Buku Tambora Sampai ke Kita |
Sebelum akhirnya ledakan Gunung Tambora dikenal dan menjadi perhatian dunia, bukti-bukti sejarah keberingasan ledakan itu hanya samar-samar. Kawasan ini tertidur selama sekitar 164 tahun lamanya, mengubur dua kerajaan yang hingga kini tidak diketahui posisi pastinya berada. (hal.59)
Di kalangan masyarakat Indonesia, gunung Tambora pada mulanya tidak terlalu dikenal seperti halnya gunung Merapi atau gunung Krakatau yang pernah meletus dan memuntahkan isi perutnya ke permukaan bumi. Namun seiring berbagai penelitian dan ilmu pengetahuan tentang vulkanologi yang semakin berkembang, terkuak fakta bahwa gunung Tambora menyimpan cerita kelam tentang sebuah letusan dahsyat yang merenggut nyawa puluhan ribu orang dan bahkan mempengaruhi iklim global.
Gunung Tambora meletus pada tanggal 11 April 1885, saking dahsyatnya letusan tersebut, telah memangkas hampir separuh badan Tambora yang memiliki ketinggian awal 4200 mdpl dan kini hanya menyisakan ketinggian 2.851 mdpl.
Ledakan Tambora disebut-sebut sebagai ledakan yang paling mematikan sepanjang sejarah hidup manusia. Mencapai skala 7 VEI (Volcanic Explosivity Index). Mengingat kekuatan daya ledaknya setara dengan 171.428 kali bom atom sehingga meninggalkan kawah raksasa berdiameter 7 kilometer dengan kedalaman kawah mencapai 1.200 meter dari bibir kawah. Meluncurkan material setinggi 43 kilometer ke langit dan menyebarkan 40-60 megaton aerosol melalui angin ke berbagai belahan bumi lainnya seperti Amerika dan Eropa. Itulah sebabnya setahun setelah gunung ini meledak, Eropa terkena dampaknya yang dikenal dengan "a year without summer".
Amerika Utara dan Eropa langitnya tertutup abu vulkanik sehingga sinar matahari redup dan terjadi kegagalan panen di wilayah-wilayah tersebut yang mengakibatkan kelaparan.
Akibat erupsi Tambora menyebabkan tiga kerajaan hilang. Dua kerajaan terkubur yakni Kerajaan Tambora dan Pekat, sementara kerajaan Sanggar porak-poranda lalu ditinggalkan rakyatnya yang mengungsi ke berbagai tempat yang aman.
April Tahun 2015 silam, Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat menggelar acara besar memperingati 200 tahun meletusnya gunung Tambora. Pemerintah mulai membidik Wisata Minat Khusus mendaki gunung Tambora sebagai salah satu destinasi favorit wisatawan ke pulau Sumbawa.
Pendakian ke gunung Tambora dari empat pintu masuk pendakian yaitu Dusun Pancasila terletak di sebelah barat, Doro Canga berada di sebelah tenggara, Kertasari di sebelah selatan, dan keempat jalur Piong dari Kecamatan Sanggar.
2.851 mdpl |
Perjalanan penulis buku ini dalam mengumpulkan data dan fakta cukup diacungi jempol. Mewawancarai tokoh sejarah, vulkanolog, budayawan, hingga mendaki gunung Tambora untuk mengumpulkan fakta-fakta. Dengan basic sebagai seorang jurnalis, saya mendapat gambaran detail dan menyeluruh tentang gunung Tambora melalui berbagai informasi dalam buku informatif ini.
Yang paling menarik saya adalah ketika penulis bertemu dengan sejarawan yang juga merupakan keturunan dari kesultanan Bima, Dr. Hj. Siti Maryam Sultan Salahuddin. Penulis menggali informasi dari sejarawan tersebut melalui pembacaan naskah-naskah kuno yang disebut Bo Sangaji Kai yang berisi himpunan naskah catatan kerajaan yang memuat peristiwa-peristiwa pelaksanaan pemerintahan, hukum adat hukum kelautan, pertanian, hukum islam, dan lain tentang dahsyatnya letusan gunung Tambora.
"Hijrat Al-Nabi SAW seribu duaratus tiga puluh genap tahun, tahun Za, pada hari Selas waktu subuh, sehari bulan jumadil awal, tatkala itulah tanah Bima datanglah takdir Allah melakukan kudrot irpdat atas hamba-Nya. Maka gelap berbalik lagi lebih daripada malam itu, kemudian maka berbunyilah seperti bunyi meriam orang perang...." (hal 15).
Judul : Tambora Sampai ke Kita
Penulis : Naniek I. Taufan
Penerbit : Museum Kebudayaan Samparaja Bima
Jumlah : 250 hal
Terbit : April, 2015
BAGAIMANA CARA MENDAPATKAN BUKU INI....
BalasHapusMOHON SMS WHATSAPP KE 085785303044