Sudah pernahkah Kamu mendengar tentang Pulau Penyengat?
Bagi yang sering mampir ke blog ini, setidaknya pernah membaca satu atau dua
postingan saya yang lawas-lawas mengenai pulau tersebut. Yup, saya pernah
menuliskannya ketika para blogger di Kepri sedang berkampanye dengan menggembar-gemborkan pelaksanaan Festival Pulau Penyengat 2016. Tulisan lainnya membidik berbagai lomba seperti lomba foto dan lomba gasing pada acara tersebut.
Mesjid Sultan Riau - Lingga Pulau Penyengat |
Lebaran kemarin, saya dan keluarga sengaja
datang ke Pulau Penyengat untuk ikut melaksanakan Sholat Idul Fitri di Mesjid Sultan
Riau - Lingga yang berada di pulau yang sangat bersejarah ini. Alhamdulillah niat yang
sudah muncul sejak tahun lalu akhirnya terlaksana jua.
Pelantar beton menuju pelabuhan |
Jembatan menuju pelabuhan apung |
Masih berkabut |
Pada pagi yang masih menggariskan kabut di
ujung laut, kami sudah meluncur meninggalkan sebuah penginapan murah di Kota
Tanjungpinang untuk menuju pelabuhan. Jejeran motor memenuhi pelantar beton
menyambut suasana pagi fitri dengan rapi. Tak ramai orang yang akan menyebrang
kala itu. Kami harus menunggu penumpang lainnya untuk dapat menyebrang sementara
waktu sudah menunjukkan pukul 06.30 WIB. Sholat Ied di Batam tempat asal kami,
lazimnya, digelar tepat pukul 07.00 pagi. Tak heran kami mendadak waswas dan
takut seandainya penumpang lain tidak ada yang datang hingga jam tujuh nanti.
Naik perahu motor (pompong) menuju P.Penyengat |
Baru beberapa menit menanti, kami tertolong
oleh seorang Bapak yang berpakaian khas Melayu yang datang bersama keluarganya
yang bersedia mencarter pompong (perahu motor) menuju Penyengat. Saya mendengar
perbincangan antara Si Bapak dengan pengatur pompong pelabuhan yang menyepakati
biaya carter pompong sebesar 150.000 rupiah sekali hantar. Kalau tidak
mencarter, mereka akan bernasib seperti kami juga menunggu penumpang lain
datang hingga kapasitas pompong terpenuhi. Namun syukur Alhamdulillah, setelah
saya bertanya apakah kami boleh menumpang, Si Bapak mengijinkan kami ikut pompong carterannya.
Menjelang tiba di Pulau Penyengat, kami membayar ongkos pompong sebesar Rp
15.000 per orang kepada si Bapak tersebut.
Pulau Penyengat |
Laut sedang surut |
Sisi lain Pulau Penyengat |
Pompong merapat di pelabuhan Pulau Penyengat.
Samar , suara takbir beresonansi memenuhi hampanya
udara pagi. Pelabuhan itu teramat lengang. Udara yang hangat dengan hawa laut
yang pekat di penciuman, lindap merambat. Menambat getar-getar syahdu rindu
yang lantas memantulkan gema taqwa kepada rongga jiwa.
Tiba di pelabuhan Pulau Penyengat |
Pompongnya dua tingkat |
Allaaahuakbar….
Allaaahuakbar….
Allaaaahuakbar.
Laaaa…ilaaa
haillallohuwallooohuakbar
Allaaahuakbar,
walillaaahilham.
Langkah kami tergesa. Lantunan takbir semakin
nyaring terdengar di telinga. Sembari berjalan sesekali saya membidikkan
kamera. Menangkap dua sosok ayah dan anak yang berjalan sambil berpegangan
tangan. Sejumput haru menyatu dalam kalbu. Semoga kebersamaan kami akan terus
dirahmati. Semoga keluarga kecil kami selalu dicurahi kasih sayang yang tak
terbilang.
