Alhamdulilah, akhirnya bisa menulis lagi. Kangen banget. Kangen menulis. Ada banyak kisah yang Insya Allah akan saya ceritakan dengan teman-teman melalui blog ini. Terutama kisah tentang perjalanan saya menuju Masjid Al Aqso di Palestina. Suka duka perjalanan menuju wilayah konflik demi niat suci berziarah ke Negeri Para Anbiya.
Sebenarnya sepulang ke Indonesia seminggu lalu, saya sudah semangat ingin langsung menulis, namun kondisi badan melemah mungkin karena mengalami perubahan cuaca yang drastis dari panas ke dingin ke panas lagi, sehingga membuat badan saya terserang batuk pilek hingga sekarang. Berobat ke dokter sudah dilakukan. Berbagai jenis obat-obatan dari yang murah hingga yang mahal juga sudah diminum. Mengkonsumsi air lemon, madu, jahe, dan lainnya sudah dicoba juga namun memang belum waktunya sembuh. Ikhlaskan saja menjalani sakit. Kalau kata teman-teman sih semoga jadi penggugur dosa-dosa.
Sementara itu, beberapa tulisan di draft dibiarkan mangkrak hingga berbualan-bulan. Salah satunya tulisan tentang APWI. Maka, pada postingan hari ini, saya ingin menuliskan tentang cerita di balik kemenangan saya di ajang Anugerah Pewarta Wisata Indonesia (APWI) akhir tahun lalu. Sebenarnya draft tulisan sudah jadi sejak Januari namun karena saya keburu berangkat ziarah ke Negeri Para Anbiya yakni Jordan dan Palestina (As-Syam), tulisan tersebut terjeda hampir sebulan lamanya. Sedangkan draft tulisan lainnya malah tak tersentuh berbulan-bulan.
Sementara itu, beberapa tulisan di draft dibiarkan mangkrak hingga berbualan-bulan. Salah satunya tulisan tentang APWI. Maka, pada postingan hari ini, saya ingin menuliskan tentang cerita di balik kemenangan saya di ajang Anugerah Pewarta Wisata Indonesia (APWI) akhir tahun lalu. Sebenarnya draft tulisan sudah jadi sejak Januari namun karena saya keburu berangkat ziarah ke Negeri Para Anbiya yakni Jordan dan Palestina (As-Syam), tulisan tersebut terjeda hampir sebulan lamanya. Sedangkan draft tulisan lainnya malah tak tersentuh berbulan-bulan.
Baiklah, mari simak cerita saya tentang Anugerah Pewarta Wisata Indonesia untuk Kategori Blogger 2018.
***
APWI atau Anugerah Pewarta Wisata Indonesia merupakan ajang penghargaan
dari Kementrian Pariwisata kepada insan-insan media yang telah mewartakan atau menyebarluaskan
informasi tentang dunia pariwisata di Indonesia. Menurut saya, ajang ini sangat
bergengsi karena merupakan bentuk apresiasi nyata dari pemerintah kepada media. Ada 5 kategori yang diperlombakan. Yaitu kategori pemberitaan di majalah, koran, media online, televisi, dan blog.
Tahun 2017 saya telah membaca pengumuman tentang APWI ini.
Ada keinginan untuk ikut, namun sepertinya kurang yakin dengan tulisan-tulisan
saya. Dan ketika pengumuman lomba itu dimulai saya hanya menandai tulisan pengumuman tersebut di grup whatsapp
Genpi Kepri. Dan membiarkannya berlalu. Hingga tiba saat pengumuman dan
ternyata yang menang adalah orang-orang yang saya kenali yaitu Mas Teguh Sudarisman
dari Jakarta dan Teh Cucum Suminar Blogger Kompasiana asal Batam. Dalam hati saya merasa menyesal kenapa tidak jadi
ikutan. Mungkin saya pun bisa menang seperti mereka. Lalu diam-diam bertekad bahwa tahun
depan di 2018 saya harus ikutan.
Pada saat malam puncak penganugerahan APWI 2017 tesebut, Menpar Arief Yahya sudah menyampaikan ke hadapan media dan juga melalui press
release yang dikeluarkan oleh Kemenpar, bahwa untuk tema tahun depan adalah
mengenai "Destinasi Digital." Maka sejak saat itu saya pun ingat dengan baik-baik
bahwa apapun berita tentang destinasi digital saya harus membaca dan
mencernanya supaya bisa menjadi bahan dan materi.
