Pulau Ayam |
Letung, Pulau Jemaja, Kabupaten Anambas, Kepri
Mengawali pagi di Jemaja Anambas,
adalah menikmati sajian sarapan nasi dagang dengan secangkir kopi hangat
yang banyak tersaji di kedai-kedai kopi di sepanjang jalan di kota pelabuhan kecil, Letung dan sekitarnya.
Sarapan dengan Kue putu piring |
Nasi dagang |
Pagi di Jemaja, adalah pagi yang tenang dan penuh kedamaian. Dalam detak waktu yang bergerak lambat bersama lantunan kecipak ombak yang tenang dan tampak riak-riak bercerminkan iringan awan yang berarak-arak.
Pagi di Jemaja, adalah salah satu pagi yang paling tenang yang pernah saya lalui dalam beberapa tahun terakhir.
Mentari enggan bersinar pagi itu.
Awan putih dan kelabu telah menyelimuti seluruh penjuru langit Jemaja dan
pulau-pulau sekitarnya. Bergelung seakan enggan beranjak. Namun ombak tetap bersahabat. Hanya mengayun lembut kapal dan perahu yang tertambat.
Para
nelayan telah memulai pagi lebih awal lagi. Ada yang bergerak pulang ke darat dan ada juga
yang baru akan berangkat. Beberapa nelayan yang merapat ke tepi dermaga kecil
di dekat penginapan kami, tampak sibuk memindahkan balok-balok es dari troli ke
kotak-kotak penyimpan ikan di dalam kapal.
Bersama Risty dari Bali & Beyond Magazine |
Usai sarapan rombongan bergerak menuju dermaga yang terletak di samping penginapan. Melompat dan menaiki kapal yang akan membawa kami keliling ke beberapa pulau di perairan sekitar Pulau Jemaja. Pulau-pulau eksotis dengan keragaman lansekap dan keunikan biotanya masing-masing.
Di batas pandang, langit makin menghitam. Garis-garis vertikal yang menghubungkan langit dan laut seketika membuat ciut nyali. Hujan sedang turun di ujung sana. Hujan telah mengguyur sebagian perairan dan pulau-pulau. Sementara kapal kami sedang bergerak lurus menyongsong hujan yang turun deras di hadapan.
Pulau Ipan
Pak Ishak, Sang nakhoda kapal
telah faham betul menghadapi situasi seperti ini. Dengan intuisi dan pengamatan
puluhan tahun mengendalikan kapal, ia pun membelokkan kapal ke arah sebuah
pulau tanpa penghuni yang diberi nama Pulau Ipan.
Pulau Ipan memiliki pantai berpasir putih dengan pepohonan kelapa mendominasi hampir seluruh pesisir. Perairan Pulau Ipan juga memiliki warna air laut biru tosca dengan visibility yang jernih meskipun langit tampak memutih.
Kapal melepas jangkar. Meskipun agak ragu, dua orang rekan, Widiarso dan Santo, mencoba menceburkan diri ke dalam air. Dan byuuur. Arus kuat membuat keduanya menjauh dari kapal.
Widiarso yang masih dekat dengan kapal segera kembali sedangkan Santo tampak semakin menjauh. Tangannya memberi isyarat. Saya berteriak mengingatkan yang lain agar memperhatikan Santo yang terbawa arus. Namun teman-teman yang lain mengira ia sedang bercanda.
Salah satu awak kapal dengan sigap berenang menghampiri Santo. Seberapa pun kuat ia berenang, arus tetap membuatnya bergerak menjauh. Kapal kami pun segera mendekat sehingga Santo dan awak kapal tak perlu jauh-jauh berenang menentang arus.
Karena arus kuat tersebut maka kami tidak jadi snorkeling di perairan Pulau Ipan. Kapal pun bergerak menuju Pulau Keramut.
