Penerapan Literasi Digital di Wilayah Tertinggal

Menurut Wikipedia, literasi digital adalah pengetahuan dan kecakapan untuk menggunakan media digital, alat-alat komunikasi, atau jaringan dalam menemukan, mengevaluasi, menggunakan, membuat informasi, dan memanfaatkannya secara sehat, bijak, cerdas, cermat, tepat, dan patuh hukum dalam rangka membina komunikasi dan interaksi dalam kehidupan sehari-hari. 

Literasi Digital di Wilayah Tertinggal


Sementara itu menurut Media Kompas, literasi digital adalah ketertarikan, sikap, dan kemampuan individu menggunakan teknologi digital dan alat komunikasi untuk mengakses, mengelola, mengintegrasikan, menganalisis, mengevaluasi informasi, membangun pengetahuan baru, membuat, dan berkomunikasi dengan orang lain agar dapat berpartisipasi secara efektif dalam masyarakat.

Dari dua definisi di atas dapat kita simpulkan bahwa literasi digital sangat erat kaitannya dengan kepemilikan dan penguasaan alat-alat digital seperti gawai, komputer, laptop dan benda digital lainnya yang relevan. Begitu juga dengan sarana dan prasarana pendukung seperti jaringan komunikasi dan internet.

Bagi penduduk kota (urban) dan wilayah sub urban, kepemilikan dan penguasaan benda-benda digital seperti gawai tentu sudah tidak asing lagi karena sudah menjadi bagian dari keseharian mereka dan bahkan sudah menjadi suatu kebutuhan. Namun bagi penduduk yang tinggal jauh di pelosok dan wilayah-wilayah tertinggal lainnya di Indonesia, jangankan memiliki alat-alat digital bahkan jaringan pendukungnya saja seperti jaringan komunikasi serta internet sangat sulit untuk dijangkau.

Perkembangan teknologi yang begitu pesat, membuat segala hal di zaman sekarang menjadi sangat mudah dan cepat termasuk perkembangan teknologi digital ini. Pemerataan infrastruktur jaringan komunikasi terutama internet di wilayah-wilayah pelosok tanah air seperti di pedalaman Sumatera, Papua, Kalimantan, Sulawesi, ujung utara Indonesia seperti Pulau Miangas, Aceh, Anambas dan Natuna, serta wilayah paling selatan Indonesia seperti Pulau Rote sudah seharusnya sangat diperhatikan oleh pemerintah dan pemangku kebijakan.


LITERASI DIGITAL DI WILAYAH TERTINGGAL

Sebagai seorang penduduk yang tinggal di wilayah perbatasan dan dekat dengan wilayah tertinggal seperti Natuna, Anambas dan Lingga,  dahulu saya mengamati perbedaan yang amat mencolok dari sisi pembangunan infrastruktur di wilayah-wilayah ini jika dibandingkan dengan Pulau Jawa. Termasuk salah satunya adalah infrastruktur komunikasi. 

Seiring pembangunan berbagai sektor terutama komunikasi dan informasi yang menjadi salah satu sasaran penting dalam pembangunan di pemerintahan Presiden Jokowi, saya melihat ada keseriusan pemerintah untuk mengatasi berbagai kesenjangan antara pusat dan daerah. 

Menurut penuturan seorang teman yang tinggal di Natuna, dengan dibangunnya infrastruktur komunikasi seperti pemancar dan jaringan kabel optik bawah laut ke Natuna, kini hampir semua pemuda, orang tua, dan juga anak-anak dapat melek digital. Sebagian besar penduduk Natuna bahkan yang di pulau-pulau terluar telah mempunyai gawai masing-masing dan dapat mengakses internet terutama media sosial.

Hal di atas sangat kontras dengan kondisi 15 tahun yang lalu dimana saat saya berkunjung ke Natuna, untuk mengirim pesan singkat atau SMS saja susahnya minta ampun. Begitu pula di Kabupaten Anambas dan Lingga. Kini, jaringan internet sudah membaik dan infrastruktur telah dibangun. Tinggal bagaimana masyarakatnya saja yang harus dididik dan diarahkan tentang cara penggunaan serta pemanfaatannya agar teknologi digital digunakan secara sehat, bijak, cerdas, cermat, tepat, dan patuh hukum. 