Tiba di Pulau Penyengat |
Suasana Mesjid Sultan Riau atau lebih dikenal
dengan sebutan mesjid Pulau Penyengat terlihat ramai namun rapi dan tertib.
Sajadah-sajadah tergelar menghadap kiblat hingga halaman menuju tangga keluar.
Shaf antara laki-laki dan perempuan terhalang kain putih yang terbentang
setinggi kepala orang dewasa.
Saya dan Chila memasuki bangunan di luar
mesjid sebelah kanan. Di sana
masih banyak sajadah-sajadah kosong yang belum terisi. Dari pengeras suara,
panitia mengumumkan perolehan zakat fitrah, infaq, fidyah, dan lainnya. Selain
itu menerangkan juga tentang tata cara sholat ied. Hal ini penting disampaikan karena
sholat Idul Fitri hanya dilaksanakan
setahun sekali, jadi kemungkinan besar ada saja yang lupa tentang tata caranya.
Pukul 07.30 WIB sholat Ied digelar khidmat
sebanyak 2 rakaat. Setelah Sholat Ied, terdengar khutbah Idul Fitri dimulai.
Salah satu hal yang saya ingat dari isi khutbah tersebut adalah tentang sebuah pertanyaan
kenapa manusia tidak dapat melihat Allah SWT?
Secara biologi dan fungsi, mata manusia tidak
bisa melihat karena dua sebab. Karena pencahayaan gelap (terlalu gelap) dan
karena cahaya terlalu terang. Dalam sifat-sifat Allah, kita mengenal bahwa
Allah adalah Yang Maha Bercahaya. Maka karena Allah terlalu bercahayalah yang
menyebabkan manusia tidak dapat melihat Allah SWT. Sang Imam mencontohkan sebuah
kisah, ketika Nabi Musa mendaki ke sebuah gunung dan meminta agar melihat Allah
SWT secara langsung, maka tatkala Allah datang dan akan memperlihatkan
diri-Nya, maka Nabi Musa pingsan karena tidak kuat untuk melihat Allah SWT.
Allahu Akbar.
Selepas khutbah, para jamaah bersalam-salaman
sambil berpelukan. Tampak di halaman mesjid, seorang anak sedang terisak di
pelukan ayahnya. Kepalanya menunduk dengan dahi dikecup tanpa henti oleh ayahnya.
Pemandangan yang membuat hati terenyuh.
Bersalaman dan bermaaf-maafan |
Doa-doa sang ayah |
Ketika suasana sudah cukup lengang, kami turun
ke jalan di bawah mesjid Sultan. Sambil duduk di bangku di tepi jalan, saya
merekam suasana bahagianya Hari Raya di depan gerbang mesjid bersejarah
peninggalan Sultan Riau – Lingga ini. Tampak di tangga menuju mesjid, beberapa
keluarga berkumpul, berfoto membuat video ucapan Selamat Hari Raya dengan wajah
ceria dan sumringah penuh tawa bahagia.
Begitu pula dengan kami sekeluarga, dengan
ucapan yang tulus dari lubuk hati kami yang terdalam, kami ingin mengucapkan:
Minal
Aidin Walfaidzin, Mohon Maaf Lahir dan Batin
Minal aidin wal faizin Mbak Lina. Pastinya sangat berkesan Sholat Idul Fitri di Pulau Penyengat Riau ini. Usaha yang langsung terbayar dengan syahdunya takbiran :)
BalasHapusAlhamdulillah Mbak. Berkesan banget soalnya sudah diniatkan sejak lama. Minal Aidin Walfaidzin juga untuk Mbak sekeluarga.
HapusBaju2nya kayak di malaysia yaaaa
BalasHapusIya, kan baju khas Suku Melayu.
HapusJauh nih, sholat ied nya sampai di penyengat. He he
BalasHapusTapi memang suasananya spt di kampung sih ya kalau lebaran di sini.
Iya Mas, berasa khidmatnya :D
HapusBaru tau ni kk,, padahal aku warga riau juga.. hiks.. hiks.. kalo dari Duri jauh ga ya ?
