Menjelajah Wadi Rum Lembah Padang Pasir Terluas di Yordania

Wadi Rum (Wadi Ramm) merupakan sebuah lembah berpasir yang sangat luas diantara pegunungan dan perbukitan berbatu yang terletak di selatan Yordania. Tepatnya sekitar 60 kilometer dari Kota Aqaba Yordania. Wadi berarti lembah sedangkan Rum (Ramm) berarti pasir. Sesuai dengan namanya Wadi Rum merupakan lembah yang berisi lautan padang pasir yang hampir tidak ditumbuhi pepohonan sama sekali. Sejauh mata memandang hanyalah pasir dengan tebing-tebing berbatu yang mengagumkan dalam beragam formasi. Hasil tempaan alam selama ratusan atau bahkan jutaan tahun.

Wadi Rum
Wadi Rum


Sebelum menerima itinerary dari Hanna dan Rendy, saya sama sekali tidak mengetahui apa dan bagaimana Wadi Rum. Sempat googling sebentar, hanya mampir di wikipedia dan tidak sempat mencari tahu lebih dalam lagi. Begitu pun teman-teman yang lain. Kami semua tidak mempersiapkan perlengkapan yang cocok untuk berada di lembah gurun ini sementara suhu udara di sana sedang drop di bawah 10 derajat celcius. Untungnya, sebelum berangkat, suami sudah berpesan agar saya membawa beberapa helai jaket karena kemungkinan besar di Timur Tengah masih musim dingin. Alhamdulillah berkat nurut sama suami, saya tidak terlalu kedinginan karena mengenakan jaket beberapa lapis. Sedangkan yang lainnya, harus terima nasib lebih kedinginan dibanding saya karena hanya membawa satu lembar jaket saja.


Penerbangan ke Amman yang Delay 

Bandara Internasional King Abdul Aziz
Menunggu Pesawat di Bandara King Abdul Aziz Jeddah.

Penerbangan Jeddah (Saudi Arabia) - Amman (Yordania) ditempuh dalam waktu hampir 2 jam. Terbilang dekat ya. Tidak jauh beda dengan jarak penerbangan Batam - Jakarta. Tidak berasa lama. Yang lama itu menunggu pesawat berangkat yang nggak jadi-jadi. Pesawat Saudi Arabian Airlines dengan nomor penerbangan SV631 yang dijadwalkan berangkat pukul 10.55 pagi itu mendadak molor tanpa pemberitahuan sepatah dua patah kata pun. Padahal apa susahnya sih tinggal buat pengumuman melalui pengeras suara kalau pesawat sedang terkendala masalah teknis atau alasan lainnya yang biar bohong sekalipun kita tetap bakal percaya. Jadi, calon penumpang tidak digantung tanpa kepastian. Karena yang namanya menunggu tanpa kepastian itu nggak enak sodara-sodara. Rasanya seperti menunggu mantan minta balikan gitu. Nyata tapi absurd.


Di papan jadwal keberangkatan, pesawat kami di-reschedule berangkat jam 12 siang. Saat tiba jam 12 ternyata tidak ada panggilan juga padahal kami udah berbaris rapi di gate 10 yang menjadi pintu lewat kami keluar bandara menuju pesawat. Pegal menunggu, sebagian kami memeriksa papan jadwal keberangkatan, belum berubah juga. Setelah nanya petugas katanya di-reschedule lagi entah ke jam berapa. Kami pun duduk kembali.


Jadwal keberangkatan di papan berubah menjadi pukul satu siang. Tiba jam satu siang ternyata nggak jadi lagi. Wah parah banget ini. Sudah lebih molor dibanding pesawat merah di negara kita itu. Kami pun  hampir bosan menunggu. Hingga akhirnya jam 2 lewat sekian menit kami dipanggil untuk naik pesawat. Kami fikir bandaranya secanggih dan sekeren Changi, KLIA atau Sukarno Hatta dimana calon penumpang tinggal jalan sebentar sudah ada dalam badan pesawat. Ternyata di King Abdul Aziz Jeddah kami harus naik bis selama 10 menit baru deh tiba di tangga menuju pesawat. Lapangan bandaranya memang luas tapi sayang luasnya tidak efektif dan tidak efisien. Begitu pun bangunan bandara yang masih zaman old banget dengan ruang tunggu yang sempit. Padahal selama ini, dalam fikiran saya, mendengar nama King Abdul Aziz saja yang terbayang adalah kemewahan dan kemegahan.