Akhirnya, tiba waktunya pada lomba yang dimulai sejak 18 Oktober sampai 7 November 2018. Saya mulai membaca-baca kembali tentang definisi destinasi digital.
Mengumpulkan dan mengeprint tulisan-tulisan dari media online tentang tema ini
sehingga punya sedikit gambaran seperti apa yang dimaksud dengan destinasi
digital itu.
Pada Rakornas Pariwisata ke I di Bali, Menpar Arief Yahya mengatakan bahwa yang dimaksud dengan destinasi digital adalah destinasi yang heboh di dunia maya, viral di media sosial, dan nge-hits di instagram. Pernyataan ini dikutip dalam Press Release Kemenpar yang kemudian diberitakan media-media. Catat! Saya segera mencatat baik-baik poin ini.
Pada Rakornas Pariwisata ke I di Bali, Menpar Arief Yahya mengatakan bahwa yang dimaksud dengan destinasi digital adalah destinasi yang heboh di dunia maya, viral di media sosial, dan nge-hits di instagram. Pernyataan ini dikutip dalam Press Release Kemenpar yang kemudian diberitakan media-media. Catat! Saya segera mencatat baik-baik poin ini.
Hampir beberapa tahun ke belakang, Kementrian Pariwisata telah
dengan masif menggerakkan para netizen, para milenial yang mempunyai akun-akun
di media sosial untuk terus mengkampanyekan tentang destinasi, event, serta
hal-hal lainnya yang berhubungan dengan pariwisata melalui sebuah wadah atau
komunitas yang disebut GenPI (Generasi Pesona Indonesia). Komunitas ini kemudian digerakkan untuk
membuat destinasi-destinasi buatan yang instagramable yang kemudian dinamakan
pasar. Mengambil filosofi pasar itu sendiri sebagai tempat untuk bertemu,
berkumpul dan bertransaksi.
Dan Alhamdulillah untuk Batam sendiri telah ada Pasar Mangrove di kawasan Kampung Terih Nongsa yang dikeloa oleh teman-teman Genpi Batam dan Genpi Kepri. Jadi saya bisa ke sana untuk menuliskan Pasar Mangrove sebagai materi lomba APWI. Namun hari demi hari terlalui dengan percuma, menunggu waktu untuk berkunjung ke sana ternyata tidak jadi-jadi. Senin hingga Sabtu saya bekerja sementara pada hari Minggu kadang cuaca tidak menentu. Selain itu, Chila kerap tidak setuju, selalu ngambek kalau saya bilang mau pergi ke Nongsa. Sementara itu, waktu terus saja bergulir tanpa menunggu.
Akhirnya, pada Minggu, 4 November 2018 saya mendapatkan kesempatan untuk berangkat ke Pasar
Mangrove di Kampung Terih Nongsa. Dari rumah jarak tempuhnya lebih kurang 2 jam.
Karena jauh, Chila dan ayahnya tidak mau ikut. Maka saya pun naik gojek karena
lebih praktis dan ekonomis.
Tiba di Pasar Mangrove saya mengambil foto sebanyak-banyaknya. Melangkah hati-hati sambil mengamati dengan teliti berbagai momen yang sedang terjadi. Menyimak obrolan warga serta anak-anak dengan seksama. Berharap membuat tulisan feature yang menggabungkan seluruh kekuatan panca indera. Ah, sepertinya saya akan gagal, mengingat tempat ini belum begitu tertata dengan baik. Namun, api harapan tetap menyala di sudut hati sana. Saya tidak boleh menyerah. Waktu tinggal 2 hari lagi dan saya harus ikut berpartisipasi dalam ajang bergengsi ini. Bismillah!
Malam sepulang dari Kampung Terih, saya pun mulai menulis. Senin malam sepulang dari bekerja juga kembali menulis sampai jam 12 malam. Selasa pagi, bangun subuh-subuh lalu melanjutkan tulisan lagi. Namun kecepatan menulis saya seperti siput. Lambaaaat sekali. Hingga…. waktu untuk bekerja pun mulai tiba. Duhh, bagaimana ini. Saya pun menghubungi sopir jemputan untuk tidak menunggu di depan perumahan. Lalu menghubungi atasan minta izin untuk masuk setengah hari. Setelah itu kembali ke hadapan laptop demi menyelesaikan tulisan. Terutama mengedit dan meng-upload foto-foto ke dalam postingan blog.
