Menikmati Sensasi Live Aboard di Taman Nasional Komodo

Gelap telah merangkul dan menyelimuti seluruh penjuru Taman Nasional Komodo, Nusa Tenggara Timur. Kapal yang saya tumpangi melaju perlahan di perairan yang tenang, nyaris tanpa gelombang. Kami baru saja menghabiskan senja di Pantai Merah (Pink Beach) Pulau Komodo. Dari jauh lamat-lamat berkilauan bias cahaya dari lampu kapal pinisi yang sedang turun jangkar. Perlahan kapal kami mendekat dan berhenti tepat di sampingnya. Setelah salah seorang dari ABK bercakap-cakap meminta izin, ia lantas menambatkan sauh ke arah buritan kapal pinisi tersebut. Ya, malam itu kapal-kapal ini akan menginap di sebuah teluk yang terletak di sisi barat Pulau Komodo.

Live Aboard di taman Nasional Komodo
Pulas terbungkus sleeping bag

Kecipak ombak yang terhempas ke karang-karang di pesisir pulau seperti sebuah simfoni yang mengalun dalam hening. Keheningan yang sangat mewah dan istimewa karena untuk pertama kalinya dalam hidup, saya akan menginap di kapal dan menghabiskan waktu lebih dari 28 jam hanya berada di perairan taman nasional ini. Melakukan segala hal di atas kapal termasuk makan, minum, dan aktifitas lainnya. Kegiatan seperti ini lebih dikenal dengan sebutan liveaboard atau ada sebagian lagi menyebutnya dengan istilah Live on Board (LoB).

Sebenarnya saya pernah juga menginap di kapal besar seperti kapal Kelud dan kapal Sinabung dalam perjalanan menuju Jakarta dan Batam, namun tentu saja secara fungsi, maksud dan tujuan sangat berbeda dengan konsep yang disebut dengan liveaboard ini.

Ardin, salah seorang crew kapal (ABK)   

Pada industri scuba diving tawaran mengikuti tour secara liveaboard adalah hal yang sangat lumrah. Dan untuk kawasan Taman Nasional Komodo ini liveaboard bisa dimulai dari Pelabuhan Labuan Bajo dengan memilih kapal mana yang akan digunakan. Pada umumnya kapal yang disewakan di TN Komodo menggunakan kapal Pinisi dengan harga sewa sekitar 6 hingga 7 juta per harinya. Namun jika ingin menghemat, para pengunjung bisa menyewa kapal yang lebih murah yang tentu saja berukuran lebih kecil dibandingkan dengan kapal pinisi. Harga sewa kapal kecil ini rata-rata 2,5 juta per hari. Seperti halnya kapal yang kami sewa. Niat hati ingin menaiki kapal pinisi namun sayang isi kantong hanya cukup untuk menyewa kapal kecil saja. Meskipun demikian saya sangat-sangat bersyukur dapat menginjakkan kaki di perairan yang indah ini.

Live Aboard di Taman Nasional Komodo
Membaca sabil tertidur :D

Selepas sholat isya, saya segera rapi-rapi membereskan barang-barang yang berserak di geladak kapal. Setelah itu lalu berbaring dan membungkus tubuh dengan sleeping bag. Meskipun udara tidak dingin seperti di gunung, namun hembusan angin laut tetap saja membuat kulit merinding kedinginan. Dan beberapa jam kemudian saya tertidur pulas dan nyaman. Meskipun kapal kami kecil, tak terasa guncangan ombak sedikit pun. Dan kalau pun arah haluan kapal berubah-ubah itu semata karena angin laut dan ikatan sauh dengan kapal pinisi yang mendekat dan menjauh.

Malam semakin merayap melewati tengah malam. Langit gelap pekat mulai bertaburan bintang-gemintang. Gugusan bintang dalam galaksi Bima Sakti satu-satu mulai menampakkan diri. Saat itu pukul dua dini hari. Tatkala ombak seakan berhenti bergerak dan malam seolah merambat teramat lambat, saya terbangun lalu berjalan menuju haluan kapal. Beberapa menit terpaku karena terpukau dengan pemandangan langit yang bertabur bintang-gemintang. Sayang, tak dapat mengabadikan sajian istimewa dari atas langit itu dengan jepretan kamera. Berkali-kali mencoba tetap gagal dan hasilnya hanya gelap dan gelap. Biarlah, saya lantas mengembalikan kamera ke tempatnya lalu kembali berdiri di haluan sembari mengamati bintang yang bersinar berseri-seri.

Live Aboard di Taman Nasional Komodo
Suasana kapal

Dini hari itu saya kembali tertidur. Berkemul dalam sleeping bag seperti seekor ulat bulu. Alangkah nyaman dan damainya malam itu. Tak ada nyamuk tak ada binatang apa pun yang datang mengganggu. Meski sempat khawatir ada komodo nyasar yang tiba-tiba muncul di pesisir dan berenang menuju kapal kami.

Pagi mulai menjelang. Matahari pun mulai menerang. Hari baru telah datang membawa harap dan berjuta keinginan. Hanya mengucap syukur dapat melalui malam dengan tenang tanpa gangguan.

10 komentar :

  1. Mbak tidur di dalam sleeping bag hangat ya? aku belum pernah loh. Kemping juga gak pakai itu kemarin

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hangat mbak. Malah klo suhu udara normal bisa kepanasan mandi keringat.

      Hapus
  2. Indah, damai, yaa saat diatas kapal dimalam hari, hanya debur ombak dan langit penuh bintang, aihhh ngiri aku ama Mbak Lina.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul Mbak, damai dan tak terlukiskan kata-kata.

      Hapus
  3. waaaaa......mau juga kesana makkkkkkkkk......pasti seru

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau sudah diniatkan Insya Allah terwujud Mak. Di sana luar biasa pokoknya.

      Hapus
  4. aarrghhh gimana itu rasanya berjam-jam diatas kapal, bagus ya mbak pemandangannya, mupeng :((

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sangat bagus di permukaan dan ternyata lebih bagus lagi di kedalaman lautnya. Sangat berharga sekali dapat berkunjung ke tempat ini.

      Hapus
  5. pengen merasakan nginap di kapal kecil juga deh mba, ditemani geminta..seru yaaa...

    BalasHapus
  6. Mbak, pakai kapal kecil gitu ada kamar mandinya juga kah?

    BalasHapus

Halaman ini dimoderasi untuk mengurangi spam yang masuk. Terima kasih sudah meninggalkan komen di sini.

Made with by Lina W. Sasmita