Kendaraan kami melintas di Pasar Kadindi, Dompu |
Perjalanan berjam-jam melintasi Kabupaten Sumbawa Barat kemudian Sumbawa Besar telah kami lalui. Kini mobil melaju dengan kecepatan menembus 100 kilometer per jam menyusuri pesisir barat Kabupaten Dompu. Menyusuri tepian Teluk Saleh yang tenang dan indah. Sayang kami melaju pada malam hari yang gelap gulita. Hanya tampak kelap-kelip lampu nelayan di kejauhan.
Di belakang kemudi, Bang Arief dengan rambut terurai
panjang sepunggung begitu serius menatap jalan. Segelas kopi yang
diteguknya saat kami makan siang di salah satu rumah makan di daerah Masbagik
Lombok, bekerja dengan sangat baik. Membuat matanya tetap awas dan terjaga.
Kang Asep yang duduk di samping Bang Arief sudah tertidur pulas. Di jok kiri
bagian tengah Bang Ming sudah menyandarkan kepalanya di tepi kaca. Marita yang
duduk di tengah-tengah juga sudah tenggelam ke alam mimpi, wajahnya tak terlihat karena tertutup slayer.
Sementara saya duduk menelungkup pada kaca sebelah kanan jendela mobil sambil
memeluk buku Tambora Sampai ke Kita karya Nunik I. Taufan. (Sebenarnya ada kisah
tragis yang menimpa suami penulis buku ini sebelum kami melakukan perjalanan ke Sumbawa. Nanti akan saya ceritakan).
Duduk di jok paling belakang duo dokter muda Yuni dan Kiky.
Keduanya sudah tak bersuara
lagi. Sama-sama pulas tertidur di antara himpitan keril yang berjejalan di
bagasi yang tembus dengan jok mereka.
Laju mobil tiba-tiba seperti tertahan karena menggilas
sesuatu. ..Ngik...ngik....suara anjing terkaing-kaing semakin jauh, jauh dan menjauh.
Saya terbangun kaget.
"Apa tadi itu Bang?"
"Anjing ketabrak." Kata Bang Arief tetap terdengar tenang. Duh kasihan.
"Apa tadi itu Bang?"
"Anjing ketabrak." Kata Bang Arief tetap terdengar tenang. Duh kasihan.
Belum genap satu jam, mobil yang kami kendarai terguncang
kembali seperti menggilas sebuah batu besar. Saya terkaget-kaget lagi dan saat bertanya kepada Bang Arief, jawabnya sama dengan tadi, ia menabrak anjing lagi. Duuuh. Maafkan kami ya anjing.
Mungkin itu pilihan yang tepat yang diambil Bang Arief daripada membanting
setir saat mobil meluncur dengan kecepatan tinggi. Tentu akan membahayakan kami para penumpang mobil.
Malam itu jalanan mulus sepi seakan milik kami. Hanya
sesekali bis antar kota antar provinsi dan iring-iringan truk yang berpapasan. Meskipun sepi, lagi-lagi mobil
kerap dibuat berhenti. Direm mendadak karena ada kuda, sapi, kambing yang nyelonong
dan kelayapan malam-malam. Para pelintas jalan itu tentu tak pernah mengerti akan keselamatan nyawanya sendiri dan nyawa para pengendara.
Begitupun menjelang pulang, setelah selesai mendaki Gunung Tambora, saya baru
jelas melihat suasana jalanan Pulau Sumbawa khususnya Kabupaten Dompu ini. Di kanan kiri hamparan savana luas sejauh mata memandang. Kerbau, sapi, kuda, kambing, merumput dengan damai. Bergerombol, berkelompok, namun
semuanya terlihat akur dan berbaur. Rasanya inilah pemandangan sekeping surga bagi saya.
Dalam jarak beberapa ratus meter terdapat rambu-rambu yang
bergambar sapi di tepi jalan. Menandakan kepada para pengendara untuk lebih
berhati-hati karena kerap terdapat sapi dan ternak lainnya yang berkeliaran dan melintas jalan sembarangan.
