Mengenang Dina Kairupan Sang Putri Gunung Klabat

Semeru, selalu saja mengisahkan cerita baru. Seperti pada suatu pagi yang hangat, saat angin berhembus menyelinap pada ranting dan dedaunan cemara yang meneduhi sepanjang perjalanan Pos Cemoro Kandang (2500 mdpl). Pos selepas padang savanna Oro Oro Ombo yang terhampar permadani berwarna ungu, Verbena Brasiliensis vell yang mirip lavender. Dari sini kisah itu bermula. 

Dina Kairupan dan Anak-Anak Tercinta
Dina Kairupan dengan ketiga juniornya. Foto: fb Dina


Baca cerita perjalanan saya di Oro oro Ombo.

Pertemuan Pertama dan Terakhir


Ketika menapaki jalur setapak sendirian, menyimak paduan simfoni alam yang mengalun di antara desahan ranting dan pucuk-pucuk cemara di ketinggian, mata saya tiba-tiba tertuju pada pemandangan di depan. Seorang ibu dan seorang gadis cilik sedang berjalan perlahan, tampak menikmati perjalanan. Saya mempercepat langkah. Entah kenapa hati sungguh terpikat pada keduanya. Naluri sebagai perempuan pendaki, menuntun saya ingin mengetahui siapa gerangan wanita keren yang mengajak serta anaknya mendaki Semeru ini.

Saat menjejeri perjalanan keduanya, Saya menyapa dan berkenalan dengan mereka. Wanita tersebut memperkenalkan namanya Dina Kairupan dan berasal dari Manado. Yang mengagetkan saya adalah, bahwa dia ternyata sedang mendaki dengan ketiga putra-putrinya sekaligus. Dan ia telah memulai karir mendakinya sejak tahun 1986, mendaki gunung-gunung di Indonesia secara solo. Wow. Mata saya membulat. Rasa ingin tahu terhadap sosok perempuan tangguh yang tampak tidak muda lagi ini semakin membesar. 

Perawakannya tinggi dan kurus. Mengenakan rok selutut berwarna hitam dengan rambut sepunggung yang diikat dan dikeluarkan di belakang topinya, ia tampak keren dan trendy. saya langsung menduga bahwa ibu ini dulunya mempunyai banyak fan laki-laki.

Seandainya tidak sedang terburu-buru karena takut ditunggu oleh porter yang membawa barang-barang saya di pos berikutnya, ingin rasanya bercerita banyak dengan sosok Dina Kairupan ini. Entah mengapa, saya melihat ada sebagian diri saya yang melekat pada dirinya. Mendengar sekilas cerita pendakiannya secara random, saya seakan bercermin pada diri sendiri. Atau apakah jiwa dan sifat pendaki kami memang sudah menemukan ketertarikan dan kecocokan satu sama lain? Entahlah. Saya pun berpamita untuk melanjutkan perjalanan sendiri menuju pos Jambangan (2.600 mdpl).

3 hari kemudian setelah pendakian, di kota kecil Tumpang Malang, saya dipertemukan kembali dengan sosok Dina Kairupan. Kali ini rombongannya lengkap. Ia bersama kedua putri dan 1 orang putranya. Tak menyia-nyiakan kesempatan, saya pun meminta untuk berfoto bersama dengannya.

Dari situ kami bertukar nomor telpon dan langsung berteman di jejaring sosial facebook. Ia bilang bahwa, perjalanan ke Gunung Semeru kali itu adalah untuk melengkapi ilustrasi untuk buku pendakiannya yang sebentar lagi terbit.

Melalui facebook, saya mulai mengenal sosok Dina Kairupan lebih banyak lagi. Ia pun mengundang saya ke dalam grup yang dirintisnya, yaitu Manado Woman Adventurer (MWA). Saya pun berjanji dalam hati untuk mendaki suatu waktu ke gunung-gunung di Sulawesi Utara seperti Gunung Klabat, Gunung Lokon, dan Gunung Soputan. Akan menjadi suatu kebanggaan bisa mendaki bersama Dina Kairupan menjejaki gunung-gunung yang sangat dicintainya.

Beberapa bulan setelah pendakian Semeru, tepatnya 1 Juli 2014, saya membeli buku yang ditulis oleh Dina Kairupan berjudul Mountaineer Undercover. Hanya dalam satu malam saja, saya langsung menamatkan buku tersebut. Entah karena bukunya tipis hanya 77 halaman saja, atau karena memang saya sangat menyukai buku itu. Yang jelas saya jadi senyum-senyum sendiri karena dugaan saya benar, ternyata Dina Kairupan mempunyai banyak fan yang bahkan karena keputusan menolak cinta dari laki-laki di almamaternya, menyebabkan ia tidak mempunyai nomor keanggotaan di Mapala yang dirintisnya.