Sekarang, setelah semua pembangunan fisik dan infrastruktur komunikasi tersedia di seluruh provinsi di Indonesia, PR selanjutnya bagi pemerintah dan pemangku kebijakan adalah bagaimana masyarakat belajar memahami dan mendalami literasi digital sehingga teknologi ini dapat dimanfaatkan dan digunakan sebaik mungkin.


HARUSKAH LITERASI DIGITAL DITERAPKAN DI SEKOLAH?

Komisi Perlindungan Anak Indonesia ( KPAI) mengusulkan agar pemerintah dapat memasukkan kurikulum literasi digital di sekolah. Hal ini bukan tanpa alasan. Di masa yang serba mudah dan serba online seperti saat ini, anak-anak akan sangat rentan terjerat pornografi dan praktik cyber crime. Selain itu tingkat minat baca masyarakat Indonesia yang rendah, sangat berpotensi sekali menjadi sasaran pelaku cyber crime ini menjalankan aksinya.  

Saat ini, akses anak-anak terhadap gawai tidak mungkin bisa dicegah atau diputus sehingga pendidikan  literasi digital sangat dibutuhkan supaya mereka tetap dapat menggunakan gawai dengan bijak.  Berdasarkan catatan KPAI, kejahatan pornografi dan cyber crime menjadi salah satu tindak pidana paling banyak terjadi pada anak-anak dalam kurun waktu tiga hingga empat tahun terakhir. 

Oleh karena itu, pemerintah sudah seharusnya memperhatikan kasus-kasus cyber crime yang melibatkan anak-anak sekolah, baik sebagai pelaku maupun korban terutama yang terpapar pornografi. Selain itu diperlukan juga perumusan aturan penggunaan gawai di sekolah. 

Jika kelas tatap muka dilakukan secara normal lagi, maka tidak menutup kemungkinan siswa SD, SMP, SMA dapat menggunakan akses digital selama pembelajaran dan tentu saja harus dengan bimbingan para guru dan harus dipastikan bagaimana aturan-aturannya sehingga proporsional.


BLOGGER BICARA LITERASI DIGITAL

Senin malam (11 Januari 2021) saya dan teman-teman blogger belajar bersama dalam Kelas Growth Blogger (KGB). Malam pertama belajar di kelas ini kami dipandu oleh Miss Gemaulani, seorang blogger yang telah memiliki 11 blog dengan DA di atas 30 semua. Duuh maaf saya mau mangap dan bilang WOW dulu. Antara takjub dan sirik sebenarnya  ini. Hahaha. 

Gema (panggilan sok akrab saya kepada Gemaulani) memandu kami dalam teknik menulis dan editing untuk blogpost. Tapi sebenarnya ilmu yang ia share tidak hanya cocok untuk blogpost saja melainkan bisa diterapkan untuk teknik menulis dalam hal apapun seperti pada skripsi, jurnal penelitian, artikel, surat cinta, surat lamaran, atau sekadar buat status di medsos. Ya karena pembahasan yang disampaikan mengulas tentang cara menulis sesuai kaidah tata bahasa Indonesia yang baik dan benar menurut Ejaan Bahasa Indonesia (EBI) yang dulu dikenal dengan sebagai EYD.

Bagi saya ini adalah salah satu bentuk literasi digital kepada kami para blogger yang sehari-hari sudah terbiasa menulis secara online. Pengetahuan-pengetahuan dasar seperti hal yang disampaikan pemateri sungguh sangat berharga karena menjadi modal dasar dan modal awal para blogger untuk menulis secara baik dan benar. Mengawali literasi digital dengan tata penulisan yang sesuai dengan kaidah adalah langkah yang sangat berguna.


MENGAPA LITERASI DIGITAL PERLU DIGAUNGKAN?

Seperti yang sudah saya sampaikan di atas bahwa perkembangan teknologi digital harus dibarengi oleh literasi digital agar para pengguna terutama anak-anak muda dapat memanfaatkan teknologi digital secara bijak. Jika tidak, maka paparan terhadap pronografi dan cyber crime akan sangat meresahkan. Menurut berbagai penelitian, paparan karena pornografi efeknya ke otak lebih parah dibandingkan paparan narkoba. 