Sekitar jam 9 pagi, tulisan sudah selesai. Alhamdulillah. Saya pun mengirim
email kepada panitia dengan menyertakan link tulisan sebagai tanda
keikutsertaan. Sebelumnya, saya juga
menghubungi Mas Teguh pemenang APWI tahun 2017 untuk menanyakan apakah
tulisan dalam blog itu dikirim cetaknya juga tidak ke kantor Kemenpar. Mas Teguh bilang iya harus dikirim versi cetaknya juga. Jadi setelah mengirim email ke panitia, saya masih punya PR lagi untuk mengeposkan print out dari
tulisan yang telah ditayangkan di blog.
Materi lomba tersebut bisa teman-teman baca di tulisan yang berjudul Pasar Mangrove Batam Destinasi Digital Anak Milenial.
Materi lomba tersebut bisa teman-teman baca di tulisan yang berjudul Pasar Mangrove Batam Destinasi Digital Anak Milenial.
Maka hari itu setelah selesai mandi dan rapi-rapi, saya mengenakan
seragam kerja dan memesan gojek untuk menuju tempat foto copy langganan. Sayang di sana tidak tersedia internet sehingga
tidak bisa nge-print. Untung saja gojek yang tadi ditumpangi belum beranjak pergi, jadi saya
masih bisa menggunakan jasanya untuk mengantarkan saya lagi mencari tempat nge-print lainnya.
Alhamdulilah dapat. Di sana bisa nge-print dan juga membeli amplop coklat besar
untuk dokument print out.
Dari sana, saya meluncur ke kantor JNE di Perum Senawangi
Batu Aji Batam yang letaknya tak berapa jauh dari tempat nge-print. Saat menanyakan apakah paketnya bisa dikirim hari ini dan tiba besok, si Mas JNEnya bilang
tidak bisa. Saya mendadak lemas. Tidak tahu harus
berkata apa. Duh masa sih harus gagal setelah berusaha lumayan keras begini.
Menyaksikan saya termenung bingung si Masnya mungkin kasihan.
“Penting banget ya Bu? Harus sampai di sana besok?” Tanyanya. Saya pun
mengangguk dengan sedih.
“Kalau saya boleh saran, ibu coba ke kantor JNE pusatnya
saja di Plamo Garden Batam Center, kalau ngirimnya langsung dari sana, Insya Alah besok bisa
sampai.” Kata si Mas-Mas JNE itu memberi harapan. Ah ya kenapa tidak dicoba
saja.
“Waaah bisa ya. Baik terima kasih ya Mas.” Saya pun kembali
membuka aplikasi gojek dan langsung memesan untuk dihantar ke Plamo Garden. Perlu waktu 30 menit menaiki gojek dari JNE ke Plamo Garden. Selama perjalanan, saya sedikit degdegan dan waswas. Waktu menunjukkan pukul 11.30 dan akhirnya saya tiba di Kantor JNE Pusat Batam. Alhamdulillah antrian tidak panjang dan proses pengiriman paket berjalan lancar. Setelah itu baru saya berangkat kerja. Masuk setengah hari dengan hati yang sungguh lega. Tinggal berharap dan berdo'a saja, karena usaha sudah ditunaikan.
Sebulan kemudian, Rabu, 5 Desember 2019 pukul 7 malam saya menerima email dari Kementrian Pariwisata yang mengabarkan bahwa tulisan saya lolos masuk 5 besar. Saya juga diundang untuk menghadiri malam penganugerahan di Balaiurung Soesilo Soedarman Kementrian Pariwisata di Jalan Meredeka Barat No.17 Jakarta Pusat. Gugup, haru, bingung campur gembira. Tidak menyangka sama sekali.
Di tengah terpaan perasaan yang campur aduk, masalah mulai muncul. Salah satunya adalah pengajuan cuti untuk berangkat ke Jakarta. Maka keesokan harinya saya sampaikan langsung ke atasan di kantor. Sayang seribu sayang, ternyata dia tidak mengizinkan. Wuaaaah. Bingung dan panik. Saat curhat ke suami, dia malah bilang, "Bunda kenapa bilang-bilang sama Bapak itu, harusnya biar aja gak usah bilang kan bisa ambil cuti haid." Hiksss. Terlambat sih Cyiin bilangnya, harusnya sejak kemarin bilang gitu. Tetap tidak menyelesaikan masalah kaaan karena si bos sudah tahu duluan. Ya sudah bukan rejeki hadir di malam penganugerahan.