Tahun terus bergulir. Pertemanan saya dan Dina kairupan di facebook berjalan baik. Saya bahagia karena hampir semua postingan saya diberi LIKE olehnya. Saya pun sesekali mampir di berandanya untuk memberi komen pada beberapa postingannya. Namun janji untuk membuatkan review atas bukunya yang terbit belum juga terlaksana.

Tahun 2018 ini, saya mulai jarang membuka facebook. Dan di tahun ini juga saya jarang mendapat notifikasi dari facebook Dina Kairupan. Sekali waktu, saya membaca sebuah statusnya yang menyatakan kenapa dan kemana saja ia selama ini.



Berita Duka

Lalu pada 29 Maret 2018, tiba-tiba saja, timeline facebook ramai dengan status berduka tentang meninggalnya Dina Kairupan. Sungguh berita yang mengagetkan. Antara percaya dan tidak percaya. Saya pun memantau akun facebooknya. Menunggu berhari-hari tentang kebenaran berita tersebut. Benar saja, Sang Legend, Pendaki wanita era tahun 80an ini, yang mendapat julukan Putri Gunung Klabat bahkan ada juga yang menjulukinya Setan Gunung Klabat (saking hampir setiap malam minggu ia gentayangan mendaki Gunung Klabat sendirian), telah tutup usia di usia 51 tahun. Kepergiannya, menyisakan duka yang mendalam bagi keluarga, terutama bagi ketiga putra-putrinya yang beranjak remaja.

Dina Kairupan, meninggal di Tarakan Kalimantan Utara saat sedang menjalani perawatan di rumah sakit. Ia dimakamkan Tanggal 5 April 2018 di kampung halamannya, Manado.

Di buku yang ditulisnya, Dina Kairupan berpesan agar kelak jika meninggal, ia dikuburkan di Gunung Klabat. Sang Kekasih, yang menjadi cinta pertama dalam hidupnya. Namun Sang ibunda dari Dina Kairupan tidak menyetujuinya, karena tentu tidak sanggup jika setiap hari di usia senjanya, ia harus bolak-balik ke berziarah ke makam putrinya di Gunung Klabat. Maka keputusan pun diambil, pada upacara pelepasan dengan diiringi oleh segenap  Mapala dan  Komunitas Pecinta Alam di Manado ia pun dilepas di kaki Gunung Klabat dan dimakamkan di dekat rumahnya.

Mengobati penyesalan, kerinduan, dan kesedihan atas kepergiannya, saya pun kembali membuka-buka buku yang ditulis oleh Dina Kairupan. Membaca kembali kisah-kisah pendakiannya, saya merasa ia tetap hidup dalam dunia pendakian gunung Indonesia. Bersyukur pernah bertemu dan mengenal sosok pendaki perempuan yang inspiratif ini. Meskipun pertemuan itu adalah pertemuan pertama sekaligus pertemuan terakhir. 

Sebuah uacapan dari seorang sahabatnya yang bernama Tua Michael kelleth Wotulo cukup mewakili perasaan teman, sahabat, dan keluarga yang ditinggalkan.

"Lirih tangisan menyibakkan rasa. Riuhnya meminang hening yang meradang. Ratapan menggantung sesal di lamunan. Menusuk kebungkaman dengan barisan luka. Perihnya tak terbilang mengecap diam. Haruskah serupa ini mendiami sepi? Pijar asa hanyalah mimpi yang singgah. Hanya hitam berteralis duka. Keinginan tinggallah penggalan ilusi. Membaur dengan waktu yang berlalu. Kemudian pergi bersama hari. Selesai sudah damba yang pernah ada. Mungkin beginilah hidup manusia di alam ini. Sehangat semangat, sedingin perpisahan. Dan pudar pada sisi lambaian. Duhai engkau Sang Dewi Putri Klabat. Hadirmu telah mengubah sejarah. You are very special. There’s no one just like you. Dan kini kau telah menyatu bersama alam. Tersenyum bersama alam. Dalam kelana di semesta yang tanpa akhir.

Tidurlah dengan tenang Dina Kairupan. Gunung-gunung merengkuhmu dalam dekapan.

Review Buku Mountaineer Undercover menyusul di tulisan berikutnya.

26 komentar :

  1. Wah, dunia kehilangan salah seorang wanita yang hebat. Turut berempati atas telah berpulangnya teman mbak

    BalasHapus
  2. Terharu baca story tentang putri gunung klabat ini...... wonderwoman. keren

    BalasHapus
  3. Berita duka memang selalu bikin kaget walaupun kita nggak kenal dekat secara personal. Kadang kalau baca berita duka di timeline facebook sering kepikiran apalagi kalau ceritanya meyedihkan. Padahal kadang-kadang juga nggak kenal sama yang meninggal.

