Speed boat sesaat setelah melewati celah antar tebing |
Speed boat yang kami tumpangi meluncur cepat di permukaan
laut Andaman. Sesekali air laut masuk ke dalam kabin boat membuat peserta tour riuh dan sibuk merubah posisi duduk. Ada juga yang beranjak
merapikan barang-barang yang masih tergeletak di bangku. Untungnya di kolong
bangku speed boat disediakan tempat penyimpanan barang-barang milik
penumpang. Guncangan-guncangan yang kian kencang membuat seorang ibu-ibu warga
Mumbai India
muntah-muntah. Reny dengan baik hati memberikan minyak kayu putih kepadanya. Karena
tidak faham cara pemakaiannya, si ibu India hendak meminum minyak kayu
putih, beruntung kami segera mencegahnya. Kalau tidak entah apa yang akan
terjadi. Hehe. Detail trip One Day Tour Phi Phi Islands pernah saya tulis juga bulan lalu.
Memasuki kawasan Phi Phi
Islands kami dibuat
takjub dengan formasi pulau-pulau kosong tanpa penghuni yang berdinding
tebing-tebing tinggi. Sesekali tebing-tebing tampak menghijau ditutupi
rimbunnya pepohonan. Kecepatan boat mulai dikurangi, kami melintasi
celah kecil antar tebing-tebing pulau dengan pemandangan air laut biru tosca.
Meski langit memutih, laut tetap saja memantulkan warna aslinya.
Tiba di Maya Bay
Maya Bay |
Speed boat
merapat di tepi pantai. “Attention please,”
Si pemandu berteriak meminta perhatian, kemudian mem-briefing kami tentang
segala sesuatu yang perlu dan harus kami lakukan. Dia bilang bahwa kami sudah
berada di kawasan Maya
Bay , ia pun mempersilahkan kami
berenang-renang sampai jam 12 tengah hari. Setelah itu berkumpul di satu titik
di sebuah bagungan yang ia tunjuk di tepi pantai. Baiklah, kami segera berhamburan
keluar.
Shera dan Desti kedua
gadis cilik anaknya Reny tampak antusias. Namun tidak dengan Chila gadis kecil
saya. Karena selama perjalanan Chila mengenakan pakaian basah dan diterpa angin
kencang serta hantaman ombak yang memabukkan, ia mendadak mengeluh masuk angin.
Sebelum berangkat Chila memang bermain-main pasir di Aonang Beach hingga bajunya basah kuyup. Karena mau berenang
lagi jadi bajunya tidak saya ganti. Fikir saya nanggung udah basah sekalian.
Ternyata ini malah menyebabkan masalah besar buat Chila. Hikss...maafkan Bunda
ya Nak!
Digendong agar mau berenang |
Come to Mama |
Kesalahan kedua,
saya langsung membaluri perut Chila dengan kayu putih jadi saat Chila
mencelupkan badannya ke dalam air laut, perutnya mendadak terasa dingin. Ada
sensasi dingin luar biasa menjalar ke bagian kulit yang terkena minyak putih. Meskipun
sudah dirayu-rayu untuk berenang ia menolak dan memilih kabur untuk bermain
pasir. Sayang banget nggak jadi berenang padahal lautnya cantik dan bergradasi meskipun lebih mirip cendol saking banyaknya orang di sana .
Saya berdua Desti berenang-renang santai, sementara Chila dan Shera bermain pasir. Makin siang Maya Bay makin crowded. Karena semakin banyak boat yang berdatangan dan berhenti di tempat tersebut.
Karena mulai
kelaparan, saya dan Reny segera meluncur mencari makan. Tak jauh dari pantai
kami menemukan warung yang menjual makanan sejenis pop mie. Langsung deh pesan.
Saya pun lantas memanggil anak-anak untuk menyuruh makan. Chila tampak semangat
dan lahap makan mie karena perutnya menjadi hangat. Selesai makan mie anak-anak
langsung berlarian kembali ke pantai untuk bermain pasir.
Saya dan Reny lantas
beranjak untuk kembali ke pantai. Namun baru beberapa langkah mendadak penasaran
dengan jalan setapak menuju ke dalam pulau yang tampak ramai oleh turis. Penasaran
ada apa di dalam sana ,
kami memutuskan untuk mengikuti jalan setapak itu. Semakin ke dalam semakin
ramai orang yang berpapasan dan searah jalan. Ternyata di dalam tidak ada yang
istimewa, hanya ada warung-warung makan dan toilet. Meskipun begitu, kami masih
santai dan bergantian berfoto di tulisan Maya Bay .
Sementara tanpa disadari waktu telah menunjukkan jam dua belas lewat.
Baru sadar saat
memperhatikan jam tangan Reny. Saya sendiri nggak pakai jam tangan. Handphone pun ditinggal di dalam tas di
kolong bangku speed boat karena
niatnya hendak berenang. Mulai teringat bahwa jam dan waktu Thailand kan
sama dengan waktu di Jakarta .
Tidak maju satu jam seperti halnya Malaysia dan Singapura. Hwaaa… mendadak
panik dan kaget karena kami berdua sudah molor beberapa belas menit dari batas
waktu yang ditetapkan si pemandu.
