10 Tahun Perubahan untuk Indonesia yang Lebih Baik

Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia. Letaknya yang sangat strategis di antara benua Asia dan Australia sangat menguntungkan secara ekonomis terutama di bidang pariwisata. Terlebih Indonesia merupakan negara tropis dimana sepanjang tahun cuaca hangat dan kondisi suhu udara yang hampir tidak pernah terlalu ekstrim seperti halnya di negara-negara di benua Eropa, Amerika, atau Afrika. Sepanjang tahun wisatawan bebas berlibur berkeliaran mengunjungi tempat-tempat menarik dan pulau-pulau yang eksotis di hampir seluruh penjuru negeri tanpa takut terkena gigitan salju atau badai hawa panas.

Pulau Gili Lawa Darat
Pulau Gili Lawa Darat TN Komodo yang dikenal melalui jejaring sosial

Perubahan ke arah yang lebih baik, lebih maju, dan lebih menguntungkan secara ekonomis kini mulai dirasakan secara perlahan namun signifikan dalam kurun waktu sepuluh tahun belakangan ini. Dunia pariwisata dan traveling kini menjadi primadona dan industri unggulan pemerintah selain industri sawit dan batubara. Industri pariwisata menjadi harapan baru bagi penyumbang devisa terbesar Indonesia karena industri ini tanpa asap, jauh dari limbah, ramah lingkungan, dan menyerap banyak tenaga kerja. 

Gunung Bromo, Lokasi Liburan Terkenal di Jawa Timur

Data Kunjungan Wisatawan Mancanegara (Wisman) ke Indonesia dalam 10 tahun Terakhir.

Tahun
Kunjungan Wisman 
(dalam juta)
2005
5.022
2006
4.871
2007
5.505
2008
6.234
2009
6.323
2010
7.003
2011
7.649
2012
8.044
2013
8.802
2014
9.435
2015 (oct)
8.100

Oleh karena itu pula perubahan mulai terjadi pada tempat-tempat wisata/liburan. Yang lama dipercantik dan yang baru mulai bermunculan. Tidak perlu waktu lama untuk mempromosikan tempat-tempat liburan yang menarik ini karena masyarakat melakukannya bersama-sama baik secara disadari maupun tidak. Kini, tempat-tempat liburan yang mempunyai potensi menarik, secara viral dan berantai semakin terkenal di masyarakat seiring dengan berkembangnya teknologi terutama internet.

Sosial media dan penerbangan murah memegang peranan penting dalam mendukung industri pariwisata. Foto-foto cantik dan menawan dari berbagai lokasi berlibur berseliweran di jejaring sosial. Menjadi daya tarik hingga membuat penasaran para pengguna internet untuk segera mengunjunginya.

Adanya media sosial seperti facebook, twitter, dan kini instagram semakin menambah gairah dunia pariwisata dan traveling. Traveling ke lokasi-lokasi liburan kini bukan menjadi hal mewah lagi. Semua orang bisa menjangkau dan menikmatinya. Traveling telah menjadi life style bagi sebagian masyarakat dunia juga Indonesia khususnya kaum muda.

Dampaknya adalah perubahan yang signifikan terjadi pada lokasi-lokasi berlibur. Saya mencatat perubahan yang besar untuk lokasi-lokasi berlibur selama 10 tahun terakhir ini. Kalau dulu orang berlibur hanya ke Bali, Bali dan Bali lagi. Kini wisatawan mulai menyebar ke berbagai wilayah lain di Indonesia.

Menurut data BPS, selain Bali ada Jakarta dan Kepri (Batam, Bintan, Tanjung Pinang, Karimun) yang mencatat kedatangan jumlah wisatawan mancanegara terbesar di Indonesia. Setelah itu Jawa Timur, Jawa Barat, dan Jogjakarta.

Dusun Sade, Lokasi Liburan Berbasis Adat dan Budaya di Lombok


Mendaki Gunung, Wisata minat khusus Berbasis Alam
Melihat popularitas tempat liburan dari media sosial, kini Indonesia tidak lagi dikenal hanya dengan Bali, namun ada Taman nasional Komodo di NTT, Raja Ampat di Papua Barat, Kepulauan Derawan di Kalimantan Timur, Wakatobi di Sulawesi Tenggara, serta Anambas di Kepri.

Perubahan yang Terjadi di Pulau Batam 

Dan yang paling membahagiakan bagi saya selaku warga Batam adalah betapa bergairahnya industri pariwisata Batam dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir ini. Hotel-hotel mulai dari sekelas resort hingga hostel dan guest house semakin bertumbuhan dimana-mana. Kawasan resort Nongsa semakin hari semakin ramai oleh turis mancanegara. Pantai-pantai baru di sepanjang pesisir Batam dan juga kawasan Barelang mulai bermunculan dan dikelola dengan baik oleh masyarakat dan pengusaha.

Tempat liburan lainnya yang berbasis alam, seni budaya, sejarah, fashion, belanja, kuliner, dan MICE (Meeting, Incentive, Conference, Exhibition) juga tak kalah majunya dibanding pembangunan hotel-hotel. Wisata Mangrove, diving, island hopping, memancing adalah wisata yang berbasis alam yang kini mulai dilirik oleh para wisatawan dan dapat dikembangkan lebih baik lagi ke depan.