Entah sudah berapa belas kali, Bang Arief mengerem mendadak
laju mobilnya. Segerombolan kerbau dan sapi seringkali menyebrang tanpa
permisi. Kami bukannya kesal justru takjub dan menjerit-jerit karena sibuk mau foto-foto sementara kamera dan tablet belum siap di tangan. Sialnya lagi begitu dinyalakan, tablet sudah lowbat dan sekarat. Untung saja Kiky bawa kabel USB yang
bisa saya pinjam dan langsung dicolokin ke tape mobil hingga tablet saya bisa dicharge dengan segera.
Mobil melaju dengan kecepatan sedang. Meskipun siang hari tetap saja saat sapi-sapi yang melintas mendadak harus sangat diwaspadai. Bang Ming bilang, di sini, ayam saja jika ketabrak maka nilai ganti rugi akan dihitung oleh si pemiliknya dengan menghitung berapa telur yang biasa dihasilkan dan kerugian anak-anak ayam yang ditinggalkan oleh emaknya. Wkwkwkwk.
Kalau sapi yang tertabrak? Alamakjaaan....satu ekornya saja seharga 9 jutaan. Kalau 7 ekor yang ketabrak bisa-bisa kami pulang jalan kaki karena mobil ini sudah ganti kepemilikannya :D
Kalau sapi yang tertabrak? Alamakjaaan....satu ekornya saja seharga 9 jutaan. Kalau 7 ekor yang ketabrak bisa-bisa kami pulang jalan kaki karena mobil ini sudah ganti kepemilikannya :D
Sapi, kerbau, kuda dan ternak lainnya yang dilihat liar serta hidup bebas di hamparan padang rumput Kabupaten Dompu ini semuanya ada pemiliknya. Jadi tidak liar begitu saja. Hanya kebiasaan masyarakat melepas dan membiarkannya mencari makan sendiri. Jadi jika akan beternak di sini cukup memberi tanda saja pada hewan ternaknya seperti gantungan kalung lalu dilepas.
Padang rumput yang terhampar luas di sepanjang perjalanan tampak tak pernah menjadi semak dan tak sempat tumbuh tinggi. Ada pemotong rumput alami yang dengan siap sedia bekerja selama 12 jam sehari tanpa henti. Mesin potong rumput alami bernama kerbau, kuda dan sapi :D
Padang rumput - padang rumpur ini dari jauh maupun dekat tampak seperti hamparan permadani hijau yang menempel di lantai bumi. Bergelombang mengikuti kontur permukaan tanah dan menutupinya dengan indah.
Baca: Menggapai Puncak Tambora
Eksotisme Sumbawa sungguh luar biasa. Semoga suatu saat bisa kembali lagi ke sana.
Padang rumput - padang rumpur ini dari jauh maupun dekat tampak seperti hamparan permadani hijau yang menempel di lantai bumi. Bergelombang mengikuti kontur permukaan tanah dan menutupinya dengan indah.
Baca: Menggapai Puncak Tambora
Eksotisme Sumbawa sungguh luar biasa. Semoga suatu saat bisa kembali lagi ke sana.
Wah, itu sapi - sapi liar gitu ya? Atau ada yang pelihara?
BalasHapusSebenarnya ada yang punya Mas/Mbak tapi dilepas begitu saja di alam terbuka. Nah yang punya cukup ngasih tanda saja di leher sapinya
HapusPas baca judulnya tadi nebak-nebak siapa para pelintas itu, apa para pelancong. Eh ternyata :D
BalasHapusJadi pemandangan yang unik juga kalau seperti ini, berasa di kebun raya.
Iya betul. Saya dan teman semobil asyik jerit-jerit karena seru :D
Hapusjadi ingat di taman safari kalua lihat hewan-hewan menyebrang jalan seperti itu mbak
BalasHapusIya ya? Saya malah belum pernah ke taman safari mbak.
Hapus