Burung dan rumah kecil di tepi jalan setapak |
Kami mempercepat
langkah, Reny yang tengah hamil 5 bulan jelas tidak boleh berlari. Karena itu,
saya pamit untuk berlari dan mencari anak-anak terlebih dahulu. Tiba di batas antara
pepohonan dan pantai, saya berbelok ke sebelah kiri tempat anak-anak bermain
pasir tadi. Ternyata mereka sudah tidak ada. Duh panik luar biasa. Tapi sempat
berfikir bahwa ini sudah lewat dari jam 12 berarti anak-anak sudah disuruh naik
speed boat. Saya pun menyusuri
puluhan boat yang berbaris rapi di bibir pantai.
"Bundaaaaa....cepaaat.
Kenapa Bunda lama kali", teriak Chila penuh nada marah. Ah syukurlah
ternyata anak-anak semuanya sudah naik boat. Dan saya pun dengan gugup
segera naik.
"Madam where's is your friend?" Si
pemandu bertanya dengan nada kesal.
“Wait, just a minute!” Oh ya salaaam, iya
ya mana Reny. Saya gelisah. Bermenit-menit berlalu Reny tak kunjung datang,
padahal tadi kan
tepat di belakang saya, mestinya dia sudah sampai.
"Wait a
moment, I will find her." saya pun berlari ke arah jalan setapak yang
tadi kami lewati. Nihil Reny nggak kelihatan sama sekali. Duh gimana ini. Saya mulai panik. Lari kesana kemari diantara ratusan atau mungkin ribuan orang yang
memadati pantai berpasir putih di Maya
Bay .
Hampir 10 menit mencari tidak juga membuahkan hasil. Saya menduga Reny pun mungkin sama sedang
mencari kami ke sana
kemari. Hanya saja mencari orang di antara padatnya turis seperti itu sungguh
pekerjaan yang tidak mudah.
Saya mulai mencari Reny ke sisi kanan jalan setapak atau ke sebelah kiri boat
yang terparkir di tepi pantai. Baru saja beberapa langkah berlari, Reny sudah terlihat. Saya
berteriak memanggilnya. Dengan sumringah Reny segera mendekat. Pyuuh, syukurlah tidak jadi ditinggal speed boat. Andai ditinggal? Bakal ada drama dalam perjalanan ini.
Saya dan Reny secepat mungkin segera naik ke speed boat. Si pemandu ngomel-ngomel dalam bahasa Thai sambil
memperhatikan jam tangannya. Wajahnya sungguh tidak bersahabat lebih tepatnya sih menyeramkan. Sorot matanya
seolah-olah hendak menerkam kami. Huhuhu.. maafkan ya Om, memang kami lalai.
Merasa bersalah, saya memberanikan diri
menyapa beberapa penumpang dan meminta maaf. Seorang turis Jerman hanya
tersenyum ramah dan menepuk-nepuk pundak saya. Ia terlihat mengerti atau
barangkali memahami kalau orang Indonesia itu emang suka ngaret.
Speed boat
meluncur di antara cipakan ombak yang mulai tenang. Dari jauh samar
terlihat Phi Phi Don, pulau yang menjadi perbincangan, tempat syutingnya Si
ganteng Leonardo Dicaprio di filmnya The Beach. Yeaaay. Dear Leo, We’re coming.
Meskipun cuma sekedar numpang makan siang doang di Phi Phi Don, kami sudah bahagia bisa mampir di tempat
ini. Sejujurnya pulau ini memang indah namun sayang lagi-lagi terlalu ramai oleh banyaknya turis.
Di Phi Phi Don,
kami makan siang. Si pemandu meyakinkan kami bahwa makanan di sini memang
halal. Saya pun mulai yakin dengan banyaknya pelayan yang mengenakan jilbab
serta beberapa properti makan bertuliskan huruf-huruf Arab.
Para Pelayan Restoran di Phi Phi Don |
Selepas makan
siang kami bermain-main sebentar di antara perahu-perahu tradisional yang berkalungkan
bunga berwarna-warni. Berfoto sebentar lalu segera beranjak menuju speed boat karena tak ingin mengulang
kejadian menyebalkan di Maya
Bay .
Kalung kapal tradisional |
Hampir semua
peserta tour sudah masuk ke dalam speed
boat namun mesin belum dinyalakan
juga, ternyata oh ternyata masih ada peserta tour lainnya yang terlambat naik. Kali ini bukan kami melainkan peserta tour dari India . Haha… bukan Indonesia
aja kok yang suka ngaret. Dalam hati saya berkata membela diri.
Baca juga cerita sebelumnya di Pantai Aonang (Aonang Beach).
Antri menuju boat. |
hayyyaaaah.. beneran cuma poto doang :D
BalasHapusUdah diedit Yud. Tuh ada ceritanya haha
HapusHihihi... penonton gigit jari... :D eh tapi gak apa sih, Mbak. Liat foto-fotonya juga asyik :)
BalasHapus*ditunggu ceritanya*
Mbak sini-sini datang lagi ini udah jadi tulisannya haha
HapusAaaah pantainya keren sekali dikelilingi tebing batu begitu. Keren keren.....mesti main ke sana juga nih
BalasHapusYuk Mbak Rien. Aku mau manjat tebingnya loh haha
HapusPantainya cakep, airnya itu loh mbak, ngundang banget ya, pengen berenang di situ ^_^
BalasHapusIya Mbak takjub dibuatnya.
Hapus