BalasHapusDari Duri kena naik kapal ke Batam dulu Mbak. Lalu ke Tanjungpinang dan setelah itu nyebrang Pulau Penyengat.
HapusBaru tau ni kk,, padahal aku warga riau juga.. hiks.. hiks.. kalo dari Duri jauh ga ya ?
BalasHapusJauh Mbak.
HapusMaaf lahir batin teh Lina, bang Ical, juga Chilla.. :)
BalasHapusSami-sami Dee, hatur nuhun :D
HapusMohon maaf lahir dan batin juga Mbak...
BalasHapusTerima kasih, sama-sama Mbak.
HapusWah kapan-kapan boleh juga nih coba shalat ied di Pulau penyengat. Seru ya Teh.
BalasHapusIya Teh Cum seru dan berasa bedalah.
HapusPernah baca ttg pulau penyengat waktu temen bulan madu kesana..
BalasHapusSuka sama bajunya melayu banget..
Perjuangan juga ya mau sholat ied..tapi terbayar sudah denhan takbir yang saling berkumamdang..
Betul Mbak Widhie, penuh perjuangan :D ini pulau sangat terkenal kalau bagi orang Melayu mah.
Hapusunik juga ya lebaran di tempat bersejarah gini :)
BalasHapusIya Rin, seru pokoknya.
HapusMinal Aidzin ya Kak. Seru banget ya itu. Suasananya beda banget.
BalasHapusItu tapi sampah di sisilainnya, sangat disayangkan. Selain itu keren, belum pernah saya mengalaminya.
Terima kasih, iya Alhamdulillah seru. Kapan-kapan main ke Penyengat :)
HapusWaaah, syahdu ya sholat IED disana, jadi pengen deh, semoga tahun depan udah punya suami biar bisa sholat disana, aamiin..
BalasHapusAmiiin semoga ya Allah. Diaminkan malaikat selangit juga deh. Amiin amiin.
Hapusdear gebetan. peka dikit napa 😛
Hapuswah si teteh ternyata lebaran di tg pinang..napa tak nyolek2 ? kapan bisa makan ketupat di rumah saya
BalasHapusSaya nyolek di IG pas lebaran ketiga itu Mbak Ana. Pulang dari Kijang. Kapan-kapan nginap situ deh ya.
Hapus
BalasHapusSelamat hari raya Idul Fitri, maaf lahir batin. Btw pompong nya yang 2 tingkat itu unik juga :)
Iya Mbak, unik dan menarik, saya mau naik pompong tersebut tapi gak beroperasi hari itu.
HapusMibal aizin wal faizin, Mba Lina. Mohon maaf lahir dan batin yaa.
BalasHapusPakaiannya khaa melayu banget yak? Pasti nuansa melayu terasankhas banget di sana yaaa?
Sama-sama Mbak Al. Iya ini memang negeri Melayu, dan pernah menjadi pusat pemerintahan kerajaan Melayu Riau-Lingga. Tak heran pakaiannya masih khas Melayu.
Hapussuch a quiet and peace place! Btw ini tempatnya lebih ke bernuansa melayu ya?
BalasHapusSalam kenal! Mampir ke blog aku ya!
https://dolinafatitela.blogspot.co.id
Iya, justru kawasan inilah yang menjadi asal-usul negeri Melayu.
Hapusminal aidin wal faidzin mba Lina
BalasHapuswaah keliatannyakhas bgt ya lebaran di sana..seruuu
Terima kasih Mbak Ophi, iya ini khas tanah Melayu. Tempat ini pernah menjadi pusat pemerintahan kerajaan Melayu Riau Lingga.
HapusSayang bgt ya mbak ... Pulau secantik itu dikotori sampah ya mbak .. Semoga ke depannya lbh diperhatikan ya :)
BalasHapusKalau sedang surut emang rata-rata pulau berpenduduk menyisakan sampah seperti ini. Bukan berasal dari penduduk asli pulau saja sih tapi dari pulau sebrangnya yang terbawa ombak.
