Saya dan Reny |
Saya dan Reny, teman
semasa SMA, sudah lama berencana ingin liburan bersama. Saat reuni
kecil-kecilan di Hotel Santika Tangerang setahun lalu, kami berdua sepakat
untuk mengambil liburan di bulan November tahun 2015. Setahun menunggu,
tahu-tahu sudah tiba waktunya saja. Nggak berasa.
Sebenarnya saya
mengusulkan liburan di bulan November itu sebagai hadiah bagi diri sendiri,
mengingat pada bulan inilah saya dilahirkan. Jadi tidak apa-apa dong
bersenang-senang memanjakan diri-sendiri dengan halan-halan :D
Pada pertemuan di hotel setahun
lalu itu saya mengusulkan beberapa tempat untuk berlibur. Reny setuju-setuju
saja. “Terserah Elo mau kemana gue ikut aja, yang penting kita liburan.” Kata
Reny. Asyiiik, ini berarti saya bebas memilih tempat yang akan kami datangi.
Pilihan berlibur pun jatuh
ke Phi-Phi Island di Thailand, tempat dimana Leonardo Dicaprio melakukan
syuting untuk film The Beach yang di-release tahun 2000 silam. Namun filmnya yang nge-hits saat kami SMA adalah Titanic. Saya sama Reny pernah menonton film ini rame-rame dengan teman lainnya sepulang sekolah. Ketika ada adegan si Jack mencium Rose, semua orang pura-pura sibuk melakukan hal lainnya karena salting melihat mereka cipokan. Haha.
Sejak
menonton film The Beach, saya memang kefikiran untuk berkunjung ke Phi Phi
Island . Nah, Si Leo ini aktor favorit saya jaman SMP, SMA hingga kuliah. Apalagi dia lahir di bulan November sama dengan
saya. Beuuh makin nge-fan deh eike.
Selain Titanic dan The Beach, film-film yang dibintanginya seperti Romeo and Juliet, Man in the Iron Mask, Gangs of New York, The Aviator, Blood Diamond, dan lainnya tak luput saya tonton. Sebagai fan, saya punya poster dan kumpulan
beberapa foto do'i dari koran dan majalah yang ditempel di diary. Haha ABG banget,
sekarang mah biasa-biasa aja kalau lihat dia di TV. Eh, dulu juga nggak gila-gila banget sih idolain dia, soalnya semakin hari semakin tersadar bahwa yang patut digilai dan
dicontoh sehari-hari hanyalah Rosululloh SAW. Ehm #pegang kerah baju. Say #GueAnakRohis
gitu loh :D
Karena penerbangan kami
akan transit di Kuala Lumpur (KL), Sekalian juga deh transitnya beberapa hari
di sana . Jadi
bisa mengunjungi beberapa landmark menarik seperti Menara Kembar Petronas,
Lapangan Merdeka, dan Batu
Caves .
Semula rencana liburan ini
sekalian mengajak anggota keluarga masing-masing secara lengkap. Karena suami Reny batal ikut
maka saya pun batal mengajak suami. Biar sama-sama enak. Cuma bawa anak-anak
doang. Reny bersama kedua putrinya, Shera dan Desti sedangkan saya bersama
Chila. Istilahnya sih emak-emak ngasuh anak.
Setelah pertemuan yang
direncanakan di bandara KLIA2 kami langsung menuju konter penjualan tiket KLIA
Express. Sebuah layanan kereta api cepat atau MRT yang melayani rute Bandara KLIA2 sampai KL Sentral,
wilayah yang menjadi pusat kota di Kuala Lumpur .
Hampir tengah malam kami
baru tiba di KL Sentral. Termasuk telat karena menunggu bagasi Reny yang tak
kunjung datang. Lebih dari setengah jam menunggu bagasinya keluar. Kata Reny, ketika melintas pemeriksaan x-ray di bandara Sukarno-Hatta, di belakangnya ada orang yang kedapatan
membawa ganja. Jadi mungkin saja bagasi Reny dan penumpang satu
pesawat dengannya diperiksa lebih teliti lagi. Terbukti iya. Saat travel bag Reny diambil dari conveyor bagasi, kunci travelbagnya telah hilang. Plastik penutup yang mahal-mahal sengaja dibeli demi melindungi travelbag ikut
rusak seperti disobek-sobek menggunakan cutter/gunting.
Setelah turun dari KLIA
Express kami mendatangi konter Budget Taxi yang terletak tak jauh dari arah
keluar. Karena konter taksi ini ramai, maka saya fikir mungkin layanan
taksinya ini murah dan bagus. Kami pun ikut mengantri di sana . Saya pun bilang mau ke Jalan Ampang di
KLCC. Petugas konter membuatkan kupon dan saya membayarnya beberapa puluh ringgit. Lupa nggak dicatat. Saya mulai menanyakan apakah nanti
sopirnya akan minta bayaran lagi di tengah jalan. Petugasnya bilang tidak.