Senyum sebelum nyebur. Foto: Risty N. |
Pulau Ipan memiliki pantai berpasir putih dengan pepohonan kelapa mendominasi hampir seluruh pesisir. Perairan Pulau Ipan juga memiliki warna air laut biru tosca dengan visibility yang jernih meskipun langit tampak memutih.
Kapal melepas jangkar. Meskipun agak ragu, dua orang rekan, Widiarso dan Santo, mencoba menceburkan diri ke dalam air. Dan byuuur. Arus kuat membuat keduanya menjauh dari kapal.
Widiarso yang masih dekat dengan kapal segera kembali sedangkan Santo tampak semakin menjauh. Tangannya memberi isyarat. Saya berteriak mengingatkan yang lain agar memperhatikan Santo yang terbawa arus. Namun teman-teman yang lain mengira ia sedang bercanda.
Salah satu awak kapal dengan sigap berenang menghampiri Santo. Seberapa pun kuat ia berenang, arus tetap membuatnya bergerak menjauh. Kapal kami pun segera mendekat sehingga Santo dan awak kapal tak perlu jauh-jauh berenang menentang arus.
Karena arus kuat tersebut maka kami tidak jadi snorkeling di perairan Pulau Ipan. Kapal pun bergerak menuju Pulau Keramut.
Pulau Keramut
Hujan mengguyur saat kami tiba di Pulau Keramut. Rombongan kami terus bergerak menuju ke salah satu rumah penduduk. Di sana terdapat penangkaran penyu yang dimiliki oleh seorang warga secara mandiri. Namun sepertinya penangkaran ini sudah tidak terurus lagi. Saya melihatnya hanya seperti keramba hewan laut yang dipelihara, bukan untuk ditangkarkan.
Menurut pengakuan seorang ibu yang menjaga penangkaran, tukik-tukik ini tahun lalu jumlahnya sekitar seribuan namun banyak yang mati karena tidak terurus. Terlebih suaminya sudah mempunyai pekerjaan lain.
Kami pun berinisiatif melepas beberapa ekor terutama yang ukurannya sudah besar-besar. Setelah meminta izin ke si ibu penjaga, tukik-tukik lemah itu satu per satu dilepaskan di luar keramba.
Entah sudah terbiasa hidup di situ atau karena tidak menyadari sudah dilepaskan, ada dua ekor tukik yang dilepas tidak bergerak kemana-mana. Ia tampak lemah dan sakit. Saya mendadak sedih. Namun tak tahu apa yang mesti diperbuat.
Totalitas para fotografer dalam mengabadikan gambar |
Tukik yang sakit |
Pulau Keramut |
Pasukan Kepri Famtrip. Foto: Santo Media Indonesia |
Menurut pengakuan seorang ibu yang menjaga penangkaran, tukik-tukik ini tahun lalu jumlahnya sekitar seribuan namun banyak yang mati karena tidak terurus. Terlebih suaminya sudah mempunyai pekerjaan lain.
Kami pun berinisiatif melepas beberapa ekor terutama yang ukurannya sudah besar-besar. Setelah meminta izin ke si ibu penjaga, tukik-tukik lemah itu satu per satu dilepaskan di luar keramba.
Entah sudah terbiasa hidup di situ atau karena tidak menyadari sudah dilepaskan, ada dua ekor tukik yang dilepas tidak bergerak kemana-mana. Ia tampak lemah dan sakit. Saya mendadak sedih. Namun tak tahu apa yang mesti diperbuat.
Pulau Durate
Setelah meninggalkan Pulau Keramut kapal bergerak menuju Pulau Durate. Pulau dengan kontur pantai yang
landai. Dengan pesisir pantai yang ditumbuhi pohon-pohon kelapa.
Di perairan ini hampir semua rekan-rekan turun ke laut untuk berenang dan melihat keindahan bawah lautnya. Meskipun cukup berarus, kami tetap dapat menikmati beberapa titik terumbu karang yang unik-unik. Terumbu karang ini jaraknya hanya beberapa meter saja dari tepi pantai.