Di grup-grup whatsapp saya mendapat informasi bahwa ada dua orang lagi dari Batam yang akan menerima penghargaan dan kemungkinan besar akan berangkat ke Jakarta. Satu wartawan Koran Sindo dan satu lagi dari Media Online. Akhirnya setelah berusaha mencari tahu nomor WAnya, dengan sedikit berat hati dan menahan malu saya pun meminta tolong kepada wartawaan Koran Sindo untuk sekalian saja mewakili saya dan membawakan hadiah piagam serta piala ke Batam. Alhamdulillah dia bersedia.
7 Desember 2018 malam hari sekitar pukul 19.22 tiba-tiba Ayun, Blogger Jogja yang juga menjadi salah satu nominee, mengunggah foto di IG story-nya dan menuliskan kata "Hi, Mbak @linasasmita we wish you're here. Wuaaah saya jadi baper. Foto tersebut menampilkan semua nominee kategori blogger seperti Mas Teguh Sudarisman, Ardian Kusuma, Elisabeth Murni, Quratul Ayun, kecuali saya. Lalu beberapa menit kemudian, Ayun mention saya dan mengucapkan selamat kalau saya juara satu. Saat itu saya yang baru saja pulang kerja, hampir hilang kendali. Lompat-lompat tidak jelas. Lalu teriak-teriak sendiri. Ah untung saja tidak banyak orang yang lihat. Alhamdulillah.
Setelah itu teman-teman blogger lainnya yang malam itu menonton live di IG story-nya Kemenpar mulai rame mengucapkan selamat di grup-grup WhatsApp. Saya yang belum sempat menonton akhirnya ikut-ikutan juga menonton selama perjalanan pulang kerja, terutama penasaran siapa yang memenangkan hadiah utama uang tunai seratus juta rupiah untuk kategori Best of the Best. Dan kategori itu pun akhirnya dimenangkan oleh CNN TV.
Alhamdulillah dua hari setelah itu piagam dan piala sudah ada di tangan saya. Dua minggu kemudian hadiah uang tunai 10 juta rupiah sudah masuk ke dalam rekening.
APWI 2018 merupakan pencapaian tertinggi saya selama ngeblog. Setelah bertahun-tahun saya selalu tidak pede untuk ikutan berbagai perlombaan ngeblog. Yang akhirnya memberanikan diri keluar dari cangkang, menceburkan diri ke dalam sebuah kompetisi. Positifnya adalah... selalu saja kemenangan lomba blog seperti ini, membuat saya semakin bersemangat dan rajin menulis lagi. Semangat untuk ikut lomba-lomba lainnya.
Bagi teman-teman yang belum mencoba, tahun ini Insya Allah akan diadakan lagi APWI 2019. Maka persiapkanlah untuk menyambutnya. Kemungkinan Agustus September beritanya sudah mulai beredar di media-media online. Dan kalau melihat pengalaman tahun-tahun lalu, lomba selalu digelar menjelang akhir tahun dari Oktober ke November dan pengumuman pada bulan Desember.
Sebulan kemudian, Rabu, 5 Desember 2019 pukul 7 malam saya menerima email dari Kementrian Pariwisata yang mengabarkan bahwa tulisan saya lolos masuk 5 besar. Saya juga diundang untuk menghadiri malam penganugerahan di Balaiurung Soesilo Soedarman Kementrian Pariwisata di Jalan Meredeka Barat No.17 Jakarta Pusat. Gugup, haru, bingung campur gembira. Tidak menyangka sama sekali.
Di tengah terpaan perasaan yang campur aduk, masalah mulai muncul. Salah satunya adalah pengajuan cuti untuk berangkat ke Jakarta. Maka keesokan harinya saya sampaikan langsung ke atasan di kantor. Sayang seribu sayang, ternyata dia tidak mengizinkan. Wuaaaah. Bingung dan panik. Saat curhat ke suami, dia malah bilang, "Bunda kenapa bilang-bilang sama Bapak itu, harusnya biar aja gak usah bilang kan bisa ambil cuti haid." Hiksss. Terlambat sih Cyiin bilangnya, harusnya sejak kemarin bilang gitu. Tetap tidak menyelesaikan masalah kaaan karena si bos sudah tahu duluan. Ya sudah bukan rejeki hadir di malam penganugerahan.