Kedatangan Perdana ke Yordania (30 Januari 2019)

Saat tiba di Amman, saya terkesan dengan Bandara Queen Alia yang luas, bersih dan kinclong. Memang begini seharusnya sebuah bandara. Memberikan kesan dan aura positif saat pendatang asing pertama kali menginjakkan kaki di negaranya. Sehingga efek positif itu mampu mempengaruhi mood dan persepsi si pendatang sehingga kesan positif itu tetap bertahan hingga ia kembali ke negara asalnya. Ya seperti saya inilah, bisa bercerita positif tentang bandara tersebut.


Seperti diceritakan di postingan sebelumnya di Itinerary Yordania dan Palestina bahwa pada saat di Bandara King Abdul Aziz Jeddah, bagasi kami yang jurusan Al Aqsha telah dipisahkan oleh porter supaya tidak tercampur dengan jurusan Turki dan Mesir. Namun ternyata begitu kami selesai mengambil bagasi, travel bag Mbak Ata tidak kunjung keluar. Berkali-kali mengecek conveyor sampai benar-benar berhenti, travel bag-nya tetap tidak kelihatan. Namun di lain sisi, ada satu travel bag yang menggunakan cover yang sama dengan rombongan kami tidak ada yang mengaku punya siapa. Setelah dikonfirmasi ke grup lainnya via whatsapp, ternyata travel bag Mbak Ata terbawa ke Mesir sedangkan travel bag yang ada pada kami punya salah seorang peserta rombongan Mesir asal Aceh. Duh ini drama baru lagi. Pantas sepanjang perjalanan saya nggak enak hati teringat bahwa hanya Mbak Atta saja sendiri yang tidak mengkonfirmasi travel bag-nya kepada porter bandara.


Saat itu Mbak Ata menghubungi Hanna yang sepertinya sedang di India atau mungkin sudah sampai di Kashmir. Waktu dihubungi di sana sekitar jam 2 dini hari. Jadi susah dihubungi karena sudah tidur. Mbak Ata dan saya pun menghubungi Rendy agar permasalahannya bisa diselesaikan dengan segera. Nggak kebayang bisa bertahan di cuaca Yordania yang sedang musim dingin hanya dengan mengenakan baju seadanya yang melekat di badan. Alhamdulillah Rendy segera mengambil solusi untuk mentransfer sejumlah uang untuk digunakan Mbak Ata beli baju, jaket dan keperluan pakaian ganti lainnya. Terima kasih Rendy.



Menuju Wadi Rum

Sebenarnya jika pesawat on schedule, maka jadwal kami siang itu adalah mengunjungi lokasi pertempuran Perang Mu'tah. Perang melawan tentara Romawi, dimana terdapat tiga sahabat Rosululloh SAW yakni Zaid Bin Haritsah, Ja'far Bin Abu Thalib dan Abdullah Bin Rawahah yang ketiganya menjadi panglima perang menggantikan satu sama lain sebelum akhirnya satu per satu mereka gugur di medan pertempuran. Kisah perang Mu'tah ini sangat epik dan heroik. Insya Allah akan saya ceritakan di tulisan berikutnya karena banyak hikmah dan pelajaran yang dapat kita petik di dalamnya.


Kedatangan kami disambut oleh guide asal Amman bernama Mumtaz. Ia seorang pria yang berkulit putih dengan perawakan yang tinggi dan hidung mancung. Menurut pengakuannya ia belum menikah dan belum punya pacar. Terang saja emak-emak di grup kami langsung pada heboh. Berharap ia mendapatkan jodoh asal Indonesia. Mumtaz juga pintar berbahasa Indonesia. Walau aksen Arabnya masih kental, namun bahasa Indonesianya sangat sopan dan selalu mengawali setiap perjalanan kami dengan berdoa diawali basmalah serta hamdalah. Masya Alah, udah ganteng soleh lagi. 😃


Karena waktu sudah menunjukkan pukul 4 sore, kami segera menaiki kendaraan untuk menuju ke Wadi Rum Campsite. Di perjalanan, kami mampir di sebuah Rest House untuk makan dan salat jama qosor. Di Rest House ini terdapat restoran, musola serta etalase yang memajang barang-barang kerajian kreatif dari Iran dan Turki. Setelah salat qosor Zuhur dan Asar, kami pun makan siang bersama dengan nasi kuning dan lauk ayam. Tepatnya makan sore. 😅

Rest House at Jordan
Rest House dimana terdapat restoran dan musola.

