Menelisik Keunikan Madun Castle di Pulau Bintan

Telah lama saya mengetahui informasi tentang adanya sebuah rumah yang unik di Pulau Bintan yang dibuat oleh seorang seniman bernama Pak Madun.  Mungkin sekitar 9 atau 10 tahun yang lalu saat saya membaca koran lokal di Batam. Wartawan yang meliput, menyebut rumah Pak Madun ini dengan istilah Madun Castle. Beritanya membahas tentang kreativitas dengan segala keunikannya membangun karya seni dari bahan-bahan daur ulang atau yang tidak terpakai. Sejak saat itu, saya penasaran dengan keberadaan rumah Pak Madun dan bertanya-tanya apa yang melatarbelakangi beliau menciptakan karya seni di lahan kosong yang jauh dari keramaian.

Istana Jendela Dunia atau Madun Castle
Istana Jendela Dunia atau Madun Castle


Beberapa waktu lalu, setelah jalan-jalan menyusuri hutan mangrove di Desa Pengudang, saya dan teman-teman melanjutkan perjalanan dengan berkunjung ke rumah Pak Madun. Karena tidak mengetahui akses masuk ke sana, kami meminta Pak Iwan, pemilik usaha Mangrove Tour di Desa Pengudang untuk mengantarkan kami.

Tak  sampai 5 menit menyusuri jalan besar, kendaraan kami sudah berbelok menyusuri jalan tanah di antara perkebunan tanaman keras. Pohon-pohon tinggi dan semak belukar menutupi kanan kiri jalan. Suasananya agak spooky karena sepi. Perkebunan yang kami lalui ini malah lebih mirip hutan karena banyak semak belukarnya. Selang beberapa menit kami tiba di ujung kebun dengan area terbuka tampak di hadapan. Dari sini sudah terlihat rumput hijau terhampar. Di atasnya, terdapat  sebuah rumah berdinding papan yang di sekitar berdiri gundukan-gundukan batang  pohon yang ditempeli berbagai jenis barang bekas. Terlihat aneh namun unik. 


Jalan masuk menuju rumah Pak Madun

Dari gerbang halaman rumah tampak seorang pria paruh baya menyongsong kami. Pak Iwan  menyapa dan menyalaminya lantas memperkenalkannya kepada kami. Dialah Pak Madun. Pria yang hidup seorang diri ini terlihat ramah menyambut kedatangan kami. Ia membawa kami masuk ke dalam rumahnya dan menghidangkan air minum. Sementara itu Pak Iwan langsung pamit karena masih banyak pekerjaan menunggunya. 

pak Iwan dan Pak Madun

Pak Madun

"Silahkan diminum. Dan kalau bertamu ke tempat saya, minumnya harus dihabiskan. Nanti saya akan melihat lulus tidaknya." Kata Pak Madun membuat kami mengernyitkan dahi. Lulus dalam hal apa ya? Kami jadi bingung dan saling memandang. Saya yang merasa tamu, segera menghabiskan minum yang disediakan sebagai penghormatan kepada tuan rumah.  

Pak Madun bercerita tentang tamu-tamunya yang datang. Ia bilang beberapa waktu lalu ada tamu dari KPK Jakarta yang datang. Juga bercerita tentang Gubernur Kepri yang terkena OTA oleh rombongan KPK yang datang ke tempatnya. Lalu tentang pria yang meninggal bernama Choky Iskandar karena tenggelam di laut yang sebelum meninggal berkunjung ke rumahnya. Pembicaraan yang random dengan cerita yang meloncat-loncat namun cenderung berbau mistis membuat kami sedikit takut. 

Diajak Berkeliling 

Ada Kepala Boneka yang jika diputarnya maka menurut Pak Madun pertanda akan ada badai di negara terntentu

Hello Kitty yang punya mulut :D
Batang Kayu dan segala perniknya

Deretan karya-karya Pak Madun yang terhampar di sekeliling rumahnya ini ia namakan sendiri dengan sebutan Istana Jendela Dunia. Karya yang dibuatnya adalah berupa batang-batang kayu kering yang ditempeli oleh berbagai jenis benda seperti helm, botol, mainan anak-anak, boneka, tali, jaring, kain, bahkan sampai ada underwear wanita. Yang jika diperhatikan dengan seksama semua paduan benda-benda yang menempel pada kayu-kayu ini justru malah menjadi karya seni yang unik dan artistik walaupun sedikit berbau mistis.

Pak Madun menamai jenis karya tertentu dengan nama-nama negara. Menurutnya, orang-orang yang lolos di sini adalah orang-orang yang berprestasi. Maka ia akan membangun replika negara tertentu berdasarkan daya imajinya. Dengan sarat ya lolos uji. Seperti apa orang tersebut  datang maka seperti itulah wajah negara yang akan dibuatnya.