Selepas berenang dan snorkeling kami pun makan siang dengan lahap. Lauk ikan dan sambal terasa masih hangat karena baru saja selesai dimasak para awak kapal.
Saat makan siang, saya sempat keheranan ketika para awak kapal makan sotong goreng dengan sambal yang terbuat dari campuran cabe rawit yang diulek kasar dengan perasan air jeruk. Sempat bertanya Bagaimana cara mereka menggorengnya karena saya sendiri tiap kali menggoreng sotong di rumah, minyak gorengnya selalu meletup-letup dan tangan serta bagian tubuh lainnya kerap kecipratan minyak goreng panas.
"Gorengnya tak pakai garam," kata seorang awak kapal menjawab kepenasaranan saya. Lalu mereka juga menerangkan tentang sambal air jeruk yang dibuatnya. Baru kali ini saya tahu sambal ini, hanya terbuat dari air jeruk, garam, dan cabe saja. Menarik untuk dicoba di rumah apalagi saat mencobanya, ternyata enak sekali.
Setelah makan siang kapal kami melanjutkan perjalanan ke Pulau Batu, namun karena cuaca tidak memungkinkan, kapal melanjutkan perjalanan ke Pulau Ayam. Sebenarnya masih ada beberapa pulau yang ada dalam daftar kunjungan seperti Pulau Dayang, Pulau Anak, Pulau Penaha, dan Pulau Kuku, namun karena waktu terlalu sore maka hanya terkejar ke Pulau Ayam saja.
Mengintip kejernihan laut P. Durate. Foto: Yuli Seperi |
Berlabuh di Pulau Durate |
Bersihnya Pantai di Pulau Durate |
Terumbu karang Pulau Durate. Foto: Ferdy Siregar Harian Analisa Medan |
Jernihnyaaaa. Foto: Mas Pram Ngapak. |
Di perairan ini hampir semua rekan-rekan turun ke laut untuk berenang dan melihat keindahan bawah lautnya. Meskipun cukup berarus, kami tetap dapat menikmati beberapa titik terumbu karang yang unik-unik. Terumbu karang ini jaraknya hanya beberapa meter saja dari tepi pantai.
Snorkeling rame-rame. Foto: Santo Media Indonesia |
Pulau Durate. Foto: Yuli Seperi |
Selepas berenang dan snorkeling kami pun makan siang dengan lahap. Lauk ikan dan sambal terasa masih hangat karena baru saja selesai dimasak para awak kapal.
Saat makan siang, saya sempat keheranan ketika para awak kapal makan sotong goreng dengan sambal yang terbuat dari campuran cabe rawit yang diulek kasar dengan perasan air jeruk. Sempat bertanya Bagaimana cara mereka menggorengnya karena saya sendiri tiap kali menggoreng sotong di rumah, minyak gorengnya selalu meletup-letup dan tangan serta bagian tubuh lainnya kerap kecipratan minyak goreng panas.
"Gorengnya tak pakai garam," kata seorang awak kapal menjawab kepenasaranan saya. Lalu mereka juga menerangkan tentang sambal air jeruk yang dibuatnya. Baru kali ini saya tahu sambal ini, hanya terbuat dari air jeruk, garam, dan cabe saja. Menarik untuk dicoba di rumah apalagi saat mencobanya, ternyata enak sekali.
Sotong goreng dan sambal air jeruk |
Setelah makan siang kapal kami melanjutkan perjalanan ke Pulau Batu, namun karena cuaca tidak memungkinkan, kapal melanjutkan perjalanan ke Pulau Ayam. Sebenarnya masih ada beberapa pulau yang ada dalam daftar kunjungan seperti Pulau Dayang, Pulau Anak, Pulau Penaha, dan Pulau Kuku, namun karena waktu terlalu sore maka hanya terkejar ke Pulau Ayam saja.