Selama dalam perjalanan, Mumtaz menerangkan berbagai hal tentang Yordania. Menurut keterangannya, Yordan merupakan salah satu negara Arab yang tidak mempunyai penghasilan dari minyak sama sekali. Beda dengan negara Arab lainnya. Pendapatan Yordania yang paling utama disokong oleh 4 jenis komoditi yang semuanya bukan dari minyak bumi seperti dari zaitun dan pariwisata.


Yordania merupakan sebuah kerajaan yang dipimpin oleh seorang raja. Pemerintahnya dipimpin oleh perdana menteri. Namun perdana menterinya ditunjuk oleh raja sehingga yang mengendalikan pemerintahan sebenarnya tetap raja juga. Yang menarik, Mumtaz menceritakan bahwa Raja Yordania, Raja Abdullah merupakan sahabat dekat Prabowo. Pak Prabowo ini pernah tinggal selama 5 tahun di Yordania di sebuah kompleks perumahan mewah. Mumtaz berjanji akan membawa kami ke sana untuk berfoto-foto. Namun saat kembali ke Amman, kami tidak jadi mampir karena waktu sudah mepet.


Sepanjang perjalanan menuju Wadi Rum, saya takjub dengan bentangan pemandangan alam yang berbukit-bukit. Meskipun terlihat gersang, tetap saja bentangan alam ini terlihat cantik apalagi senja mulai menampakkan diri, menggiring matahari untuk tenggelam di balik perbukitan.


Wadi Rum Campsite

Wadi Rum Campsite
Wadi Rum Campsite

Kami tiba di Wadi Rum Campsite sekitar jam 7 malam. Tipe penginapan di sini mirip seperti glamcamp. Meskipun penginapannya berbentuk kemah berderet, namun di dalamnya dilengkapi dengan tempat tidur dan kamar mandi. Ketika saya cek di internet sebelumnya, harga menginap per kamar di sini rata-rata sekitar Rp. 750. 000. Lumayan mahal dengan fasilitas yang standar.

Ba'da salat maghrib, kami punya waktu sekitar 1 jam untuk beristirahat di kamar masing-masing hingga pukul 8 malam, waktu yang dijadwalkan untuk makan malam bersama di restoran.

Memeasak di dalam tanah
Pembakaran makanan di dalam tanah ditutup kain

Restorannya terpisah dengan bangunan kamar. Sebenarnya jika cuaca normal, menuju restoran ini menyenangkan karena akan melewati lapangan yang disediakan kursi-kursi melingkar untuk duduk nongkrong menikmati malam yang jernih dengan gemerlap bintang. Namun, udara yang sangat dingin dan menusuk tulang belulang, membuat langkah-langkah melintasi lapangan seperti melalui jalan berbatu dan berduri. Dingiiiiin minta ampun.

Try Jordan Food
Teman-teman  seperjalanan yang mencoba masakan Yordan

grilled chicken
Ayam dan iga kambing panggang

Kentang dan wortel panggang
Kentang dan wortel panggang

 
Tepat pukul 8 malam, kami berkumpul di restoran. Seorang pelayan mengajak kami ke belakang bangunan restoran dan menunjukkan tungku-tungku besi yang di tanam di dalam tanah. Yang kelihatan di permukaan hanyalah tutup panci yang berbentuk bulat.

Seorang pelayan lantas mengangkat kedua telinga panci dari dalam tanah. Ternyata begitu diangkat panci tersebut terdiri dari bebrapa tingkat seperti rak. Di bawah panci tersebut terdapat arang-arang yang menyala menjadi bara. Baru kali ini kami menemukan teknik memasak di dalam tanah. Unik dan tidak pernah terfikirkan. Dengan menggunakan teknik ini, kemungkinan akan menjaga bara tetap menyala dan penyebaran panas di panci/rak masakan merata sehingga cepat matang.