Di grup-grup whatsapp saya mendapat informasi bahwa ada dua orang lagi dari Batam yang akan menerima penghargaan dan kemungkinan besar akan berangkat ke Jakarta. Satu wartawan Koran Sindo dan satu lagi dari Media Online. Akhirnya setelah berusaha mencari tahu nomor WAnya, dengan sedikit berat hati dan menahan malu saya pun meminta tolong kepada wartawaan Koran Sindo untuk sekalian saja mewakili saya dan membawakan hadiah piagam serta piala ke Batam. Alhamdulillah dia bersedia.
7 Desember 2018 malam hari sekitar pukul 19.22 tiba-tiba Ayun, Blogger Jogja yang juga menjadi salah satu nominee, mengunggah foto di IG story-nya dan menuliskan kata "Hi, Mbak @linasasmita we wish you're here. Wuaaah saya jadi baper. Foto tersebut menampilkan semua nominee kategori blogger seperti Mas Teguh Sudarisman, Ardian Kusuma, Elisabeth Murni, Quratul Ayun, kecuali saya. Lalu beberapa menit kemudian, Ayun mention saya dan mengucapkan selamat kalau saya juara satu. Saat itu saya yang baru saja pulang kerja, hampir hilang kendali. Lompat-lompat tidak jelas. Lalu teriak-teriak sendiri. Ah untung saja tidak banyak orang yang lihat. Alhamdulillah.
Setelah itu teman-teman blogger lainnya yang malam itu menonton live di IG story-nya Kemenpar mulai rame mengucapkan selamat di grup-grup WhatsApp. Saya yang belum sempat menonton akhirnya ikut-ikutan juga menonton selama perjalanan pulang kerja, terutama penasaran siapa yang memenangkan hadiah utama uang tunai seratus juta rupiah untuk kategori Best of the Best. Dan kategori itu pun akhirnya dimenangkan oleh CNN TV.
Alhamdulillah dua hari setelah itu piagam dan piala sudah ada di tangan saya. Dua minggu kemudian hadiah uang tunai 10 juta rupiah sudah masuk ke dalam rekening.
APWI 2018 merupakan pencapaian tertinggi saya selama ngeblog. Setelah bertahun-tahun saya selalu tidak pede untuk ikutan berbagai perlombaan ngeblog. Yang akhirnya memberanikan diri keluar dari cangkang, menceburkan diri ke dalam sebuah kompetisi. Positifnya adalah... selalu saja kemenangan lomba blog seperti ini, membuat saya semakin bersemangat dan rajin menulis lagi. Semangat untuk ikut lomba-lomba lainnya.
Bagi teman-teman yang belum mencoba, tahun ini Insya Allah akan diadakan lagi APWI 2019. Maka persiapkanlah untuk menyambutnya. Kemungkinan Agustus September beritanya sudah mulai beredar di media-media online. Dan kalau melihat pengalaman tahun-tahun lalu, lomba selalu digelar menjelang akhir tahun dari Oktober ke November dan pengumuman pada bulan Desember.
Wahh.. keren banget mba lina.. membuat yang baca blog ini jadi termotivasi..
BalasHapusBtw.. selamat ya mba linaa.. sukses terus mbaa 😊
Luar biasa kakak juara, terus berkarya dan menginspirasi banyak penulis muda seperti saya
BalasHapusSudah sepantasnya mbak Lina dapat anugerah ini, isi blognya yang inovatif dan menuliskan perjalanan wisata yang aku sendiri banyak belum tau. Selamat ya mbak.