Pulau Ayam
Dari kejauhan, Pulau Ayam tampak menghijau oleh lebatnya pepohonan. Di batas antara pulau dan laut, garis-garis pantai terlihat jelas. Putih dan bersih berpagarkan pepohonan kelapa yang berbaris rapi.
Ketika kapal merapat di Pulau Ayam, Terlihat seorang anak laki-laki sedang bermain-main dengan sampan kecilnya. Dengan santai ia mengayuh sampan ke sana ke mari. Beberapa teman tertarik dan mencoba bermain sampan dengannya.
Anak laki-laki itu bernama Redi, umurnya sudah 10 tahun namun ia tidak sekolah. Tiba-tiba ada sesak dalam dada. Bagaimana anak seusia Redi tidak sekolah? Bukankah seharusnya ia sudah berada di bangku kelas 4 Sekolah Dasar?
Saya hanya mampu menduga-duga, mencari tahu jawaban sendiri. Mungkin jarak, waktu, dan ketidakmampuan orang tua secara ekonomi yang menjadi alasan utama kenapa Redi dan kakaknya Ridho, tidak sampai mengenyam bangku sekolah.
Dari kejauhan, Pulau Ayam tampak menghijau oleh lebatnya pepohonan. Di batas antara pulau dan laut, garis-garis pantai terlihat jelas. Putih dan bersih berpagarkan pepohonan kelapa yang berbaris rapi.
Pulau Ayam dari drone. Foto: Yuli Seperi |
Pulau Ayam |
Ketika kapal merapat di Pulau Ayam, Terlihat seorang anak laki-laki sedang bermain-main dengan sampan kecilnya. Dengan santai ia mengayuh sampan ke sana ke mari. Beberapa teman tertarik dan mencoba bermain sampan dengannya.
Berenang di perairan Pulau Ayam. Foto: Ferdy Siregar |
Anak laki-laki itu bernama Redi, umurnya sudah 10 tahun namun ia tidak sekolah. Tiba-tiba ada sesak dalam dada. Bagaimana anak seusia Redi tidak sekolah? Bukankah seharusnya ia sudah berada di bangku kelas 4 Sekolah Dasar?
Saya hanya mampu menduga-duga, mencari tahu jawaban sendiri. Mungkin jarak, waktu, dan ketidakmampuan orang tua secara ekonomi yang menjadi alasan utama kenapa Redi dan kakaknya Ridho, tidak sampai mengenyam bangku sekolah.
Redi Si Anak Seribu Pulau |
Ayah Redi bernama Pak Khairil, menyambut kedatangan kami dengan menawarkan kelapa muda. Salah seorang teman kemudian memanjat pohon kelapa yang banyak terdapat di sekitar pesisir pulau.
Pak Khairil bercerita, ia pernah seharian berjalan kaki ke Letung untuk mengambil ransum dengan menyusuri jalan-jalan di Pulau Jemaja. Dan jaraknya berpuluh-puluh kilometer. Saya menduga ransum yang dikatakan Pak Khairil ini adalah sembako atau keperluan dapur.
Ayah Redi -Pak Khairil- dan adik bungsu Redi |
Setelah mengambil banyak foto, berenang-renang, meminum air kelapa hingga kenyang, dan bermain sampan dengan Redi, sore sekitar jam setengah enam kapal kami bertolak meninggalkan Pulau Ayam.
Hari itu tuntas sudah perjalanan kami berkeliling seharian menyambangi pulau-pulau cantik di perairan Jemaja Anambas.
Buahaha...yang bergaya ala-ala. Foto: M. Nasrun |
Yang kehausan haha. Foto: Risty Nurraisa. |
Hari itu tuntas sudah perjalanan kami berkeliling seharian menyambangi pulau-pulau cantik di perairan Jemaja Anambas.