Oleh sebab itu, literasi digital baik di wilayah perkotaan maupun di wilayah terpencil dan perbatasan yang jauh dari kota meski segera diterapkan. Salah satu jalan mulus untuk penerapan literasi digital ya tentu saja melalui sekolah-sekolah sehingga desakan kepada pemerintah untuk memasukkan literasi digital sebagai bagian dari kurikulum sangat sangat perlu ditekankan. 

Dengan begitu, teknologi digital yang digunakan untuk mengakses, mengelola, mengintegrasikan, menganalisis, dan mengevaluasi informasi dapat bermanfaat guna membangun pengetahuan baru. Sebagaimana disebutkan di paragraf pertama bahwa literasi digital dapat dimanfaatkan secara sehat, bijak, cerdas, cermat, tepat, dan patuh hukum. 

Perlu diingat bahwa cakupan literasi digital bersifat luas. Selama ini literasi digital cenderung dipahami secara sempit yang terbatas pada penguasaan dalam penggunaan teknologi saja padahal selain itu meliputi aspek-aspek kritis seperti kesadaran data (data awareness), kemampuan analisis data, dan kemampuan untuk fokus (deep work).

Di samping itu ada beberapa poin yang harus kita ketahui bersama mengenai kerangka literasi digital di Indonesia. Pertama proteksi (safeguard), yaitu perlunya kesadaran atas keselamatan dan kenyamanan pengguna internet berupa perlindungan data pribadi, keamanan daring serta privasi individu dengan layanan teknologi enkripsi sebagai salah satu solusi yang disediakan.

Kedua adalah hak-hak (right) yang mencakup hak kebebasan berekspresi yang dilindungi, hak atas kekayaan intelektual, dan hak berserikat serta berkumpul.

Ketiga adalah pemberdayaan (empowerment), berupa pemberdayaan internet untuk menghasilkan karya produktif, jurnalisme warga, dan kewirausahaan serta hal -hal terkait etika informasi.

50 komentar :

  1. Semoga saja Literasi digital ini meluas sampe wilayah2 yang berada di pelosok, salah satunya dengan edukasi betapa pentinngnya literasi digital dalam bidang apa pun untuk memajukan daerah tersebut.
    Alhamdulillah yaa infrastruktur komunikasi udah mulai dibangun, setidaknya agar warga melek digital.

    BalasHapus
  2. Sangat bahagia mendengar kabar bahagia ini, kabar tentang mulai sama ratanya akses komunikasi dan bisanya masyarakat di wilayah tertinggal bisa mengakses informasi dengan layak selayaknya masyarakat umum lainnya. Kini saatnya Kita memberikan lebih banyak dampak ya, memberikan lebih banyak tulisan dan semangat positif untuk teman dan saudara Kita, memberikan Mereka kesempatan yang layak dan sama dengan apa yang Kita peroleh

    Thanks for sharing mbak

    BalasHapus
  3. Canggihnya tekhnologi dan gawai yang sudah hampir semua orang miliki, tinggal literasi digital yang harus dipupuk untuk bijak berinternet. Perlu adanya pengawasan dari orangtua serta petuah apa yang diperbolehkan dan apa yang tidak. Ditambah rawan kejahatan karena anak-anak terlalu kecil dibiarkan memiliki gawai tanpa pengawasan di luar rumah sampai memicu tindakan kejahatan penjambretan ya.

    BalasHapus
  4. Yappp, Masih banyak yang perlu dipelajari mengenai literasi digital.
    Para ortu juga harus berperan aktif untuk mendidik anak, termasuk dalam hal literasi digital

    Kemampuan literasi yang baik bisa membawa perubahan ke arah lebih baik, dan kitapun jadi gak mudah terpancing hoax

    semangat buat kita semuaaa

    BalasHapus
  5. Dibutuhkan program kreatif sebagai stimulan untuk siswa sekolah saat ini agar lebih literat, Blogger Goes to School salah satunya :)

    BalasHapus
  6. Yuk mulai skrng kita galakkan melek literasi ke lingkungan terdekat dulu agar tidak mudah termakan hoax. Penting banget ya literasi digital ini

    BalasHapus
  7. Iya Teh Lina, penting banget literasi digital ini. Apalagi anak-anak usia sekolah harus mengikuti ujian assessmen nasional online.