Kegiatan jelajah pulau-pulau kecil, terpencil dan kosong mulai digaungkan oleh beberapa komunitas pejalan di Batam. Pulau Abang dan Pulau Labun yang pada tahun 2005 silam tidak dikenal sebagai tujuan liburan, kini mulai ramai oleh wisatawan yang hendak snorkeling, diving, atau sekedar berenang di pantai. Tahun 2015 berbagai fasilitas pendukung seperti rumah singgah dan alat-alat untuk snorkeling kini dilengkapi dan disediakan oleh warga. Ini merupakan perubahan besar karena pada tahun 2005 silam bahkan istilah snorkeling saja belum dikenal di kawasan ini.   

Pantai Melur di Barelang Batam

Jembatan I Barelang, Lokasi berlibur Favorit di Batam

Selain tempat untuk snorkeling, Pulau Abang dikenal luas oleh masyarakat Batam dan Singapura sebagai tempat memancing. Berbagai kapal ukuran besar dan kecil kerap ditemui diperairan ini terutama pada akhir pekan. Didukung oleh akses jalan yang terbilang lancar dan hanya memerlukan waktu tak lebih dari 1 jam dari Batam dan 2 jam dari Singapura, Pulau Abang semakin menjadi surga bagi para pemancing mania.

Bersiap Snorkeling di Pulau Abang

Untuk tempat liburan yang berbasis sejarah, terdapat Pulau Galang yang terletak di selatan Pulau Batam. Pulau ini merupakan bukti bahwa bangsa Indonesia telah berkontribusi bagi  kemanusiaan dengan menampung ribuan pengungsi perang Vietnam. Berbagai bangunan tua serta kapal-kapal yang digunakan para pengungsi masih tersimpan baik di pulau ini.

Dari bidang seni, budaya, fashion, dan belanja kini kerap digelar berbagai festival juga pameran produk-produk unggulan di berbagai mall dan pusat perbelanjaan. Suatu paduan tepat yang menggabungkan berbagai diversifikasi wisata menjadi satu kesatuan sehingga wisatawan merasa dimanjakan dan berfikir akan kembali atau menambah waktu liburannya di Batam.

Untuk MICE Batam tak kalah dibanding kota lainnya. Beberapa kali pernah digelar berbagai event internasional yang bahkan dihadiri oleh sekelas presiden dan perdana Menteri. Untuk lokasi eksibisi, konfrensi dan meeting berskala internasional, Batam telah memiliki ruangan yang dapat menampung peserta dengan jumlah di atas 3000 orang.

Melihat berbagai pertumbuhan dan capaian yang sangat signifikan di kota tempat dimana saya tinggal, saya optimis bahwa pariwisata di Batam khususnya, dan Indonesia umumnya akan semakin meningkat lagi dari tahun ke tahun. Dan target kunjungan wisman sebanyak 20 juta pada tahun 2019 akan tercapai karena salah satu penyumbang dari pintu-pintu kedatangan wisatawan manca negara ini tentunya adalah Batam.

Harapan saya adalah dengan semakin tersebarnya lokasi-lokasi liburan di Batam dan kawasan hinterland melalui jejaring sosial, para wisatawan tetap dapat menjaga kebersihan lokasi liburan dengan tidak membuang sampah sembarangan. Tidak merusak fasilitas tempat liburan dengan vandalisme dan selalu menjaga ketertiban.




16 komentar :

  1. aku belum ke pulau abang^^
    makin kesini banyak bermunculan tempat2 bagus ya mbak,taunya juga dari foto teman2 di media social..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nunggu si kecil satu tahun dulu Mbak udah bisa diajak.

      Hapus
  2. Sisi positif media sosial adalah memperkenalkan tempat cantik yang bisa menjadi tujuan wisata ya, Mbak

    BalasHapus
  3. mudah-mudahan di tahun 2016 aku bisa ke Batam ya mbak. Mau dong infonya mbak kalau ke sana sekeluarga paling murah pakai apa? maklum dana terbatas :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Asyiiik. Amin amin aminn. Biar aku bisa berguru ilmu gimana caranya jadi juara lomba blog :D

      Hapus
  4. Wah, dalam 10 tahun naik hampir dua kali lipat ya. Sekarang juga Kemenpar promosinya jor-joran banget. Semoga tahun ke depannya meningkat drastis~ belum pernah ke Kepri euyyy aku.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tapi masih kalah jauh dibanding Malaysia Una. malay malah kayaknya hampir 27 juta tahun lalu.

      Hapus
  5. Jembatan Barelangnya kereen, moga suatu saat bisa ke Batam juga :D

    BalasHapus
  6. Aku kurang tau Batam :' tapi liat jembatan Barelang kok jadi kepincut sama Batam ya :'

    BalasHapus
  7. Hai mbak, salam kenal :)

    Pas banget ini tulisannya, insya Allah mau main ke Batam...heheh..thanks for share :)

    BalasHapus
  8. aku beruntung banget ya mutasi ke batam, bertemu kalian blogger2 kece dan komunitas jalan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku juga beruntung berteman dengan kamuh. *renggut hermes wkwk

      Hapus

Halaman ini dimoderasi untuk mengurangi spam yang masuk. Terima kasih sudah meninggalkan komen di sini.

Made with by Lina W. Sasmita