Ada beberapa hal yang menjadi Catatan para traveller jika berkunjung ke pulau-pulau di sekitar Jemaja, Anambas:
1. Perlu diingat bahwa jarak antara satu pulau dengan pulau lainnya cukup jauh, rata-rata ditempuh dalam waktu paling cepat 30 menit hingga 4 jam. Maka diperlukan kecermatan dan kedisiplinan dalam pengaturan dan manajemen waktu sehingga pulau-pulau yang direncanakan dapat dikunjungi semua.
2. Pulau-pulau yang dijadikan lokasi unggulan karena memiliki pantai dan terumbu karang yang indah, kebanyakan pulau kosong tak berpenghuni sehingga tidak ada penduduk yang menjual makanan. Maka bawalah makanan secukupnya sehingga tidak kelaparan.
3. Alat-alat untuk snorkeling dan diving belum tersedia di Letung atau Jemaja dan sekitarnya, sehingga para pengunjung harus membawa alat sendiri.
4. Pulau-pulau di sekitar Jemaja Anambas (kecuali yang banyak penduduknya) masih sangat asri dan terjaga kebersihannya maka perlu sekali kita sebagai pengunjung untuk ikut menjaga kebersihan pulau dengan membawa pulang kembali sampah-sampah yang kita bawa.
Mashaallah..
BalasHapusIndahnya dokumentasi mba Lina.
Apalagi kalau menikmati langsung yaa..
Kehidupan yang sederhana warga asli kepulauan memang membuat kita tersadar bahwa bahagia itu begitu sederhana.
Lalu saya membayangkan rasa sambal air jeruk.
Eee....gimana kecutnya yaa...?
Iya Alhamdulillah Mbak. Sibuk memotret sambil menikmati keindahannya. Kadang ada beberapa yang kelupaan untuk mengambil foto soalnya sambil berenang :D
HapusPuas sekali ya mbak bisa mengunjungi banyak pulau, saya belum pernah mendengar nama-nama pulau ini, thanks a lot loh mbak setelah baca tulisan ini saya jadi tau
BalasHapusDari ratusan pulau di Anambas ini juga loh Mbak. masih banyak lagi yang belum disebut.
HapusSotongnya bikin pengen mba..
BalasHapusfresh dari laut :D
Hapussotong gorengnya segar tu . sedap nye tak makan
BalasHapusDimakan tanpa nasi juga tetap enak dan sedap Roy.
HapusPagi-pagi buka postingan ini, lihat nasi dagang jadi super laper..... Seru ya lihat penyu-penyu di sana... Salut dengan para fotografer de....
BalasHapusKasihan penyunya Mbak, kayak pada sakit gitu.
HapusSemua pulau yang dikunjungi berpasir putih halus dan sepi penghuni, asik banget.
BalasHapusHasil laut masih melimpah dan seger. Sambal jeruknya itu emang seger teh, selain itu bisa juga pake asam jawa, cabe sama garam, rasanya tetep nikmat.
Akhir kata, miris banget liat anak-anak yang belum bisa mengenyam bangku pendidikan.
Iya Eka, enak banget di sini pulau-pulaunya masih perawan. Pantainya bersih-bersih dan indah. Yang khas dari pulau-pulau Anambas adalah pesisir pulaunya selalu ditumbuhi pohon kelapa.
HapusWih... Pengalaman luar biasa ini. Betapa banyak pulau pulau Indonesia yang tidak pernah saya tahu.
BalasHapusItu sambal air jeruknya menggoda pisan Teteh... hehehe...
Engke nyoba ah buat di rumah
Muhun Teh luar biasa ini. Sekali tahu Insya Allah akan berkali-kali ke sana lagi.
HapusNah sok dicobian ngadamel sambel jeruk :D
cuminya enak banget apalagi sambal jeruknya yang segar sekali menggoda selera kak
BalasHapusItu pun sebenarnya saya sudah makan, tapi karena tergoda sambal jeruknya terus mencoba. Eh ya ampuuun seger banget. Mendadak lupa deh sama urusan hutang piutang wakakak.