    Dari pengalaman sewaktu Jd proktor UN online dua tahun lalu, masih ada siswa tingkat Aliyah yg gaptek sama laptop / komputer. Akhirnya harus diajarin dulu sebelum masa simulasi.

    BalasHapus
  8. Wah mantap ini artikelnya, informatif dan sangat bermanfaat

    BalasHapus
  9. Dunia digital semakin kuat ketika pandemi di tetapkan, semua serba on line . Bahkan belum pernah terbayang kan dahulu bahwa sekolah bisa online, home schooling yang dipaksakan tapi dari situ semua kalangan jadi melek teknologi digital, ibu ibu yang taunya fb sekarang lebih mengenal aplikasi lain dan penggunaan nya.
    Para pedagang berusaha bertahan dengan berjualan online dan alhamdulillah bisa survive yg juga berimbas ke kurir panen delivery order an.
    Dan disini lah pentingnya terus di literasi kan digital yang sehat demi kemajuan bangsa terutama rakyat sebagai pelaku untuk menunjang mata pencaharian

    BalasHapus
  10. Infrastruktur buat literasi digital perlu dibangun terlebih dahulu di daerah tertinggal. Tentu saja demi suksesnya program literasi digital itu sendiri..

    BalasHapus
  11. Kalo disekolah menurut saya perlu, apalagi karena kondisi pandemi saat ini yang mengharuskan setiap hari anak-anak harus belajar melalui handphone

    BalasHapus
  12. Tantangan paling sering dirasakan adalah jaringan internet yg sangat lemah di daerah tertinggal.

    BalasHapus
  13. Perlu juga indo soal hoax, bagaimana membedakan hoax dengan tidak. Btw itu blog semua 30, astaga...* nyemplung got*

    BalasHapus
  14. Untuk penerapan Literasi Digital di wipayah tertinggal perlu dukungan dari berbagai pihak terkait,terutama masalah jaringan

    BalasHapus
  15. sepertinya sy sgt mendkung jika literasi digital ini diterapkan disekolah, bisa dikatakan sekolah mgkn akan menjadi alat kontrol dan pgembangan lebih lanjut ttg penggunaan digital secara lebih baik, bukan hanya digunakan utk bermain tiktok dn sejenisnya. saya sendiri merasakan ini, dgn latar belakang dari kampung, saya baru mengetahui internet itu sejak tahun 2008, itupun karena dikasi rejeki bisa kuliah di jakarta, dan distulah sy baru sdar klw ternyata semua ilmu itu bisa didapatkan di internet. Nah.. klw sekarang internet sdh sangat gampang diakses tinggal pengelolaannya aja agar para user (pengguna) ini khususnya bagi anak didik lebih maksimal lagi ke depannya..


    oiaaa ini ptg banget juga digalakakkan diwilayah2 tertinggal dan perlu dicarikan langkah2 yg tepat agar ada cara yg pas utk mengedukasi literasi digital ini.

    BalasHapus
  16. Perlu banget mbak Literasi Digital ini menjadi kurikulum wajib di sekolah kayak bahasa indonesia misalnya. Soalnya mungkin sekarang anak-anak lebih sering megang hape daripada buku pelajaran, ah buku komik aja deh. Bahkan mereka jauh lebih mahir dari kita. Untung emaknya blogger ya.. kalau emaknya awam sama dunia digital gimana dong. Semoga menjadi perhatian pemerintah setelah pandemi ini usai.

    BalasHapus
  17. Semoga literasi digital makin diterapkan oleh masyarakat Indonesia agar tidak ada hoaks lagi berseliweran

    BalasHapus
  18. bener nih mbak Lina, kenyamanan pengguna internet berupa perlindungan data pribadi, keamanan daring serta privasi individu dengan layanan teknologi enkripsi sebagai salah satu solusi yang disediakan.

    Karena akhir akhir ini banyak sekali beredar kabar bahwa penyedia aplikasi ini dan itu menjual datanya kepada pihak ketiga ya. Ngeri banget.

    BalasHapus
  19. Banyak banget sih sebenarnya manfaat literasi digital kalau kita maksimalkan,sayangnya banyak yang berlaku sebaliknya. Mudah2an kedepannya lebih baik dan disamaratakan.