Selain karya yang dinamainya nama-nama negara seperti Australia, Hongaria, Rusia, Amerika Serikat, Turki, Italia dan lainnya, ada juga nama institusi, kelompok, komunitas dan bahkan nama perorangan. Seperti yang saya baca terdapat nama Kadispar kabupaten Bintan periode sebelumnya, Pak Luki Zaiman Prawira. 


Karya Pak Madun untuk Pak Luki Zaiman Prawira

Penamaan ini tergantung siapa yang meminta dibuatkan dan lagi-lagi menurutnya harus lolos ujian. Ujian apakah itu? Entahlah. Karena menurut Pak Madun setelah selesai berkeliling negara-negara ini, maka kami akan diketahui lolos tidaknya. Dia bilang Taiwan dan Hongkong malah tidak lolos. Duuh, kami jadi degdegan sekaligus seram. Kami lolos uji tidak Pak?

Pria yang berasal dari Muna Buton Sulawesi ini lama dan besar di Jawa. Setelah itu merantau ke Bintan. Karena ia melihat terdapat tanah terlantar di sekitar Desa Pengudang ini, maka dia kelola. Menurutnya kawasan ini adalah induk dari Berakit atau asal muasalnya Desa Berakit, desa yang terletak di samping Desa Pengudang. Ia membangun dan mulai berkreasi sejak tahun 1995.

Menurut penuturan Pak Iwan, orang yang pertama kali mengetahui kediaman Pak Madun justru orang asing atau turis Rusia yang sedang jalan-jalan atau mungkin sedang bersepeda ke tempat ini. Bahkan awalnya orang-orang lokal tidak mengetahuinya. Pak Madun berkata malah beberapa pengunjung dari Jakarta dan Tiongkok mengatakan bahwa daerah ini penuh mistis.


Pulau Bintan
Karya Seni

Selain turis-turis asing yang datang berkunjung, para pejabat, TNI dan Polri dan wartawan pun telah banyak berkunjung ke rumah Pak Madun.

Pak Madun tinggal di kawasan yang luas ini sendirian. Menurutnya dahulu tidak ada yang berani tinggal di sana.  Karena tidak lama setelah mereka tinggal, akan segera meninggal. Baik binatang maupun manusia. Mati karena diculik oleh manusia dan ular yang berada di bawah kendali atau naungan seorang manusia.

Sekali waktu ia pernah mendapati sesosok manusia yang mirip hantu karena badannya menyala-nyala dan dia mendapati juga ular sepanjang 7 meter. Ular tersebut diibunuh orang itu (saya tidak tahu yang membunuh ular  tersebut siapa dan orang yang mana karena Pak Madun bercerita tentang dua orang yang bersamaan secara random dan itu cerita yang keluar langsung dari mulut Pak Madun). Menurutnya ular ini peliharaaan seseorang dan mati dibunuh. Mungkin saja dijadikan tumbal karena ia juga bicara tentang tumbal. Namun karena pembicaraannya yang cepat dan melompat-lompat ke topik yang berbeda kami agak lowbatt dalam mencerna. Hehe. Maklum seharian jalan belum makan siang. Otak mendadak butek.


Karena waktu sudah beranjak sore, sementara saya harus kembali ke Batam, kami pun meminta kepada Pak Madun untuk mengajak kami berkeliling ke negara-negara yang telah dibuatnya. Melihat-lihat apa saja keunikan karya yang telah dirancangnya selama bertahun-tahun. 

Saya sempat bertanya darimana ia mendatangkan kayu-kayu ini. Namun ia bilang bahwa itu ada dengan sendirinya, begitu saja. Entahlah. Terkadang ada beberapa pertanyaan yang ia sendiri tidak mau jawab dengan pasti. 


Madun Castle Bintan
Foto bareng dulu sebelum berpamitan

Tepat jam 3 sore kami pun pamit. Sebenarnya masih banyak hal yang meninggalkan tanda tanya. Barangkali akan jadi pertanyaan kami selanjutnya jika berkunjung lagi ke sini. Kalau tidak ingat mau cepat-cepat mengejar kapal ferry ke Batam, tentu kami masih berlama-lama di sana. 

Lalu apakah kami lolos uji? Entahlah. Ketika berpamitan kami pun lupa tidak menanyakannya.

24 komentar :

  1. Uniknya ada kayu tak sekedar kayu tapi juga punya cerita tersendiri ya. Trus unik juga dengan hiasan berbagai macam ya mba :)

    BalasHapus
  2. Aku kok rada2 serem ya dengar cerita-cerita dari Pak Madun hehe. Ujian-ujian apakah juga yang dimaksud itu? Sampai pamit pulang udah dijawab belum mbak, ujian apakah itu. Duh jadi ikutan kepo juga nih haha.

