah hidup beliau dan banyak memetik pelajaran tentang sejarah hidup para sahabat yang begitu berlimpah hikmah.
MasyaAllah TabarokAllah... jalan2nya Mba Lina luar biasaaa.
BalasHapusSemoga aku juga bisa ke tempat ini ya mbaaa
--bukanbocahbiasa(dot)com--
Masya Allah mbak Lina.. semoga barakah wisata religinya. Btw jadi inget masjid Salman ITB Bandung, apa diambil dari Nama sahabat Nabi ini juga ya ��
BalasHapussubhanallah, itu senang sekali liat dan baca cerita Mba, keren deh bisa jalan2 ke sana, doaian aku ya, tapi mau haji dulu nih Mba...doaian yah
BalasHapusSering dengar nama sahabat Rosul ini, tapi baru tahu kisahnya setelah membaca tulisan mbak Lina
BalasHapusMasya Allah senangnya bisa menjejakkan tanah para sahabat Rosulullah. Semoga saya bisa menyusul kesana di kemudian hari. InsyaAllah
BalasHapusMasya allah indah banget ya disana... Duh kapan ya aku bisa kesana... Harus nabung dulu nie kayaknya
BalasHapusSaya sering mendengar nama Salman Al Farisi. Dijadikan nama masjid, dijadikan nama kelas di sekolah dasar tempat anak-anak saya belajar. Dan sekarang baru tahu sejarah pencarian untuk menemukan Islam, dari Mbak Lina. Makasih ya, Mbak :)
BalasHapusSahabat Salman Al Farisi keren. Beliau menemukan Islam dalam perjalanan yang panjang. Surat Al Baqarah ayat 62 turun berkaitan dengan perjalanan spiritual Salman Al Farisi
BalasHapusWah menarik nih, ceritanya komplit. Sepertinya banyak tempat menarik ya di Yerusalem. Jadi pengen kesana juga. semoga ada rejekinya.
BalasHapusMasyaAllah... Kisah perjalanan hidup Salman Al Farisi memang sangat mengharukan. Dan perjalananmu ke sini juga menakjubkan. InsyaAllah suatu saat akan kesini juga
BalasHapusWah, membaca tulisan mbak saya jadi kembali mengingat pelajaran Sejarah Islam saat sekolah dasar.. sungguh, banyak hikmah dari kisah-kisah Rosulullah dan sahabatnya
BalasHapusSebelum ku klik tulisannya, kirain ini Masjid Salman di kampus ITB hehehee ternyata bukan. Dari tulisan Mbak Lina, aku jadi tau nih sejarah tentang Salman Al Farisi.
BalasHapuspasti sangat menyenangkan ya, mba bisa mengunjungi tempat-tempat bersejarah dan sangat bermakna...
BalasHapusMasyallah mba jalan2 nya luarbiasa aku aja pgn keliling dunia tapi baru beberapa negara aja itu aja bersyukur banget. Insyallah aku akan keliling dunia. Aamiin bersama keluarga kalo perlu #maklum tukang ngayal hahaha
BalasHapusSalman Al Farisi
BalasHapusNama yang juga selalu dikejar para orang tua saat memberikan nama untuk anaknya
MasyaAllah... betapa mengasyikan perjalananmu mbak, karena tidak cuma jalan-jalan tetapi bisa sekaligus ziarah ke makam sahabat 😍
BalasHapusIngin rasanya aku juga merasakan hal itu, semoga suatu saat
Salman Al Farisi, baru tahu cerita lengkapnya Mbak.. bdw, dekat mimbar itu makam ya, Mbak. Jadi makamnya di dalam masjid
BalasHapusSemoga saya bisa jalan2 ke sana ya... Amin
BalasHapusLebih2 ke baitul maqdis.... Pengen banget ..