BalasHapusSelamat ya, Mbak. Ini beneran ya dengan yang namanya hasil tidak mengkhianati usaha. Mantap banget usahanya untuk membuat tulisan. Akhirnya mendapatkan hasil yang sepadan
BalasHapusAlhmdulillah ikut berbahagia... selamat dan semoga juara lagi. dan bisa hadir saat penyerahan hadiah.. hehhe
BalasHapusMasyaAllah mbak Lina, tabarakallah, selamat ya buat pencapaiannya. Hasil tidak mengkhianati usaha mbak. InshaaAllah berkah ya :)
BalasHapusSenangnyaaa...semoga suatu saat saya bisa dapat piala seindah itu. Hehe. Mbak emang kece sih. Apa karena ini juga sesuai passion: traveling. Jd nulisnya dari hati. Eaaaa...selamat yaaa
BalasHapusHuaaa selamat ya.. Aku selalu senang kalau bw ke sini. Membaca kisah2 perjalanannya, bahasa tulisannya mengalir dan membuat aku serasa ikut dalam perjalanan. Semoga makin semangat menulis dan makin sukses yaa
BalasHapusLuar biasa semangat Mba Lina untuk ikutan lomba ini. Effortnya menakjubkan. Enggak salah mba jika kali ini anugerah itu menjadi milikmu. Selamat ya mbaaa...
BalasHapusWah selamat ya Mbak Lina, keren banget juara 1. Usaha tidak akan membohongi hasil ya Mbak, tetap semangat membagikan cerita yaa.
BalasHapusKeren banget Mbak..Luar biasa pencapaiannya. Barakallah semoga makin mudah langkah selanjutnya:)
BalasHapusmeski telat ngucapinnya... selamat ya mba lina. semoga makin sukses dengan tulisan-tulisan travelnya, aamiin
BalasHapusSelamat mbak. Keren. Hasil memang nggak akan mengkhianati usaha ya. Perjuangan banget buat bisa ikut lomba itu akhirnya berbuah manis
BalasHapussebagai blooger, saya ikut bangga dengan pencapaian ini. selamat ya, mba..sukses terus :)
BalasHapusMasyaallah, keren bgt mbak bisa juara 1. Aku malah ga tau ada ajang lomba ini 😍
BalasHapusMasya Allah, Mbak Lina, dirimu memang hebat dan keren banget. Selamat ya, Mbak.. semoga sukses dan selalu menginspirasi untuk kita semua.
BalasHapusMenjadi Juara 1 APWI Kategori Blogger, ugghh, keren banget.. Saya ikut seneng ^_^
Wow, perjuangannya ternyata ngga main-main ya mbaaa, sayang ngga bisa hadir tapi Alhamdulillah sudah berhasil, selamat ya, kereeeen...
BalasHapusAlhamdualilah. Mba keren sekali, selamat ya mba
BalasHapusSelamat ya mbak atas pengharagaannya. Emang ya yg namanya usaha gak menghianati hasil. Buah ketekunan. Semoga bisa terus menjadi inspirasi utk berkarya lebih bagus lagi :D
BalasHapusSubhanallah... mantap jiwa Mbak. Saya bertahun tahun ngeblog tapi belum mencapai apapun nie. Hikz hikz... sedihnya...
BalasHapusSelamat ya Mbak...
Selamat atas kemenangannya ya, Mbak.
BalasHapusTernyata untuk mengikuti lomba tersebut, ada persyaratan untuk mengirimkan hard copy-nya ya...lumayan ribet juga hihihi
Wah, perjuangannya keren! Selamat ya :) Mungkin memang belum rezekinya ke Jakarta langsung. Semoga lain kali :)
BalasHapusSelamat ya mbak, bisa menyingkirkan pesaing-pesaing lain di ajang bergengsi begini!!
BalasHapusMeskipun nggak bisa datang di Jakarta, tapi berita baik terdengar sampai ke telinga
Mbaa, selamat ya.. perjuangannya. Juara 1, barakallah mba. Meski berliku2 tapi ujungnya membahagiakan sekali. Turut senang ^^
BalasHapusSelamat ya mbak Lina... AKu ikut senang... Tapi aku setuju kalau mbak Lina juara 1 karena setiap aku baca ulasan dari mbak Lina bisa membuatku sedang berada disana dan emang informatif.
BalasHapusSelamaatt kaka...
BalasHapusSenang rasanya melihat kak Lina bahagia.
Karena kalau lihat tulisan kak Lina yang konsisten menulis mengenai pariwisata Indonesia. Bacanya juga ngaliiirrr...enak gitu.
Sekali lagi,
Barakallahu fiik, kaka~
Barokaallah, Mb Lina. Terus sukses dan kinsisten ya ngebolang. Perjalananmu sudah layak nia jadi buku travel, foto juga kece
BalasHapus