    BalasHapus
  3. Sampai pulang gak terjawab ya apa yang dimaksud lulus dan tidak? Kalau saya kayaknya udah horror duluan lihat rumahnya sebelum ngobrol dengan pak Madun. Apalagi lihat kepala boneka itu

    BalasHapus
  4. Aku pikir tadinya istana jendela dunia itu adalah istana yang banyak jendelanya hehehe..

    BalasHapus
  5. mbak saya penasaran, kalau malam hari pak Madun pakai penerangan apa ya buat di rumah dan lingkungan sekitarnya itu

    BalasHapus
  6. Buat yg demen seni instalasi, pasti hepi nih datang ke mari.
    Mirip2 di Museum MACAN Jkt :D
    --bukanbocahbiasa(dot)com--

    BalasHapus
  7. Pak Madun berani banget sih tinggal sendiri gituuuuu.. tapi dia waras kan ya beneran?

    BalasHapus
  8. Kesannya sedikit serem yah kak, apa emang sengaja begitu? Tp menarik jg nih, karena unik, jadi pengen ke sana

    BalasHapus
  9. Hiii takuuut. Pak Madun sendiri kayaknya seorang yang misterius, ya. Kira-kira para pejabat yang datang itu lulus ujian gak, ya? Hihi, penasaran euy.

    BalasHapus
  10. Mendadak kayak cerita horor, deh, Mbak. Apalagi sebelumnya saya sedang baca tentang desa penari. Baca kisah Pak Madun kok jadi berasa mistisnya ya hihihi

    BalasHapus
  11. Kok ini bagus tempatnya, walau kalau sepintas kurang kece tapi kalau difoto perdetailnya malah bikin penasaran ya. "silakan diminum dan harus dihabiskan" padahal aku kalau ketempat orang jarang mau minum atau bahkan cuma minum sedikit.

    BalasHapus
  12. Mbak Lina, itu kalo kunjungannya malam berasa kayak film horor ya. Abis karya seninya unik dan kayak di setting lokasi film horor di luar negeri sono. Aku jadi penasaran juga, karena ceritanya loncat-loncat dan gimana kalo minumnya nggak dihabiskan. Tapi sunnah Rasulullah menganjurkan untuk menghabiskan suguhan tuan rumah ya bila kita bertamu, asal halal tentunya

    BalasHapus
  13. aduh kalau baca yang bagian Taiwan dan Hong Kong tidak lolos ini kok seperti menggambarkan keadaan dua negara tersebut ya mbak. Benar sih kalau dilihat unik tapi nyeremin hehehe

    BalasHapus
  14. Wah, kok berasa creepy ya mba baca tentang Pak Madun. Karya-karyanya juga tidak biasa, mengundang tanya. Lebih cenderung mengernyitkan dahi pas melihatnya. Mungkin saja aku ini yang kurang daya imajinasi sehingga tidak bisa mencerna arti di balik karya Pak Madun ini.

    BalasHapus
  15. Wah Pak Madun yang misterius. Saya kok ngeri ya lihat kepala bonekanya. Sepertinya kalau berkunjung sendiri saya tidak akan berani.. Hihi...unik tapi serem dan mistis...

    BalasHapus
  16. Pas baca judulnya menelisik. Aku jadi gimana gitu ya Mba Lina, hahaha. Btw foto2nya bagus2 banget nih. Berbicara hasil menelisiknya, hahaha

    BalasHapus
  17. Bagus bngt y mba tapi Koo malam2 kesini rada takut talk mirip bnget sama manusia, Ada ternyata di Indonesia ya

    BalasHapus
  18. Duh baca ini pas sendiri, malam-malam pula. Semoga Pak Madun diberi umur pankang sehingga keistimewaannya bisa dinikmati pengunjung yang datang ke Pulau Bintan

    BalasHapus
  19. Belom pernah terbayangkan aku...sebelumnya kalau pulau Bintan ini seindah dan sebagus ini ya...

    BalasHapus
  20. Ini semacam pelajaran buat kita setiap benda punya cerita dan kekhasan masing-masing ya mbak. Sayangnya aku pas ke Batam ga sempat ke sini

    BalasHapus
  21. Duh, serem ya lihatnya. Benda-bendanya berkesan mistis banget. Keren deh si bapak

    BalasHapus
  22. Keren ya beliau. Lahan seluas itu tetep asri. Coba di jakarta ada lahan gini, langsung berubah jadi mall, perkantoran dan perumahan

    BalasHapus
  23. Asli itu karya-karyanya serem banget buatku mba. Kayaknya Pak Madun ini cenayang, berani banget sih soalnya tinggal sendiri di sana.

    BalasHapus
  24. aku agak lelet mikir bentukan karya seninya.
    yaa mistis2 gimana gitu ya

    BalasHapus

Halaman ini dimoderasi untuk mengurangi spam yang masuk. Terima kasih sudah meninggalkan komen di sini.

Made with by Lina W. Sasmita