Baiklah hati saya pun tenang.
Menurut google map jarak
dari KL Sentral ke Hotel Spring Lodge di Jalan Ampang KLCC yang akan kami inapi
tak lebih dari 15 menit. Namun ujian
pertama dimulai. Taksi di antrian pertama bugdet taxi tidak bersedia mengantar
begitu saya menyebutkan Jalan Ampang. Alasannya bawaan kami sangat berat. Laah cuma dua travel bag aja dibilang banyak. Aneh banget ini sopir. Bukannya kalau
orang keluar dari bandara bawaannya travel bag seperti kami?
Setelah penolakan sopir
pertama, sopir taksi di belakangnya langsung bersedia. Saya mulai curiga
jangan-jangan ada motif nih. Kami pun masuk ke taksinya. Si sopir kedua ini pun
bilang karena barang kami banyak maka ia minta tambah 5 ringgit. Halah apa pula
kayak gitu. Emangnya naik Air Asia bagasi dihitung dan ditimbang segala. Saya
pun mulai nggak enak hati.
Faktanya, tidak semua
taksi faham dan mengerti setiap jalan di Kuala Lumpur. Terbukti dengan sopir taksi
kami ini, dia tidak mengetahui dimana Jalan Ampang berada. Padahal seingat saya
tertera jelas di google map. Sang sopir kemudian meminta saya untuk
menunjukkannya alamat hotel di google map. Karena tulisan di layarnya huruf
Cina semua, saya kesulitan mengaksesnya. Dan saat googling alamat hotel mendadak
tidak ketemu. Hwaaa gimana ini padahal saat itu kami sudah selesai menyusuri
Jalan Ampang. Kami pun menelpon pihak hotel dan resepsionis menyebutkan
beberapa tanda yang dapat dikenali di sekitar hotelnya.
“Oooh, Ampang Point. Kamu
kata KLCC. Itu di Ampang Point. Jauh…” Si sopir taksi mulai menggerutu. Lantas
dia pun minta tambahan ongkos 30 ringgit lagi. Nah mulai deh ketauan belangnya.
Ya sudahlah gak apa-apa, yang penting hantar kami secepatnya ke hotel, kasihan
anak-anak.
Tak berapa lama, kami
sudah tiba di depan hotel. Tulisan Hotel Spring Lodge kelihatan jelas dari
jarak beberapa meter sebelumnya. Saat sopir turun, saya mengintip argo yang
ditutupi oleh topinya. Cuma 7,9 ringgit. Laah tadi dia minta bayaran 30
Ringgit. Nyebelin nih.
Setelah sopir taksi
menurunkan bagasi, saya mendekatinya dan
menyerahkan uang 10 ringgit sambil berkata kalau di argo tarif yang tertulis hanya
7,9 ringgit. “Kasih dua puluh saja,” katanya.
Tak mau adu argumen saya pun menyerahkan selembar uang 10 ringgit lagi ke
tangannya. Bye budget taksi. Padahal ekspektasi saya tentang pelayanan taksi di
KL lebih dari layanan blue bird. Semakin malas deh naik taksi. Kalau tidak
ingat bawa anak-anak jelas saya nggak mau naik taksi selain mahal ya rawan
tipu-tipu. Model begini biasanya disebut taxi scams.
Lah pesawatnya apa? Aku dulu naik Air Asia kan ada busnya tu. Tp emang sopir taksi KL terkenal jahat kan? Aku udah siap sebelumnya, udah googling. Ndilalah aku lihat sendiri ada bule dimintai uang lebih nggak mau, eh mau dipentung pake flash light. Untungnya si bule nglawan dan lari keluar. Jadi urusan polisi. Alhamdulillah aku dpt sopir yg pernah ke Bandung, jd baik, ngantar ke Petronas n ngasih tips2 smp aku bisa naik ke puncak pdhl klo peak season dibatasi,
BalasHapusAir Asia sih Mbak, keluar bandara nggak pakai shuttle bus AA soalnya pengen naik kereta apinya KL (KLIA Express) biar anak-anak seneng. Esoknya saya juga dapat sopir taksi yang baik banget pas ke Batu Caves, taunya dia dulu lahir di Padang Kota :D
HapusHalo Reny :D
BalasHapusWuaah ini postingan bikin aku seneng karena ada Leonardo Dicaprio haha
Aku nonton The Beach sampe3x mbak. Hapal pisan ama itu film. Dan karena film itu pula aku kesengsem sama Thailand
Iya gara-gara nonton film ini saya jadi suka sama laut mbak Rien
HapusLebih suka KRL dibanding Taksi. Pengalaman ya naik taksi dipaakin gini.
BalasHapusPaling asyik liburan sama sohib yang fun.
Iya aku juga sukanya naik KRL atau Commuter Line. Tapi ya ini bawa bocah 3 orang dan udah kemaleman banget. iat cepat malah jadi cekak :D
HapusJadiin pengalaman mah keba scam
BalasHapus