Menu makan malam kami  malam itu adalah roti kering dan ayam panggang, iga panggang yang semuanya dimasak di panci di dalam tanah tadi. Selain itu ada beragam pasta dan asinan yang semuanya kurang cocok di lidah kami sehingga tetap mengelaurkan saus dan sambal goreng tempe dari kampung halaman.


Wadi Rum Jeep Tour

Perjalanan menggunakan jeep adalah sesi yang paling menyenangkan. Kami menjelajah area Wadi Rum yang sangat luas dengan menyusuri beragam kontur lembah yang antara satu kawasan dengan kawasan lain pasirnya berubah-ubah. Ada yang warna putih, krem, ada juga yang berwarna kemerahan.








Dua unit mobil Jeep Toyota 4WD mengantarkan kami berkeliling menyusuri lembah pasir luas kering nan gersang namun sarat akan keindahan. 2 jam sungguh tak terasa berlalu begitu cepat. Semua pemandangan yang kami lalui tampak berubah-ubah dan tak pernah sama. Sungguh jika kami tersasar di sini, tentu sama sekali takkan mampu kembali. Salut sama sopir-sopir yang membawa kami tour. Sungguh lihai dan tentu saja sangat mengenali medan dan mampu memperkirakan waktu yang tepat untuk sejauh mana kami dibawa menjelajah sehingga dapat kembali dalam waktu 2 jam. 


Di satu kawasan kami berhenti dan bertemu dengan penggembala unta. Beberapa orang dari kami mencoba menaiki unta. Saya sendiri karena tidak punya uang dinar Yordania tidak mencoba naik unta. Beda dengan Arab Saudi, di negara ini sebagian besar pedagang atau penjual jasa masih malas menerima uang rupiah secara langsung. Mereka lebih suka mata uangnya sendiri atau dollar Amerika. Selain itu harga sekali naik 10 dollar. Cukup mahal.
Salah seorang peserta tour mencoba menaiki unta.

Dua jam berlalu tanpa terasa. Berbagai macam kontur lembah telah kami jelajahi. Mulai dari turunan dan tanjakan curam serta melintasi celah-celah sempit di antara tebing bebatuan. Sesekali merasakan teknik drifting di padang pasir yang sangat memompa adrenalin. Kelihaian pengendara jeep ini sungguh telah teruji. Kami yang pada awalnya merasakan waswas lama kelamaan mulai menikmati serunya perjalanan menjelajah lembah Wadi Rum yang seakan tak berbatas.


Namun, dua jam bukanlah waktu yang cukup memuaskan untuk menuntaskan dahaga sebuah petualangan di lembah gurun ini. Sayang sekali, kami harus segera kembali ke penginapan untuk melanjutkan perjalanan menuju Petra sebelum keesokan harinya akan melintasi perbatasan Yordania Israel guna menyambangi Mesjid Suci Al Aqsha di Al Quds Yerussalem. Tujuan utama kami dalam perjalanan yang singkat ini. 

44 komentar :

  1. wih jauhnyaaa sampai ke Yordania. Ku pikir padang pasir bakal panas ternyata saat malam dinginnya menusuk tulang.
    Btw, naik unta mahal amat yak 10 dollar. Itu pakai keliling berapa putaran?

    BalasHapus
  2. Wah seru banget nih ya Mbak bisa menyusuri Wadi Rum yang ada di Yordania

    BalasHapus
  3. Waw sudah sampai di Yordania ya. Keren banget tuh menjelajahi gurun pasir

    BalasHapus
  4. Wah seru tuh ya pastinya bisa menjelajahi gurun pasir yang luas bersama dengan teman atau saudara

    BalasHapus
  5. Bun di sana kalau malam dingin banget ya pastinya. Nah, kalau siang panas banget nggak?