HapusAaaah.. kangen Anambas.. beruntungnya kak Lina sudah mengunjungi beberapa pulau surganya.. keren... btw itu pulau ayam kece banget.
BalasHapusIya warbiyasak kecenya Pulau Ayam ini Chay. Pengen snorkeling di sini saya. Kemaren cuma berenang doang.
HapusBikin mupeng foto-fotonya, Mbak. Pasir putih dan laut biru bangeettt, cucok banget buat melepas penat.
BalasHapusDitambah pulau-pulaunya sepi serasa pulau dan pantai pribadi :D
HapusWah sambal jeruknya perlu dicoba nih. Indah ya pemandangannya. Bisa memancing ide buat novel ya
BalasHapusAku malah kefikiran seandainya Mbak Riawani Elyta ke sini mungkin sudah berjudul-judul novel yang dibuatnya :D
HapusOh ya setting Novel tentang pulau-pulau Anambas juga pernah ditulis oleh Wiwik Waluyo loh Mbak Naqi. Yang duet sama Yusi itu loh. Keren banget.
Itu yang moto segitunya ya, keren. Hebat bisa menjelajah ke sana ya mba Lina dan ttp berhijab
BalasHapusHaha... begitulah mereka Mbak Mil. Total banget.
HapusKalo ingat sim ama snorkling jadi ingat mau rapih lagi les renang nya
BalasHapusSaya juga pengen les renang tapi gurunya maunya cewek :D
HapusYa Allah.. Keren2 banget eksotika pulau Anambas dan yg lainnya..
BalasHapusKeren sangat. Ayo ke sana Mbak Rita.
Hapusaduh makin teropsesi ke anambas...
BalasHapusAyo yang single-single segera ke sana :D
HapusSepertinya kehidupan di sana tenang banget ya teh Lina.. sisi negatifnya jadi kurang motivasi untuk bersekolah :(
BalasHapusBetul, tenang dan damai. Mungkin anak-anak gak bersekolah karena tidak mampu saja.
HapusSerunyaaaa, kapan ya aku bisa main ke pulau2 eksotis kyk gtu? hehe
BalasHapusDi satu sisi emang indah, cuma sayang msh banyak yg tertinggal dari segi pembangunan infrastrukturnya ya mbak :(
Moga pemerintah kita tanggap ttg hal kyk gini
Ini yang sempat kami obrolkan dengan Pak Camat di sana. Karena ternyata pulau-pulau ini ada pemiliknya, sehingga pemerintahpun tidak bisa langsung membangun fasilitas ini itu karen harus seizin pemiliknya. Nah kaan? Padahal setau kita, pulau itu tidak boleh dikuasai perorangan.
HapusKalo saya deket mbak Lina tiap hari pengin daftar jadi assistennya deh.Biar bisa diajak jalan2 ke pulau dan pantai cantik✌
BalasHapusHaha... kebalik ah. Aku aja yang dekat-dekat Mbak.
HapusNgiler liat makanannya. Apalagi fotonya. Pengen rasanya segera ke sana.
BalasHapusSemoga tahun depan bisa ke sana rame-rame kita Bang Ahmadi.
Hapusbelum pernah ke pulau kecil.. masih jernih ya mba. ah benar2 memukau Masya Allah..
BalasHapusIya Mbak, bening dan jernih banget air lautnya. Belum ada polusi yang mengganggu.
HapusDuh cumi gorengnya ituuuu... Bikin ngiler. Seger banget itu cuminyaaa...
BalasHapusIya Dee, sedap banget. Apalagi dicocol kena sambal air jeruk.
Hapuswahh sumpah seru banget yah teh .. itu tukiknya imutt bangett lagii uhhh
BalasHapusImut kayak kamu Guh. Haha.
Hapus