Terpukau Akan Keindahan Pulau Senua Natuna

Pelabuhan Rakyat Desa Sepempang Natuna
Pelabuhan Penyebrangan ke Pulau Senua


Pelabuhan itu tampak lengang. Hanya suara kecipak ombak yang terdengar jelas di telinga. Angin berhembus lembut menawarkan ketenangan pada kami yang pagi itu akan menyebrang ke Pulau Senua atau dikenal juga dengan nama Senoa. Sebuah pulau cantik tak berpenghuni yang terletak di wilayah Kabupaten kepulauan Natuna, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri), yang memiliki hamparan pasir putih bersih serta bentangan laut yang indah.

Dilihat dari kejauhan seperti dari ketinggian Bukit Sindu, Pulau Senua tampak seperti seorang perempuan mengandung yang sedang terbaring. Menurut legenda, pulau ini merupakan jelmaan seorang perempuan hamil bernama Mai Lamah. Menurut buku Exploring Natuna yang saya baca, kata Senua ini dalam bahasa lokal setempat bermakna berbadan dua.

Satu per satu saya dan rekan dari media serta beberapa orang staf dari Dinas Pariwisata Provinsi Kepri melompat ke perahu karet yang memiliki 2 baris kursi. Kursi-kursi ini terasa empuk seperti halnya kursi dalam bis. Posisi kursi pun menghadap ke depan dengan lengkungan besi stainless pada ujung sandaran kursi. Mungkin lengkungan ini digunakan sebagai pegangan guna menahan guncangan ketika perahu terhantam ombak.

Pulau Senua
Pantai Pulau Senua dilihat dari laut


Pulau Senua
Tiba di Pulau Senua

Hari itu kami menyebrang menggunakan kapal sea rider milik TNI Angkatan Darat yang kebetulan sedang tidak bertugas. Kapal ini memiliki 2 mesin tempel Yamaha berkekuatan masing-masing 400 PK. Karena besarnya kekuatan 2 mesin ini, kapal yang kami naiki nyaris melayang di atas permukaan laut sangking cepatnya. Didukung oleh ombak yang tenang, kapal makin melesat dengan kecepatan penuh. Dan dalam waktu kurang lebih 10 menit, kami sudah tiba di Pulau Senua.

Pulau Senua/Senoa merupakan pulau kosong tak berpenghuni. Luas pulaunya kurang lebih 32 hektar dan ditumbuhi pepohonan seperti bakau, waru laut, kelapa dan pepohonan keras lainnya. Di pulau ini terdapat menara mercu suar yang difungsikan sebagai penanda lalu lintas pelayaran di malam hari. Ada juga sebuah rumah singgah dan sebuah pos jaga TNI. Terdapat pos jaga karena Pulau Senua merupakan salah satu dari gugusan pulau terluar Indonesia. Maka pemerintah melalui TNI telah hadir di pulau ini guna menjaga kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Di balik sepi dan heningnya suasana Pulau Senua, terdapat berjuta pesona yang sangat luar biasa. Saya yang baru saja mendarat di dermaga, dibuat terkesima dengan pemandangan yang tampak jelas di depan mata. Masya Allah, warna air lautnya indah sekali. Entah warna biru apakah itu. Tosca, biru muda, biru turqoise atau hijau turqoise. Karena semua warna itu saya saksikan ada di sana. Biru dan hijau bergradasi memancarkan beragam warna.

Berjalan ke arah pulau, kami harus melewati pelantar yang permukaannya dilapisi oleh besi atau mungkin baja. Di dalam pulau terlihat sebuah rumah panggung yang tampak seperti villa perisitirahatan. Di halamannya terdapat pohon-pohon kelapa yang menjulang tinggi. Rumah itu tak berpenghuni. Pintunya terkunci namun kaca jendelanya bisa dibuka dari luar.

Setibanya di Pulau Senua, dengan tak sabar, kami langsung berlarian menju pantai. Menyaksikan dari dekat pantai yang berwarna putih bersih serta berpasir lembut itu rasanya kami ingin tenggelam mengubur diri dalam pasirnya.

Langsung berlarian ke pantai

Melompat bersama

Yang paling menarik hati adalah di pasir putih ini terdapat kawanan burung camar yang bergerombol berjemur sambil mengamati kondisi laut. Sesekali mereka terbang rendah dan menyambar ikan yang tampak dari atas sana. Riuh terdengar suara cuitan camar berpadu dengan gemuruh ombak yang mulai pasang. Sementara matahari mulai meninggi dan langit mulai menyibakkan awan yang sedari tadi menyelimutinya. Biru langit pun berpadu dengan biru Gunung Ranai di kejauhan serta biru laut di hadapan. Ya Allah, betapa nikmatnya berada di sini.