HapusKalau mau lebaran dengan nuansa kampung atau kangen lebaran di kampung, cukup ke sini aja ya!
BalasHapusIya ide yang bijak Bang Uma :D
HapusPompong dua tingkatnya lucu, jadi kangen euy ke Batam lagi. Btw, minal aidin wal faidzin ya, Mbak. Mohon maaf lahir dan batin.
BalasHapusSepertinya pas ke Batam pulau ini terlewatkan untuk didatangi. Hayu ke Batam lagi :D
HapusMinal aidzin wal faidzin...
BalasHapusJembatan menuju pelabuhan abung instagram-able bgt
Salam kenal dr blogger ala2
Haha yang anak instagram mah jeli banget mengamati :D
HapusWah pasti seru sekali ya mba Lina bisa lebaran di sana. Perjalanan yang sesuatu untuk menuku hari fitri.. ah jadi rindu pingin main lagi ke sana. Naik Pompong.. hmm.
BalasHapusWaah Mbak Ira pernah ke Penyengat ya? Iya saya kalau naik pompong dan menyesap hawa laut itu rasanya damai banget.
HapusSelamat Lebaran mbak,mohon dimaafkan segala kesalahan ya.
BalasHapusTerima kasih Mak Prim. Sama-sama mohon maaf atas segala khilap selama ini.
HapusMohon maaf lahir dan bathin juga ya mbak...
BalasHapusSaya penasaran dengan nama pulaunya. Penyengat, ada asal usulnya gak, mbak?
Iya ada, dahulu kala (ciyee mulai bercerita sejarah nih saya :D) ketika orang-orang memasuki pulau ini disengat oleh sejenis serangga tapi tidak diceritakan serangganya sejenis apa.
HapusSeru banget nih. Mantab tulisannya.
BalasHapusMakasih Mas Wah :D
HapusIndah. Tapi sayang sampah2nya ya mbak. Semoga pemerintah daerahnya aware utk menghimbau dan mendidik masyarakat agar menjaga keindahan pulaunya.
BalasHapusIya Mbak sayang banget. Tapi sebagian sampah-sampah ini tidak datang dari Pulau Penyengat sendiri melainkan dari mana-mana yang terbawa arus ke darat.
Hapusaiiih.. ini keren!!!
BalasHapusjadi kepikiran tahun depan shalat ied di pulau seberang juga :D
btw, itu pulau penyengat memang dekat banget ya kak? sampai kelihatan gitu masjidnya?
Iya dekat banget. Jarak 10 menit saja.
Hapuswahh, saya baru tahu nih.. makasih banyak buat infonya, semoga bermanfaat bagi para pembaca termasuk saya. perbanyak artikelnya supaya banyak visitor yang betah berkunjung disini.
BalasHapusTerima kasih Mas Gagan telah sudi berkunjung ke blog saya :)
Hapusalhamdulillah ya . bisa berkesempatan idul fitri di pulau seberang sana. mereka kadang punya budaya yang beda dgn jawa. sy jg pernah idul fitri di Papua. dan itu sgtlah berkesan sekali.
BalasHapusbtw, taqobballahu minna waminkum. Mohon maaf lahir dan batin ya Mbaa
Iya merasakan Idul Fitri di tempat lain itu rasanya emang beda banget. Sama-sama mohon maaf lahir dan batin juga.
Hapushuhuhu lebaranku gitu aja abis solat makan ya udah secara g ada sodara :")
BalasHapusmet idul fitri mak... niat ya jauh2 solat idul fitri kesana btw
Iya ini juga gak ada sodara makanya melalak jauh-jauh haha.
Hapusmohon maaf lahir bathin ya kak 🙏
BalasHapusSama-sama Ahmad, maaf ya sering canda-canda.
Hapuspengalaman yang menyenangkan pastinya, bisa merasakan sholat idul fitri di tempat yang berbeda....
BalasHapusBetul sangat berkesan malah.
Hapus