    BalasHapus
  20. Bener banget. Saat dunia dalam genggaman, perlu waspada dan paham juga terhadap keamanan data selain sekadar menggunakan

    BalasHapus
  21. Perlu ni belajar lagi tentang literasi digital apalagi untuk daerah tertinggal ya biar tau berita terkini dan bisa menggunakannya utk informasi yang bermanfaat

    BalasHapus
  22. Semoga lewat digital gini literasi anak bangsa semakin meningkat yah kak. Dan paling penting memagari agar hoax tidak makin jadi, pekerjaan kita masih panjang ya kakk

    BalasHapus
  23. Betul penting banget literasi digital itu.. Apalagi di zaman yang serba banyak informasi seperti sekarang.

    BalasHapus
  24. Sangat setuju apalagi literasi digital bukan hanya maju di daerah kota saja tetapi daerah terpencil khususnya. Kadang orang terpencil masih belum sepenuhnya sadar bahwa informasi yang di internet harus dipilih jangan sampai ditelan mentah-mentah.

    BalasHapus
  25. untung banget kita hidup di masa teknologi canggih ya mbak :) karena memang bener toko buku nggak bisa menjangkau semua daerah, tapi nyaris semua daerah tercover internet, jadi beruntung banget kita bisa membaca buku secara digital

    BalasHapus
  26. Benar ya dengan ada digital literasi wilayah tertinggal pun bisa mengakses berbagai informasi sehingga bisa dimanfaatkan dengan baik

    BalasHapus
  27. betul klo kota-kota besar si tingkat literasi digital agak baik, tp klo yg daerah tertinggal gimana ya? mgkin mulai dr sekolah-sekolah

    BalasHapus
  28. Betul ini teh. Semuanya dipengaruhi oleh ketersedian perangkat teknologi di masing2 daerah

    BalasHapus
  29. Benar banget literasi digital harus banyak diedukasi agar semakin banyak yang melek info. Kalau gak kena hoax langsung share aja.

    BalasHapus
  30. Eka Dewi Puspita13 Januari, 2021

    sangat setuju teh, apalagi lingkup sekolah perlu masuk dalam kurikulum, saya rasa di lingkup masyarakat juga perlu sekalai terutama di daerah terpencil.

    BalasHapus
  31. Literasi di daerah perbatasan yang tertinggal dengan daerah yang sudah mapan memangh sangat terasa. Makanya perlu peningkatan akses internet di daerah tertinggal supaya literasi digital semakin baik.

    BalasHapus
  32. Literasi digital emang perlu banget, supaya semua orang sadar, mana info yang benar, mana yang hoax. Semoga kedepannya teknologi & internet bisa menjangkau seluruh pelosok Indonesia.

    BalasHapus
  33. Ah, tulisannya bikin melek literasi digital banget ini teh. Memang sudah saatnya kita belajar soal literasi digital ini. Dilihat dari kasus yang sudah beredar setahunan lalu emmang bikin miris banget ya. Entah gimana mereka menganalisa informasi. Sampai-sampai hoax bisa tersebar di mana-mana.Semoga lebih baik ya untuk masyarakat indonesia

    BalasHapus
  34. Jaman sekarang emang lagi gencar kampanye literasi digital, teh. Soalnya orang dewasa bahkan anak-anak kan suka pegang gawai. Jadi daripada digunakan untuk hal yang nggak bermanfaat mending menumbuhkan kesadaran literasi melalui digital. Aku salah satu pro gerakan literasi digital ini.

    BalasHapus
  35. Mau gak mau saat ini masyarakat haru smelek digital, tapi erlu juga literasi digital yang baik. Apalagi di daerah tertinggal ya perlu ada bimbingan supaya mereka tau

    BalasHapus
  36. Betul banget nih, penerapan literasi digital juga harus sampai ke wilayah pedalaman, meski kadang juga masalahnya adalah kesulitan sinyal mah di sana hihihi.
    Tapi, bersyukur sih, dibandingkan beberapa tahun ke belakang, beberapa wilayah pedalaman di Indonesia udah merasakan literasi digital :D

    BalasHapus
  37. Kalau punya internet warga desa juga bisa punya. Tapi pemberdayaan? Kadang itu juga penting banget ya mba. Pemberdayaan internet untuk menghasilkan karya produktif, jurnalisme warga, dan kewirausahaan serta hal -hal terkait etika informasi itu penting banget. Mereka jadi bisa 'terberdayakan' dan menghasilkan.