    BalasHapus
  4. Saya belum pernah tahu tentang beliau aja langsung merasa mengidolakannya dari tuturan teh Lina tentang beliau.. Semoga keluarga yang ditinggalkan diberi kekuatan ya teh

    BalasHapus
  5. Huhuhu... terharu saya teh. Sosok yang menginspirasi para pencinta alam banget nih.

    BalasHapus
  6. Innalillahiwainnailaihiroji'un... Pasti banyak yang merasa kehilangan.. Haru juga bacanya, Teh..

    BalasHapus
  7. Sosok perempuan yang tangguh, sudah mendaki banyak gunung di Indonesia. Meninggalnya belum lama berarti ya mbak. Turut berduka, semoga keluarga dan orang2 terdekatnya diberi kekuatan dan kesabaran.

    BalasHapus
  8. selalu bergetar hati ini mrlihat semangat dan perjuangan wanita hebat di bumi pertiwi ini.

    BalasHapus
  9. Sedih banget mba bacanya :')
    Tapi bagaimanapun, turut berbahagia ketika beliau bisa dengan kuat mendaki gunung gunung sebagai kecintaannya meskipun ujungnya membuat dia sakit. Salah satunya karena suka berada di ketinggian.

    Dan..
    Mba lina juga keren, bisa mendaki gunung. Wanita tangguh selanjutnya.
    Semoga beliau diterima di tempat terbaik di sisiNya mba.

    Dari tulisan mba lina ini, saya jadi mengenal mba dina.
    Padahal sebelumnya saya gatau ada wanita setangguh itu

    BalasHapus
  10. Salut aku.... Mank benar perempuan itu luar biasa... Pengalaman mendaki membuatku terinspirasi... Rip, semoga keluarga yang ditinggal diberikan ketabahan

    BalasHapus
  11. Innalillahiwainnailaihiroji'un, semoga mbak Dina Kairupan ditempatkan di sebaik baiknya tempat.keluarga yang ditinggalkan diberi ketabahan.

    BalasHapus
  12. Lagi enak-enaknya baca,
    Dibagian tengah ternyata Ibu Dinanya meninggal :(

    Wlo saya bukan pecinta gunung.
    Tp selalu kagum dg wanita pendaki gunung.
    Apalagi membawa beserta 3 anaknya
    Keren !

    BalasHapus
  13. Walau saya gak mengenal mbak Dina... Tapi saya respek dgn komitmennya sebagai pendaki gunung. Penyakitnya telah memberikan pelajaran kepada yg lain. Semoga berisi Rahat dgn tenang mbak...

    BalasHapus
  14. turut berduka cita
    sang pecinta gunung itu telah tenang di sisiNYA
    semoga perjuangannya terus dilanjutkan oleh anak anaknya

    BalasHapus
  15. Turut berbelasungkawa. Mbak Dina ini luar biasa semangatnya ya wanita pendaki. Semoga keluarga yg ditinggal diberi ketabahan.

    BalasHapus
  16. Sungguh terharu melihat semangat menaklukan gunung.... Benar2 wanita hebat dan semangat patut ditiru

    BalasHapus
  17. Semoga mbak Dina tenang di sana ya mbak

    BalasHapus
  18. Walaupun belum pernah melihatnya lamgsung, tapi semangatnya terasa sangat menginspirasi

    BalasHapus
  19. MashaAllah mba Dina sangat menginspirasi. Luar biasa ya perjalanannya sampe akhirnya adanya cairan krn sering di ketinggian. Esok akan kita baca juga kisah mba Lina Sasmita, sang wonder woman pendakian :) terus berbagi kisah dg menulis ya mbak

    BalasHapus
  20. insya Allah Mbak Dina sudah tenang di alam sana ya, Mbak.
    Terima kasih atas tulisannya, jadi saya bisa berkenalan dengan sosok wanita hebat lewat tulisan ini.

    BalasHapus
  21. Semoga mendapat tempat terbaik disisiNya, kehilangan selalu meninggalkan ruang pedih..

    BalasHapus
  22. Banyak wanita hebat di luar sana yang tanpa harus membom diri. eh...haha

    BalasHapus
  23. Innalillahi Wainnailarojiun. Terharu mbak bacanya. Semoga beliau mendapat tempat yang indah di sana. Kisahnya sangat menginspirasi. Beruntungnya mbak bisa bertemu beliau.

    BalasHapus
  24. Ikut sedih bacanya, banyaknkisah amazing bagi manusia yang bergelut dengan alam

    BalasHapus
  25. Innalillahi wainna ilaihi rojiun :(

    Ikut sedih bacanya. Aku baru tau kisahnya. Mudah2an amalnya diterima sang pencipta ya. Aamiin

    BalasHapus
  26. Merinding baca ini. Sedih... Semoga beliau tenang di sana

    BalasHapus

Halaman ini dimoderasi untuk mengurangi spam yang masuk. Terima kasih sudah meninggalkan komen di sini.

Made with by Lina W. Sasmita