    BalasHapus
  6. Saya pingin banget nih keliling seperti itu. Semoga saja cepat terwujud ya aamiin

    BalasHapus
  7. Whoaaa... Yordania ini menariiik banget ya Mbaaa
    Buat yg suka adventurous, pasti hepi berat bisa plesir ke Yordan!
    --bukanbocahbiasa(dot)com--

    BalasHapus
  8. Ya allah seru banget mba.. Bisa ke yordania.. Masya allah.. Beruntung sekali ya mbak... Aku jadi kepengen Kesana

    BalasHapus
  9. Wohaaa seru banget, penasaran nih sama makanan sana, gak pake nasi toh hehe apa bisa kenyang nih. Semoga suatu saat bisaenginjakkan kaki ke jazirah arab merasakan bagaimana perjuangan para sahabat rasulullah

    BalasHapus
  10. Serius mba kalau malam hari udaranya dingin, soalnya kalau di lihat daerahnya yang padang pasir dugaannya pasti panas, tapi beruntung ya mbak bisa ke yordania...semoga next ada rezeki buat menjelajah negara-negara timur tengah yang keren plus sambil wisata religius.

    BalasHapus
  11. Byuhhh...seruuuu
    Suatu saat aku pengin jalan-jalan ke sana juga.

    BalasHapus
  12. Masya Allah senengnya.. Saya melihat kayak yang ada di film-film itu. Haa.. naik unta harganya USD 10. Mahal juga ya.. tapi mungkin di sana tergolong biasa ya, harga segitu.

    BalasHapus
  13. Aku tertarik banget pingin nyicip makanannya mbak. Itu cara memasaknya unik banget di dalam tanah gitu. Jadi bikin penasaran. Hihi.

    BalasHapus
  14. Mbaa, delaynya bosenin banget ya. Iya bener kenapa nggak diinfokan sih itu, jadi menanti2 kaaan.
    Tapi perjalanannya seru ya. Nunggu cerita selanjutnya. Oh iya aku blm pernah makan wortel panggang gitu ��
    Jadi 750rb per malam ya mba... itu di sana dingin menusuk tulang

    BalasHapus
  15. Aku pernah dengar mitos mengenai naik unta, kak Lina.
    Kalau unta hanya mengijinkan orang yang berhati baik untuk naik ke badannya.
    Karena memang gak semua orang bisa naik.

    Hihi...gatau bener atau engga yaa..

    Mitos jadi kenyataan kalau dipercaya.
    Bener begitu kan yaa...kak?

    BalasHapus
  16. Wah, dibawah 10 derajat suhunya. Duh, gak kebayang dinginnya. Penasaran juga, hawanya dingin tapi matahari terang gitu ya. Kutahunya yg namanya musim dingn ya bersalju, wkwkwk.
    Cakep mba tempatnya, pasirnya berwarna coklat gitu.

    BalasHapus
  17. Asiknya ke Yordania, ditunggu cerita lainnya ya Mba. Dan semoga no drama seperti ada teman tertukar kopernya dan delay pesawat itu, huhu

    BalasHapus
  18. Wah kirain hanya di indonesia penerbangan suka delay di luar negeri juga yaa, tapi yang penting bisa sampai tujuan dan bisa jelahah gurun pasir yg luas

    BalasHapus
  19. Masyaa Allah, semoga Allah mampukan aku dan keluargaku ke baitullah dan bisa mampir ke Wadi Rum dan tempat2 lain di bumi Allah. Hati rasanya ikut berdesir bahagia liat foto-foto mbak Lina

    BalasHapus
  20. Sekarang banyak yang buka open trip ke Timur Tengah dan Yordania masuk destinasinya. Ternyata sekeren ini. Aku mupeng banget, semoga nanti bisa umroh sekalian mampir ke Wadi Rum. Aamiin.

    BalasHapus
  21. pergi jauh jauh tetap bawa sambel goreng tempe ya mbak..memang cita rasa Indonesia tetap yang terbaik..hihihi

    BalasHapus
  22. Yordania sakah satu negara yg kpingin bngt aku tuju mba,, bangunannya, masjidnya dan gurun pasirnya mau lihat dr dekat

    BalasHapus
  23. Aku ke negara terdekat aja belum pernah apalagi di Yordania uwuu
    Lumayan juga. Belum pernah sama sekali wkkwk
    Gurun pasirnya macam kek di wallpaper yg ada di komputer2 mbak
    Ehh ternyata suhunya smpe 10 derajat selsius ya

    BalasHapus
  24. Subhanallah, walopun panas dan gersang, keren banget ya pemandangannya. Kepengen banget deh bisa menjelajah tempat unik seperti itu

    BalasHapus
  25. Pintu Doraemon mana ya hahaha.
    Rasnaya pengen langsung berada di Wadi Rum secepatnya. Cakep banget. Meski Padang Pasir tapi view-nya bagus. Pengen ngerasain masakan yang dimasak di dalam tanah pula. Aku masih belum kebayang gimana caranya.