MasyaAllah beruntungnya, Mbak bisa mengunjungi Palestina. Ternyata selain Masjidil Aqsa di Palestina juga ada mesjid Salman al Farisi ya
BalasHapusMasyaAllah mba luar biasa banget perjalanannya,cerita sejarahnya lengkap juga mba,saya juga mau kesana kapan ya ada rezekinya
BalasHapusSubhanallah sekali.. indah banget mesjidnya. Semoga di kasih rezeki biar bisa berkunjung juga
BalasHapusKirain aku awalnya Masjid Salman di ITB hehehe. Wah, perjalanan hidup Salman Al Farisi ini endingnya membuat saya pengen berkunjung ke sana melihat makamnya dan jalan-jalan pastinya.
BalasHapusJalan-jalannya Teh Lina, luarrr biasa. Jadi pengin juga ke sana. Semoga suatu saat nanti.
BalasHapusMasya Allah.. luar biasa jalan-jalannya mbak, aku jadi kepingin kesana
BalasHapusMasya Allah haru pas baca ketika meminta istrinya memercikkan wewangian krn para malaikat akan datang. Aahhh bagaimana dgn kepulangan sy ya Allah
BalasHapussemoga kapan - kapan bisa berkunjung juga ke Masjid Salman Al Farisi di Yerussalem aamiin
BalasHapusMAsya Allah, apik banget ceritanya. Kalau baca buku sejarah aku suka mumet, tapi kalau postingan kayak gini yang disertai kisah perjalanan kok malah bikin penasaran ya. Duh, sungguh dirimu sangat beruntung bisa menjejak di sana.
BalasHapusKalau jalan-jalan seperti ini seperti belajar sejarah. Bedanya, kalau langsung mendatangi tempatnya jadi lebih paham sejarahnya
BalasHapusKisah hidup Salman Alfariri mengharukan ternyata ya mba, aku baru tahu
BalasHapusSalfok dengan birunya langit Yerusalem , Masya Allah Tabarakallah
BalasHapusSenang membaca tentang kunjungan Mbak Lina ke Masjid Salman Al Farisi ini...dan baru tahu kisahnya saya
Masya Allah Mba, membaca tulisan ini seperti saya Flashback ke belasan tahun lalu waktu masih rutin baca Tarekh atau Buku Sejarah Islam.
BalasHapusJadi terinspirasi ingin menjejak di Masjid Salman Al-Farisi, langit burunya Masya Allaaah indahnyaaa
Menyentuh sekali bisa berkunjung Ke Mesjid Sahabat Nabi. Di Jerusalem lagi. Perjalanan kesana sulit kah?
BalasHapusTerima kasih Mbak, sudah berbagi pengalaman dan cerita tetang sahabat rosul yang sungguh menginspirasi. Semoga aku jug bisa menginjakan kaki di mesjid salman al farisi dan juga tempat bersejarah lainnya bagi umat islam.
BalasHapusJalan-jalan ke tempat baru, terutama tempat bersejarah bagi orang muslim, apalagi ini Jerusalem, pasti akan sangat berkesan kalo mengunjungi masjid-masjid ya Mbak. Semoga bisa kayak Mbak Lina, aku bisa mengunjungi banyak tempat bersejarah dan masjid-masjidnya. :)
BalasHapusAlhamdulillah sudah sampai ke Masjid Al Farisi ya teteh.
BalasHapusSebenarnya pingun tahu detail cerita tentang Yerusamlem. Apa benar kaum muslim yang ke sana harus minimal usia 40 th, ya teh?
Mksh
Keingat di Lembang aja air sering dingin banget. Gimana air di negeri 4 musim waktu musim dingin, ya. Tapi, sepertinya menyegarkan.
BalasHapusBerasa baca shiroh baca postingan ini. Oh aku baru tau malah Salman dulu penyembah api yang cukup taat krn ayahnya pendeta ya. Untungnya dapat hidayah. Moga kelak bisa ke sana juga aamiin
BalasHapus