![]() |
Menikmati Senja di Pantai Merah |
Di langit, tepat di atas laut yang masih menyisakan
hijau tosca, awan bergulung-gulung. Bergumul melingkar-lingkar. Menurunkan
aliran hujan serupa air terjun yang jatuh dari langit. Pemandangan
indah sekaligus menggetarkan. Menciutkan nyali agar segera mempercepat langkah
menjelajahi setiap sudut pantai ini. Cepat atau lambat awan hujan akan
tergiring ke sini dan melumat kami dengan kuyup.
![]() |
Awan Hujan Mirip Air Terjun |
Pasirnya Lembut |
Pantai Merah. Begitulah penduduk di sekitar Taman Nasional Komodo menyebut lokasi ini. Namun media, dunia maya, dan pengguna sosial media kerap menyebutnya sebagai
![]() |
Pemandangan dari Arah Bukit |
Pantai merah tidaklah terlalu luas. Sisi kiri dan kanannya
dibatasi oleh bukit-bukit yang menghijau yang ditumbuhi rumput jarum dan
ilalang. Bukit-bukitnya menghijau karena saat itu hujan kerap singgah. Sedangkan saat kemarau
tiba, bukit-bukit berubah gersang, menguning bahkan memerah. Namun apapun
perubahan warna di pulau dan bukit-bukit di Taman Nasional Komodo ini semuanya
tetap indah menawan hati.
Terumbu karang ini yang menyebabkan pasirnya berwarna merah muda (pink) |
Meski tak puas menikmati senja yang sepotong ini,
hembusan angin yang membawa gulungan awan hujan membuat kami segera beranjak pergi dari
ketinggian bukit. Separuh hati masih tertinggal di sana . Terlebih saat turun kembali ke
pantai dan mengamati perubahan warna
pada pasirnya, potongan terumbu karang
yang terbawa ombak dari kedalaman lalu terhempas ke tepi pantai mulai tampak berserakan,
bertebaran. Membuat hati penasaran.
Mesin kapal segera dinyalakan. Rintik hujan dengan
bulir-bulir sebesar buliran padi mulai berjatuhan. Kami segera mencari perlindungan. Menutup sisi kiri dan kanan kapal dengan terpal yang sudah tersedia secara
tergesa-gesa.
Dari kejauhan suara kapal lain mulai mendekat. Lalu menyentuhkan
bibir kapalnya hingga berdempetan dengan kapal kami. Ardin, awak dari kapal yang kami
tumpangi menerangkan bahwa kapal yang baru datang adalah kapal warga Pulau Komodo yang
menjual barang-barang cindera mata. Sontak saja kami berdua melongokkan kepala ke kapalnya penuh riang dan gembira.
Berhari-hari kami membincangkan dimana tempat membeli cindera mata khas Taman
Nasional Komodo untuk dibawa pulang ke Batam. Dan senja itu cindera mata seakan mendatangi kami dengan sendirinya.
Patung komodo yang jadi salah satu kerajinan tangan |
Hujan masih mengguyur lebat. Namun ombak di laut masih bersahabat.
Kapal kami pun tetap melaju tenang menuju sebuah cerukan di sebelah barat untuk sandar dan
menambat. Menghabiskan malam di ujung selat yang gelap pekat.
saat hujan pantai pinkmasih telihat warna pinknya gak sih mbak? aku penasaran
ReplyDeleteMasih dong Mak. Karena memang pasirnya yang berwarna pink, bukan efek cahaya.
DeleteTerumbu karangnya cantiik...
ReplyDeleteIya dan langka mbak. Jarang nemu yang merah seperti ini
DeleteCantik bgt ...
ReplyDeleteHayuk kapan artikelnya dikirim ke media?
www.alimuakhir.com
Pengen banget Kang, mudah-mudahan segera :D
DeleteIngin kemari suatu saat nanti, mungkin akhir musim penghujan saat hujan tidak sering menyapa dan bukit masih terlihat hijau.
ReplyDeleteSemoga tercapai keinginannya.
DeleteCantiiiiik...
ReplyDeletedan manis :D
DeleteJadi pengen ksana,asik kali kalo seharian dsana.. Ada snorkeling jg g dsna?
ReplyDeleteJustru wisata scuba diving dan snorkeling yang menjadi primadona di sini Mas. Jauh-jauh bule datang hanya untuk melakukan 2 hal itu.
DeletePantainya cantik ya mbaak, bersih jadi berasa pengen nyebur deh
ReplyDeleteBanget Mbak. Saya juga pengen nyebur-nyebur cantik ala ikan duyung di sini haha..
Deleteitu patung komodo nya bikin kaget kirain beneran :))
ReplyDeleteJalan2Liburan → Weekend Well Spent in Disneyland Paris
Iya ih mirip banget, saya juga kaget pas lihat langsung.
DeleteSemakin menambah referensi tempat yang harus dikunjungi nich.... :)
ReplyDelete