Saya tiba-tiba terkenang sebuah lagu yang dinyanyikan Iwan Fals yang berjudul Kemesraan. Lagu kenangan kalau saya dan teman-teman di komunitas pecinta alam dulu sedang kemping di pantai. Teman-teman masih pada hafal tidak liriknya?

Kemesraan (Iwan Fals)

Suatu hari,
Dikala kita duduk di tepi pantai
Dan memandang ombak di lautan yang kian menepi

Burung camar
Terbang bermain di derunya air
Suara alam ini
Hangatkan jiwa kita

Sementara
Sinar surya perlahan mulai tengelam
Suara gitarmu
Mengalunkan melodi tentang cinta

Ada hati
Membara erat bersatu
Getar seluruh jiwa
Tercurah saat itu

Kemesraan ini
Janganlah cepat berlalu
Kemesraan ini
Ingin kukenang selalu

Hatiku damai
Jiwaku tentram di sampingmu
Hatiku damai
Jiwaku tentram bersamamu

Pulau Senua



Menyaksikan burung camar riuh bersahutan sambil sesekali menyambar ikan di laut dan bermain di derunya ombak, hati saya jadi bernyanyi sendiri. Bedanya, waktu itu siang bukan petang saat matahari tenggelam. Tidak ada gitar dan tidak ada si dia di samping saya. Hehe.

Karena saya betah duduk berlama-lama memandang pantai dan laut yang membiru, saya tidak ikut bersama teman-teman yang pergi ke mercu suar. Di sebuah pondok yang terbuka dindingnya dan mengarah ke laut, saya termenung menyaksikan satu dari sekian kenikmatan yang tengah saya saksikan. Alhamdulillah.


Festival Pulau Senua


Guna meningkatkan dan memajukan kunjungan wisatawan agar datang ke Natuna khususnya ke Pulau Senua, maka pemerintah menggelar sebuah event akbar bertajuk Festival Pulau Senua pada setiap tahunnya. Dan hingga 2018, festival ini telah diselenggarakan sebanyak tiga kali. Festival Pulau Senua merupakan ajang pesta rakyat Kabupaten Natuna. Bahkan event ini sudah dimasukkan ke dalam CoE (Calender of Event) Kabupaten Natuna dan juga CoE Provinsi Kepri. Tahun 2019 event ini akan diajukan untuk dijadikan CoE nasional bersama event besar di provinsi lainnya.

Ada banyak kegiatan dan perlombaan yang digelar pada festival ini. Beberapa diantaranya seperti lomba balap karung, lomba renang, panjat pinang, lomba cerita rakyat, lomba perahu kolek, serta ada juga lomba menangkap ikan malam hari dengan menggunakan tempuling dan lampu petromaks.

Setiap festival ini digelar, selalu saja disambut dan dimeriahkan oleh masyarakat yang antusias. Semoga saja jika pemerintah konsisten menggelar event ini terus-terusan setiap tahunnya, maka akan mampu mendatangkan turis atau wisatawan baik dari dalam negeri maupun manca negara.




Saran dan kesan


Sesaat setelah pintu masuk ke Pulau Senua, di sisi sebelah kiri kita akan menemukan bangunan dua ruangan yang difungsikan untuk toilet. Sayang, di toilet ini tidak ada air bersih sehingga siapapun yang masuk tentu akan mengurungkan niat buang hajat karena susah untuk beristinja jika tidak ada air bersih.(Istinja = bersuci, bersih-bersih dari najis).

Siapapun yang berkunjung ke Pulau Senua sepertinya semua akan setuju kalau pulau ini sangat indah dan memukau. Namun sebagai salah satu pulau yang dijadikan destinasi wisata, tentu pemerintah harus lebih fokus terhadap isu-isu apa yang kerap dikeluhkan oleh sejumlah pengunjung, terutama masalah toilet. Itu juga yang sebenarnya sangat disayangkan oleh kami saat ke sana.

Untuk kebersihan pantai, di sana telah terdapat tong-tong sampah yang akan menampung sampah pengunjung. Terutama sampah plastik dan sampah non organik lainnya. Namun setelah penuh, tong-tong sampah tersebut tidak ada yang merawat dan mengelolanya. Sampah masih dibiarkan begitu saja hingga penuh.

Dalam sebuah obrolan dengan Bang Helmi, salah satu tokoh pemuda di Ranai Natuna, ia menyampaikan bahwa Pulau Senua sebenarnya dikelola oleh masyarakat desa dan ada timnya sendiri untuk merawat, menjaga dan memeliharanya. Namun entah masalah apa yang terjadi, karena hingga sekarang pulau ini masih belum rapi dalam pengelolaannya.