    BalasHapus
  26. Masya Allah asik sekali bisa ke Yordania yah mbak, duh semoga someday saya bisa berkunjung kesana jug aamiin. Seneng menjelajah gurun

    BalasHapus
  27. Aku ke Jordan tahun 2015 dan saya hanya sempat menjelajahi Petra, Laut Mati sert Citadel di Amman. But it’s wonderful indeed ♥️♥️♥️

    BalasHapus
  28. Waduh kepengen juga ke Yordania. Baru tau ternyata mereka tidak produksi Minyak bumi. Wadi Rumnya keren ya. Kayak di planet lain

    BalasHapus
  29. aa jadi berasa ikutan jalan2. seneng banget bisa ke yordania ya mba. ditunggu cerita selanjutnya

    BalasHapus
  30. Hahaha.. sama kita kemanapun perginya, sambal selalu saya bawa dari rumah. Khawatir ga cocok dilidah, makan nasi sama sambal kan sudah cukup mengenyangkan. Hahaha

    BalasHapus
  31. Jadi, cuma pasir tok sejauh mata memandang, ya, mbak?

    BalasHapus
  32. Sambal tempe yang dibawa dari kampung halaman

    Hihihi

    Itu ada gambar wortel bakar, gmn rasanya

    BalasHapus
  33. Yordania bahasa nasionalnya bahasa Arab, bukan sih? Kalau tulisan gitu huruf Hijaiyah kan ya?

    BalasHapus
  34. Seru mbak baca tulisannya. Aku juga baru pulang dari nginep di Wadi Rum. Seruu ya. Aku ambil tour jeep yang 4 jam. Puas banget.

    BalasHapus
  35. seperti apa sih ya berkendara di padang pasir, bentukannya sama semua pasir begitu ngeri2 juga ya kalau nyasar

    BalasHapus
  36. Waaahh...keren banget mbak tripnya. Aku belom prnh ke yordania, mungkin rutenya enak sebelum atau sesudah umroh yak jd sekalian traveling rute rohani.

    BalasHapus
  37. Waduh, keren banget, Mbak. Btw, makanannya cocok nggak dengan lidah Indonesia?

    BalasHapus
  38. Ke wadi rum impian saya juga, karena pernah lihat di tivi lokasinya menakjubkan

    BalasHapus
  39. Wah, kacau juga ya kalau delay sampai selama itu, itinerary jadi berubah.


    Lalu padang pasirnya juga cantik banget. Seru banget kali ya kalau bisa mengendarai mobil diboadang pasir. Duh, jadi pengen ke Jordan juga nih :)


    BalasHapus
  40. Ah dua kali aku baca ini dua kali juga aku belom bosan. Serasa pengalaman sendiri bacanya. Mulai dari bete nunggu pesawat delay, ngobrol ama guide, penasaran ama rumah Prabowo di Yordan hingga jelajah di lembah pasir bersejarah Wadi rum... keren

    BalasHapus
  41. Serunyaaa, naik jeep tour di padang pasir mba... Aku kalo bisa ke sana rasanya pas naik jeep itu pingin teriak kenceng Hehehe *boleh nggak ya? :D Yang travel bag-nya ktuker dan kebawa ke Mesir akhirnya bisa kembali lagi mba?

    BalasHapus
  42. Waah pengalaman seru ya mbak bisa jalan -jalan ke padang pasir. Kayaknya seruu bangeet deh. Eh tapi aku salah fokus sama wortel panggang. Enak gak mbak?

    BalasHapus
  43. Lagi musim dingin yah mba makanya pada jaketan semua

    BalasHapus
  44. Seru banget mbak ikutan jeep tour di padang pasir Wadi Rhum. Masih masuk wishlist nih buat aku.

    BalasHapus

Halaman ini dimoderasi untuk mengurangi spam yang masuk. Terima kasih sudah meninggalkan komen di sini.

Made with by Lina W. Sasmita