    BalasHapus
  38. Wah bagus nih... hak kekaaan intilektual salah satu yg sering dilanggar orang yang kadang karena ketidakpahaman juga....

    BalasHapus
  39. Literasi digital sangat dibutuhkan semua lapisan masyarakat baik yang aktif maupun yang tidak aktif menggunakan media komputer, handphone dengan internet di dalamnya. Menurut saya, mereka akan secara langsung menemukan dan rasanya ingin selalu share kepada sispapun yang dikenal saat menemukan informasi yang menurtu dia benar, tetapi belum tentu benar menurut orang lai.

    Rasanya miris, dengan orang yang masih membagi informasi dengan sengaja meski tahu informasi tersebut belum dia pahami benar dan malah belum tentu kebenarannya.

    BalasHapus
  40. Wow takjub aku mbak dengan DA nya Gema yang diatas 30 semua, sayang aku terlewat kan ikutan acara ini

    BalasHapus
  41. Barokallah ya Bun, bisa ikutan kelas ini. Semangat makin menggelora nih untuk mengkampanyekan literasi digital
    Semoga bisa ikutan kelasnya lain kali aamiin

    BalasHapus
  42. wah, bener nih, literasi digital di wilayah tertinggal penting sekali. sebab minat baca di daerah seperti ini minim sekali. tapi perlu juga diperhatikan masalah jaringan sinyalnya. rata2 kendalanya sinyal yg buruk.

    BalasHapus
  43. Dan akupun ternganga pas tau Teh Gema itu punya 11 blog yang produktif semua hahaha. Aku punya dua aja senen kemis nulisnya. Duhhhh... semoga ya harapanku literasi digital di Indonesia bisa makin tnggi, masyarakat makin teredukasi untuk jadi literat dan bangsa kita juga jadi makin maju.

    BalasHapus
  44. Literasi yang mendasar pun kita belum seratus persen yaa mba apalagi literasi digital. Tapi kita harus selalu semangat mengejar ketinggalan ini

    BalasHapus
  45. wah ini penting banget sih literasi digital di daerah pelosok, wong di daerah modern aja orang masih banyak yang buta literasi digital kan, banyak yang mudah banget termakan hoaks

    BalasHapus
  46. Aku iseng cek posisi Natuna itu dimana, wooww ternyata emang jauh dari mana-mana ya mba. Keseriusan memasang kabel optik bawah laut amat membantu masyarakat di sana untuk memiliki kemampuan penggunaan alat digital. PR banget untuk melatih literasinya agar tak salah penggunaan alat-alat digital tersebut.

    Jangankan di daerah tertinggal dan terluar mba, di pulau Jawa saja masih perlu kok untuk mengembangkan literasi digital. Banyaknya hoaks dan ujaran kebencian harus terus diperangi dengan konten-konten positif. Di sinilah peran blogger membuat konten yang menarik sekaligus mengedukasi.

    BalasHapus
  47. Yang paling terasa memang literasi digital ini perlu banget dikenalkan kepada orangtua juga selain generasi muda.
    Karena ibuku dan keluarga besar bolak-balik aja gitu nyebarin berita hoax. Tapi memang yang jadi tumpuan adalah anak muda yaa...karena sudah sebagian besar anak muda memiliki gadget sendiri.

    BalasHapus
  48. Saya yakin sih kak masih ada beberapa wilayah yang belum melek digital sama sekali, secara ya negara kita ini luas banget

    BalasHapus
  49. Di masa pandemi dan banyak hal beralih online kayak sekarang, makin banyak yang harus berhubungan dengan teknologi digital. Literasi digital juga mungkin makin diperlukan supaya nggak salah arah.

    BalasHapus
  50. Keren juga kabel optik sampe di jalur laut. Memang kalau ripikir sekarang udah era teknologi. Pekerjaan berat pemerintah adalah memastikan jaringan sudah sampai ke pelosok.

    BalasHapus

Halaman ini dimoderasi untuk mengurangi spam yang masuk. Terima kasih sudah meninggalkan komen di sini.

Made with by Lina W. Sasmita