Bagi teman-teman yang hendak berkunjung ke Pulau Senua, dari Ranai bisa menyewa kendaraan roda dua atau roda empat ke  Pelabuhan Rakyat di Desa Sepempang, Kecamatan Bunguran Timur. Dari sana teman-teman bisa menyewa kapal motor seharga kurang lebih 300-400 ribu rupiah pulang pergi.

Baca catatan perjalanan lainnya tentang Natuna di tulisan-tulisan ini:
1. Alif Stone Park Natuna
2. Pantai Batu Sindu
3. Pantai Batu Kasah

20 komentar :

  1. Wih pasir putih sama laut biru tosca emang gak pernah ngebosenin buat didatengin.. btw selain itu ada apa lagi mbak? Biasanya kalau banyak kawanan camar alamat daerah disini kaya ikan, yang juga berarti ada kawasan terumbu karang yang indah.. siapa tahu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya betul Mas. Di sebrang agak ke tengah, di tempat camar menyambar-nyambar itu sangat kaya akan ikan karena terumbu karang di sana masih terjaga.

      Hapus
  2. Cantik bangetttt... semoga pulaunya tetep bersih jadi berkunjungnya juga enak. Semoga aku bisa kesana juga... amin :)

    BalasHapus
  3. cantiknyaaaaa tiada tara, apalagi lihat burung- burung putih di atas air warna biru. Kok syahdu yaa. Ini nih yang bikin rindu sama pulau-pulau di Batam.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya ini mah foto-foto aku nggak mewakili banget. Aslinya lebih cakep dari yang di foto loh. Maklum fotografer amatiran gini. Sebenarnya sih aku kecewa foto-foto ini nggak secakep aslinya.

      Hapus
  4. Pantai memang tempat yang tepat untuk refreshing bikin pengen jalan-jalan ke pantai ni Teh Linaaa..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya siang malam kalayaknya di sini penuh kejutan. Kabarnya kalau malam banyak penyu yang bertelur juga.

      Hapus
  5. Ah Natuna nggak pernah membuatku bosan. Keindahan masing-masing pulaunya sangat membuat rindu. Semoga kelak saya bisa ke Pulau Senua ini.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semoga Chay. Ini pulau kerennya minta ampun. Sayang kalau dilewatkan.

      Hapus
  6. Tiba-tiba kebayang suara burung camar dan nuansa drama-drama Jepang adegan pinggir pantai. Tapi, pantainya beda banget, sih. Ini kelihatan hijau. :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya kadang hijau kadang tosca kadang turqoise. Ahhh cakep pokoknya. Foto-fotoku kurang mewakili aslinya.

      Hapus
  7. Pantas festival pulau senua diselenggarakan tiap tahun, memang keren ya Pulau Senua. Air lautnya itu bikin melongo!!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sumpah Bang Uma, duh selain Anambas, laut di sini luar biasa banget cantiknya.

      Hapus
  8. MasyaAllah cantiiiknyaa.... Aku pengen melancong kesinu jugaaa tehh...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Cusss ke Natuna. Kece badai lah pantai dan lautnya.

      Hapus
  9. Speeches banget bacanya Dan lihat photonya akan keindahan Alam di oulau ini... Beneran terpukau banggettttt ma alamnya ya teh

    BalasHapus
  10. Keren banget Natuna ini, beberapa kali dapat ajakan kesini selalu bentrok dengan jadwal lain yang ntah apa-apa, apalagi setelah baca postingan teh lina jadi makin pengen kesini

    BalasHapus
  11. Pantainya cakep yaa.. Apalagi ada bonus pemandangan Gunung Ranai. Makin sempurna indahnya. Semoga pengelolanya bisa lebih memperhatikan tentang kebersihan dan fasilitas di pulau ini

    BalasHapus
  12. Ya Allah... birunya laut... pengin terjun langsung jadi ikan Teh... BTW wisata ke pulau-pulau cantik begini, toilet memang menjadi masalah utama.. Hehehe.. sering numpang di rumah warga sih (kalau ada warganya), tapi kalau gak ada warganya, itu yang super bingung ya... Cari semak, takut ular.. Saya sih mau tidak mau nyemplung ke laut, mandi sekalian buang pipis.. hehehe (Nah kalau pas ingin buang hajat besar, itu yang saya gak tahu harus bagaimana, belum pernah)..

    BalasHapus

Halaman ini dimoderasi untuk mengurangi spam yang masuk. Terima kasih sudah meninggalkan komen di sini.

Made with by Lina W. Sasmita