Apakah Arti Kasih sayang Bagimu?

Bagiku rasa kasih sayang itu bagaikan "Sinaran Bintang-Bintang". Matahari pun salah satu dari milyaran bintang-bintang itu. Sinarnya abadi. The Eternal Flame. Sampai hari kiamat pun sinar itu akan tetap ada. Masih ingat cerita bahwa di alam mahsyar nanti ada sepuluh matahari yang jaraknya sangat dekat seperti ada di langit-langit rumah saja? Ah... mungkin itu gambaran yang terlalu berlebihan. Tapi mungkin akan membuatmu percaya bahwa sinar bintang itu abadi, forever. Kalau kataku, “Dunia Akhirat”.

Mungkin jelasnya begini, kasih sayang layaknya sinaran bintang, ia sangat terang manakala ia berdekatan dengan kita, semua serba terlihat, terdengar, dan terasakan. Begitu menghangatkan. Ia adalah sinar matahari. Sang bintang di tengah hari. Lalu sinarnya juga akan memdamaikan dalam kelabunya langit dan dalam gulitanya malam hari. Sendunya selalu syahdu. 

Taburan bintang-bintang itu akan menyemai berjuta rasa dan tetap akan bercahaya walau disana ada pekat kepahitan dan tangis kesedihan, ada hujan airmata yang tercurahkan awan gemawan, ada kabut duka menggelantung di cakrawala, ada badai luka tergoreskan di sana. Tapi ia tetap bintang yang akan tetap bersinar walau hujan, walau badai, walaupun langit tertutup tebalnya awan. Bahkan sang rembulan pun berterimakasih padanya karena sinarnya pula membuat ia ikut bercahaya. Ia bintang-bintang di malam hari. Dan itulah sinar kasih sayang, ada yang terasa dan ada yang terhalang sinarnya sehingga bumi tak dapat menerimanya. 

Mungkin bumi terlalu angkuh atau bumi tidak memerlukannya. Tapi ia tetap bersinar diminta dan atau tanpa diminta. Mungkin terlalu puitis atau romantis. Tapi itulah sesungguhnya kasih sayang. Kasih sayangmu mungkin adalah sinar itu dan bumi bisa saja adalah orang yang dicintaimu. Maka biarkanlah bumi mengetahuinya bahwa kamu adalah sinar sejatinya.


Pernahkan kamu menikmati malam yang bertaburan bintang? Dari 365 hari dalam setahunmu dari 4.380 jam waktu malam dalam setahunmu? Sempatkanlah suatu waktu duduk termenung menatap ke langit yang bertaburan bintang-bintang itu, amati satu demi satu, lalu rangkai menjadi apapun yang kamu mau!

30 menit? 20 menit? Ahh 15 atau 10 menit pun selesai kalau kamu sungguh-sungguh menikmatinya. Mengagumkan bukan? Kesibukan kadang membuat kita lupa keindahan alam yang satu itu, kesibukan membuat kita tidak peka lagi terhadap hal-hal sekecil itu. Lalu apakah kamu menganggap semua pemandangan alam itu biasa-biasa saja atau sudah seharusnya begitu? Betapa banyak keindahan yang kita lewatkan begitu saja.

Malam adalah milik kita. Apa yang ada di dalamnya kita harus mengetahuinya. Pernahkah kamu bertanya kenapa bintang itu berkedip? Yang manakah planet yang manakah bintang? Rasi bintang apa saja yang muncul di bulan ini? Orion? Waluku? Atau Scorpion? Atau lainnya? Kenapa bulan mempunyai lingkaran besar yang mengelilinginya dikala purnama? Andai bisa berbagi tentu kamu berbagi dengannya. Nikmati semua itu berdua. Dengannya!

Dari semua itu apa yang kamu simpulkan? Apapun kamu bisa menilai. Namun satu dari dulu sampai sekarang hidup adalah untuk memperbaiki diri. Menjadi lebih baik! Itu harus dan itu pasti. Dan jangan berhenti bersinar karena aku yakin kamu adalah bintang itu. Kita hanyalah diri yang lagi belajar berbesar hati karena sesungguhnya dengan itu akan menemukan cinta sejati dan kasih sayang abadi. Untuk siapa? Siapa saja yang akan menjadi belahan hati nanti. Jika kita berbesar hati maka hidup akan luas, seluas alam semesta seluas jagat raya dan isinya. Seluas apapun yang kita minta.

Dan The hardest thing to do is watch the one you love, love somebody else. So, keep him/her deep inside you. Don’t make him/her dissappointed. Semoga kamu menjadi yang terakhir untuknya. Bukankah setiap wanita yang mencintai seorang lelaki selalu ingin menjadi yang terakhir untuk laki-laki itu?? Andai kamu benar-benar menginginkannya Jadilah bintang baginya. Yang memberi tak harap kembali. 

Posting Komentar

Halaman ini dimoderasi untuk mengurangi spam yang masuk. Terima kasih sudah meninggalkan komen di sini.

Made with by Lina W. Sasmita